Share

Bag 3

Penulis: Ncheet Nca
last update Terakhir Diperbarui: 2020-10-04 15:40:07

"Menunggu lama?"

"Ah tidak juga. Silahkan duduk."

"Terima kasih."

Daru langsung duduk di depan seorang pengacara sekaligus seniornya di salah satu kampus terkenal di Australia. Pria ini memperhatikan sekeliling cafe yang lumayan besar yang didatanginya saat ini. Hanya ada beberapa pengunjung yang sekedar memesan cake dan kopi. 

"Cafe-nya bagus dan nyaman, Bang."

Seniornya hanya memasang senyum kecil sebagai jawaban.

"Tapi apa selalu sesepi ini?"

"Kalau saat makan siang dan jam lima sore, biasanya akan kembali ramai."

Daru ber-o ria sambil melihat arlojinya yang menunjukkan hampir pukul dua siang.

"Abang suka ke sini?"

"Hampir setiap hari."

Daru bersiul, lalu memajukan tubuhnya ke arah sang kakak senior. "Ada yang Abang incer ya di sini?" tanya Daru menggoda. Pasalnya, saat di negara orang dulu, teman-teman mereka sering kali melakukan hal konyol jika ada wanita yang mereka incar. Contohnya sahabat sang senior yang sempat kepincut dengan pelayan cafe di dekat kampus mereka dulu, yang setiap hari mengajak para sahabatnya mampir hanya untuk melihat pelayan cafe itu.

Sang senior tersenyum, namun senyum sendu. "Cafe ini milik mantan istri saya."

Daru langsung terdiam kaku dengan mata berkedip tak percaya. Pasalnya, pria ini sudah lama tak pernah bertemu dengan kakak seniornya setelah sang senior pulang terlebih dulu ke negara ini, dan tak tahu menahu jika senior beda tiga tahun dengannya ini ternyata sudah pernah menikah. Mereka kembali bertemu beberapa hari yang lalu tanpa sengaja di sebuah mall di kota ini, lalu janjian bertemu kembali untuk sekedar berbincang-bincang.

Daru memundurkan kembali tubuhnya. "Ehm, ma-mantan istri Abang?"

Sang senior menjawab dengan anggukan.

Mereka terdiam beberapa saat karena pikiran masing-masing. 

"Abang sepertinya masih menjalin hubungan baik dengan mantan istri Abang," ucap Daru kembali. Daru juga berpikir, mungkin sang senior masih mencintai mantan istrinya. Terlihat tadi tatapan sendu kakak seniornya itu waktu menyebut sang mantan istri. 

Sang senior tersenyum kecil. "Tentu saja kami harus menjalin hubungan baik, terlebih ada anak di antara kami. Sama seperti kamu dan mantan istri kamu itu kan?" tanya sang kakak senior karena sepertinya kakak seniornya ini tahu tentang dirinya dari pemberitaan media.

Wajah Daru langsung berubah datar. