Ibu Ryan yang awalnya terkejut dengan kata-kata dan sikap kasar dari putranya, tetapi ia dapat menguasai dirinya kembali. Senyum terbit di bibirnya dengan suara yang dibuat selemah mungkin, ia berkata, “Apa salahnya ibu melakukan hal itu? Ibu hanya mau kamu berpisah dengan wanita itu saja, tetapi kamu harus tahu ia memang sudah berani berkata kasar kepada Ibu!”Ryan membalikan badan membelakangi ibunya karena tidak ingin melihat ibunya dengan tatapan yang bisa menyakiti hati wanita itu. Dipukulkannya kepalan tangan pada dinding.Ibu Ryan terdiam di sofa yang didudukinya, ia dapat merasakan amarah bercampur dengan kesedihan pada putranya itu. Ia tidak bisa berbohong lagi kalau dirinya memang tidak menyukai Tania.“Ibu sudah menghancurkan rumah tanggaku! Tahukah, ibu bisa saja sekarang ini Tania sedang mengandung anakku dan ia membawanya pergi jauh. Karena ibu bisa saja aku tidak akan melihat anakku,” ucap Ryan dengan suara mendesis.Ibu Ryan bangkit dari duduk berjalan mendekati putran
Ryan menjadi semakin naik pitam saja mendengar jawaban Jordan yang terdengar menantang dirinya. Ia bangkit dari duduk mencakung di depan pria itu lalu menarik kerah kemejanya. “Kamu tidak tahu bahaya yang mengancam Tania dengan ia sendirian di luar sana!”Jordan menepis tangan Ryan dari kerah kemejanya, ia terlihat tenang, tetapi matanya berbicara banyak. “Akan lebih berbahaya lagi kalau Tania berada dekat denganmu! Karena tidak hanya luka fisik saja, tetapi luka di hatinya akan sulit disembuhkan.”Ryan mendengus nyaring mendengarnya, ia memperingatkan kepada Jordan untuk tidak mencampuri apa yang bukan urusannya.Jordan dengan santainya mengejek Ryan yang telah menyakiti Tania. Dan kini setelah istrinya itu menghilang baru ia merasa kehilangan.“Pergilah, Ryan! Saya tidak akan pernah mengatakan kepadamu di mana Tania. Biar kamu mengerti artinya rasa sedih kehilangan seseorang yang kau cintai. Itu pun kalau kau benar-benar mencintai Tania.” Jordan melambaikan tangan memerintahkan kepa
Tania menelan makanannya dengan sukar, ia merasa marah kepada Ryan yang masih saja memberikan pengaruh kuat kepadanya. “Bi!BTolong bantu saya untuk bisa melupakan pria yang lebih mempedulikan wanita lain daripada istrinya.”Pelayan wanita itu berdiri dari duduknya mendekati Tania dan menyentuh pundaknya dengan pelan. “Nyonya pasti bisa melupakannya masih banyak laki-laki baik di dunia ini. Jangan biarkan karena satu pria membuat patah hati dan sengsara.”Tania memejamkan mata lalu ia usap air matanya yang menetes membasahi wajah. Ditariknya napas dalam-dalam ia sudah membulatkan tekad di tempat ini akan memulai kehidupanya yang baru.Selesai makan Tania perg kebun bunga untuk membeli beberapa tangkai bunga hidup dan juga bibit bunga. Ia akan memulai usahanya agar bisa mengembalikan uang Ryan demi kebebasannya dari ikatan pernikahan yang menyesakan.“Nyonya, akan membeli bunga apa?” Tanya pelayan yang setia menemaninya.“Saya ingin membeli beberapa tangkai mawar, aster dan lili. Untuk
Tania membuka mulut dan menutup mulut kembali dengan cepat, ia terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Jordan. Dirinya seakan tidak percaya pria itu mau berubah dari dunia hitam yang selama ini digelutinya.Suara tawa nyaring terlontar dari bibir Jordan. “Wajahmu lucu sekali seandainya kau bisa melihat. Apakah kamu percaya kalau aku akan berubah hanya karena seorang wanita meninggalkan dunia yang memberikan kenikmatan dan kenyamanan bagiku?”Tania memberikan pelototan kepada Jordan. “Kamu sangat menjengkelkan!”Jordan tertawa dengan keras sampai mereka menjadi perhatian dari pengunjung restoran lainnya.Tania memukul lengan Jordan dengan keras seraya melayangkan tatapan tajam. Ia mengingatkan kepada temannya itu untuk berhenti tertawa karena mereka dipandangi orang-orang.“Kau tahu kenapa mereka melihat kita? Karena mereka iri betapa bahagianya kau dan saya.” Jordan mengedipkan sebelah mata ke arah Tania.Tania memutar bola mata ia lupa kalau Jordan bisa berubah menjadi begitu jah
Tania memandang Jordan dengan mimik wajah terkejut. Secara refleks ia menarik tangannya dari genggaman Jordan. “Tidak perlu! Saya bisa mengurusnya sendiri.”Tania merasa tidak nyaman dengan apa yang dilakukan, serta dikatakan Jordan. Walaupun ia tidak tahu apakah temannya itu berbohong ataukah berkata yang sebenarnya. Karena Jordan sulit ditebak.Jordan melirik Tania, ia mengangguk mengerti dan tidak ingin mendesak temannya itu lebih jauh lagi. Ia mengerti kalau Tania masih ragu bercerai dengan suaminya itu karena ia masih mencintainya.“Seandainya saja setelah lulus sekolah dahulu saya memberanikan diri untuk meminangmu. Kita pasti sudah berbahagia saat ini dan bisa menghasilkan banyak uang.” Jordan menyenderkan punggungnya.Tania melirik temannya itu dengan wajah cemberut. “Saya beruntung tidak perlu menolak lamaranmu. Kamu pasti akan membawa saya ke jalan yang tersesat dan berlimang dosa, walaupun mempunyai banyak uang,”Tawa Jordan pecah sampai matanya berair karena hal itu. Ia me
‘Tuan Jordan kami mengikuti pemilik kelab malam itu sesuai dengan perintah dari Anda. Ia terlihat dengan sopir pribadinya pergi ke bandara,’ sahut seseorang di ujung sambungan telepon.Jordan yang tadinya kurang bersemangat karena tidak bertemu dengan Jordan. Untuk diajaknya berkelahi agar ia bisa meluapkan rasa kesalnya karena tidak berhasil mendapatkan informasi tentang Tania.‘Ikuti terus dan jangan sampai kalian kehilangan jejaknya!’ perintah Ryan dingin.Terdengar suara gemerisik sepertinya pria itu sedang mengemudi sambil menerima telepon darinya. Tidak mau membuat orang suruhanya mengalami kecelakaan, Ryan memutuskan sambungan telepon.Disimpannya kembali ponsel ke saku jas. Ia tidak akan buru-buru menyusul lokasi di mana keberadaan Jordan. Sebelum dirinya mendapatkan kepastian siapa orang yang ditemui pria itu.Sesampainya di apartemen Ryan duduk di atas ranjang sambil memegang ponselnya. Ia sudah mencoba menghubungi Tania, tetapi ternyata nomor itu sudah tidak aktif lagi. Ia
“Hah! Kau ini sungguh menggelikan sekali dengan memintaku menikahimu. Sampai kapan pun juga pernikahan di antara kita tidak akan terjadi. Waktumu sudah habis pergilah!” usir Ryan.Ades bangun dari berlututnya di lantai, ia memandang Ryan dengan tatapan kecewa dan putus asa. Dirinya takut akan mendapat marah dari kedua orang tuanya, ia tidak akan sanggup menerimanya.Dengan pundak yang terkulai lemas Ades berjalan keluar dari apartemen Ryan. Ia begitu putus asa dan tidak berani bercerita kepada orang lain tentang kehamilannya.Ryan memandangi kepergian Ades dengan sorot mata dingin. Ia berusaha menyembunyikan rasa ibanya kepada Ades, tetapi ia juga tidak dapat membantu wanita itu.Begitu dirasanya Ades sudah berjalan jauh keluar dari apartemennya. Ia pun melakukan hal yang sama. Langkah kaki Ryan panjang dan gagah, ia berjalan cepat sepanjang koridor gedung itu menuju lift.Berada dalam lift Ryan yang membawanya ke basement hanya dalam hitungan menit. Di bawah sudah menunggu sopir prib
Ryan menatap tidak percaya layar ponselnya. Bagaimana bisa Tania dan Jordan terlihat begitu mesra di foto yang dikirimkan oleh orang suruhannya. Ditekannya tombol hijau pada layar ponsel dan langsung diangkat orang suruhannya.‘Kirimkan alamat rumah itu saya akan segera ke sana!’ ucap Ryan melalui sambungan telepon.‘Baik, Tuan!’ sahut orang suruhan Ryan.Sambungan telepon Ryan tutup, ia kemudian menghubungi sekretarisnya untuk membatalkan semua janjinya selama beberapa hari, ia akan pergi keluar kota.Selesai menghubungi sekretarisnya Ryan memasukan ponsel ke dalam saku jas. Ia memejamkan mata menikmati perjalanan menuju bandara yang lumayan panjang.Mata Ryan baru saja terpejam ketika ponselnya bergetar terrnyata ia mendapatkan panggilan dari Robby.‘Halo, Bos! Kenapa kamu pergi mendadak apakah ada bisins kita yang mengalami masalah?’ Tanya Robby di ujung sambungan.‘Tidak ada! Hanya urusan pribadi yang mendesak dan perlu segera kuselesaikan,’ sahut Ryan dingin.Ditutupnya sambungan
Tania menatap tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ia pun berbisik kepada Ryan. “Sekarang kamu harus mengatakan kepadaku siapa sebenarnya pria itu?”Ryan mengikuti arah tatapan Tania dengan tenang, ia pun berkata, “Dia adalah pria yang memang seharusnya bertangggung jawab kepada Ades karena ia ayah dari bayi yang dikandungnya.”Ia juga menambahkan kalau dirinya memang menyewa orang untuk mencari keberadaan pria itu. Dan pencariannya hampir saja gagal, tetapi beberapa jam sebelum acara ini berlangsung dirinya berhasil mendapatkan informasi tentang keberadaan pria itu.“Sungguh suatu keberuntungan ia datang tepat waktu dan membebaskanmu dari keharusan menjadi pasangan Ades,” sahut Tania.Suara tawa lolos dari bibir Ryan, ia mengatakan keberuntungan baginya. Akan tetapi, ia tidak mengatakan kepada istrinya ada harga yang harus ia bayar agar pria itu mau menikahi Ades. Namun, demi menjaga harga diri pria itu, ia tidak akan menceritakan kepada siapa pun juga termasuk Tania.Keduanya me
“Ryan, apa yang kamu lakukan? Bukankah seharusnya yang kau selipkan cincin di jari wanita itu,” desis Marsya menahan marah.Ryan hanya melirik sekilas ia kembali melihat ke tamu undangan yang hadir. Senyum tipis terbit di sudut bibirnya saat ia melihat seseorang yang ia cari. Ia memberikan kode kepada orang tersebut untuk berjalan naik ke atas panggung.Ryan mengangkat tangan Tania memperlihatkan jari yang tersemat cincin kawin. “Wanita cantik ini adalah istri saya kami telah menikah selama beberapa bulan lamanya. Istri saya bernama Tania dan sekrang ini ia sedang mengandung anak kami.”Tania sangat terkejut mendengar penuturan Ryan. Ia tidak mengira kalau pria itu akan mengumumkan pernikahan mereka. Hal yang selama ini hanya ia bayangkan saja dan tidak pernah terpikir akan terwujud.“Ryan! Ka-kamu tidak menyesal, bukan dengan mengumumkan hal ini?” Tanya Tania dengan wajah bahagia penuh haru.Ryan mengangguk, ia mengecup kening Tania sekilas. Kemudian menoleh kepada Ades yang terlihat
“Jangan dipikirkan apa yang kukatakan! Percayalah seetelah malam ini semua akan menjadi berbeda untuk kita semua. Memang akan ada yang terluka dan berseddih pada malam ini tetapi itu semua sudah menjadi resiko yang harus diterima.” Ryan menggamit tangan Tania keluar kamar.Tania hanya bisa terdiam saja, tetapi tidak dengan hati dan pikirannya. Ia tidak mengatakan kepada Ryan kalau ia merasa dirinyalah yang akan sakit hati dan bersedih itu. Sementara, untuk Ades ia akan tertawa bahagia di atas lukanya.Ryan menggenggam erat tangan Tania yang dingin dan berkeringat. Ia mencoba untuk memberikan ketenangan kepada Tania, tetapi istrinya itu rupanya masih saja gugup dan tegang.“Santailah, Tania! Yang bersama denganku adalah kau, bukan Ades.” Bisik Ryan.Tania melirik suaminya itu sekilas dengan wajah terlihat tegang, “Untuk saat ini kau memang bersama denganku, tetapi bisa saja situasinya berubah. Kau membuatku berada dalam situasi tanpa kepastian.”Keduanya masuk mobil pribadi Ryan dan dud
Tubuh Tnia bergetar hebat seandainya tidak dipegangi leh Ryan, ia akan jatuh ke lantai. “Kau sukses membuat saya terkejut. Apakah begitu penting kehadiranku di sana? Di saat posisiku hanyalah sebagai upik abu selama ini.”Ryan memegang dagu Tania untuk menatap matanya, biar wanita itu melihat kesungguhan di sana. “Kehadiranmu sangat penting! Kau bukanlah upik abu, tetapi istriku. Dan tidak ada yang akan bisa mengubah kenyataan itu.”Denyut nadi di leher Tania bergerak naik turun dengan cepat. Ia merasa sulit untuk menelan ludah karena tatapan yang begitu intens dari Ryan mempengaruhinya.“Baiklah, saya akan ikut denganmu. Semoga saja kau tidak akan membuatku menyesali keputusan ini,” sahut Tania.Rasa lega terpancar di wajah Ryan, ia begitu senang Tania bersedia juga ikut. Sekarang ia hanya tinggal mengurus ijin keluar dari rumah sakit. Semoga saja dokter mengijinkan kalau tidak ia akan membawa Tania dengan cara apa pun juga untuk pergi bersama dengannya.Beberapa jam berlalu Tania ke
Suara Ryan lamat-lamat dapat ditangkap oleh telinga Tania. Ia membenarkan apa yang dikatakan oleh suaminya. “Katakanlah apa yang kau maksud jangan buat aku menjadi penasaran.” Perlahan Tania membuka mata.Ryan terkejut, ia tidak menduga kalau Tania akan terbangun dari tidurnya. Namun, ia juga merasa senang karena tidak perlu menunda apa yang harus dikatakannya.“Kau akan ikut besok malam untuk menghadiri acara pertunanganku dengan Ades! Kau ikuti saja apa yang kukatakan dan berdiri di sampingku. Apapun yang terjadi kita akan tetap bersama setelah malam itu,” ucap Ryan.Ia memandangi Tania dengan matanya yang menyorot lembut. Ada ketulusan juga janji kesetiaan di sana yang membuat Tania tertegun.“Jujur, Ryan permintaanmu begitu mengejutkan! Bagaimana mungkin kau bisa menawarkan ide yang begitu tidak berperasaan itu kepadaku? Kau memintaku untuk hadir dalam pesta pertunanganmu sebagai apa? Karena kau tidak pernah mengenalkanku secara resmi sebagai istrimu.” Tania menatap Ryan dengan so
“Akh! Mengapa sulit bagimu untuk mendengarkan permintaan maaf dan penjelasan dariku? Apakah kamu tidak tahu kalau meminta maaf bukanlah sesuatu yang mudah buatku?” Ryan melihat Tania dengan sorot kecewa.Tania memandangi langit-langit kamar, ia tahu kalau suaminya itu tidak berbohong. “Aku ingin istirahat,” sahut Tania setelah selama beberapa saat ia terdiam.Ryan mendesah dengan keras, ia sadar kalau Tania sedang menghindari dirinya. Dan dirinya tidak ingin mendesak Tania lebih jauh lagi.Ia berjalan ke arah pintu dan berhenti sebentar, sebelum keluar. “Saya akan pergi ke kantin apakah kau ingin menitip sesuatu?”“Terima kasih, untuk saat ini tidak ada,” sahut Tania.Semua keperluannya sudah disediakan oleh Jordan. Ia tidak mau membuat Ryan kecewa dan marah mengetahui hal itu.Ryan mengangguk, tetapi raut kecewa di wajah tidak ia tutupi. Ia merasa sebagai seorang suami kehadiran dan bantuannya tidak dibutuhkan Tania. Ia merasa tidak berharga sebagai lelaki di mata wanita itu.Berjala
Tania menggigit bibir mencegah ia merintih sakit. Luka tusuk di pinggangnya kembali terbuka karena Ryan yang tadi tidak sengaja memeluknya. “Kenapa kau memeluk pinggangku? Bukankah kau mengetahui saya mendapat luka tusuk di situ?”Ryan berhenti berjalan menuju pintu ruang rawat Tania. Ia membalikan badan melihat ke arah wanita itu dengan tatapan bertanya. Pandangannya kemudian beralih melihat pinggang Tania di mana pakaian rumah sakit yang dipakainya mengeluarkan bercak merah noda darah.“Kenapa kau berpikir seperti itu? Saya hanya mengetahui kalau kau menderita luka tusuk tetapi saya sama sekali tidak mengetahui itu di pinggangmu,” sahut Ryan.“Benarkah begitu? Mengapa saya tidak yakin dengan apa yang kau katakan?” Tanya Tania.Ryan tidak menyahut kecurigaan Tania, ia membuka pintu kemudian berjalan keluar memanggil dokter jaga untuk memeriksa kondisi Tania.Selang beberapa menit kemudian Ryan kembali bersama dengan dokter dan satu orang perawat. Sementara petugas medis memeriksa kon
Ryan mendengus dengan kasar, tetapi ia tidak menghiraukan ucapan Tania. Ia justru mengeluarkan ponsel menghubungi orang suruhannya. ‘Tolong, belikan saya pakaian bersih dan bawakan ke kamar rawat istriku.’Tania membuka mulut tidak percaya mendengar apa yang dikatakan oleh Ryan melalui ponsel kepada orang suruhannya. Ia tidak habis pikir dengan ulah pria itu yang tidak menghiraukan apa yang ia minta.Dipejamkannya mata berdebat dengan Ryan hanya menguras energinya saja. Dan tidur merupakan pilihan yang lebih baik dalam menghadapi pria keras kepala itu pada saat ini.Ryan melirik Tania yang kembali berbaring, ia tersenyum kecil. Dirinya memang sengaja tidak membalas ucapan istrinya itu. Dikarenakan dalam keadaan emosi bisa saja ia menuruti permintaan Tania yang nantinya akan ia sesali.Ia pun membaringkan badan di sofa kamar rawat Tania. Ia sudah lelah seharian berada di jalan hingga begitu menyentuh sofa yang empuk dirinya langsung saja tertidur.Bunyi ketukan di pintu kamar rawat Tan
Pada awalnya Ryan terkejut mendengar suara itu, tetapi dengan cepat ia dapat menguasai dirinya kembali. “Saya suami dari pasien dan saya tidak akan mencelakainya.”Ryan membalikan badan sambil mengangkat kedua tangan. Dilihatnya dua orang petugas polisi mengacungkan pistol ke arahnya.Dua orang kepercayaan Ryan juga terkejut dan mereka ikut mengangkat tangan. Ketiganya membiarkan saja ketika petugas polisi itu mendekat lalu memeriksa ketiganya.Setelah tidak menemukan tidak adanya benda tajam atau berbahaya. Petugas polisi itu pun menberikan perintah kepada ketiganya, “Tolong perlihatkan kartu identitas kalian!”Ryan dengan perlahan menurunkan tangan untuk mengambil dompet dari dalam saku celananya. Diambilnya kartu tanda penduduk kemudian ia sodorkan ke tangan petugas keamanan itu.Tania yang mendengar suara ribut membuka mata. Ia menjadi sangat terkejut ketika melihat ada petugas polisi di kamarnya. Dan juga kehadiran Ryan di tempat yang sama.“Ryan! Bagaimana kamu tahu kalau saya b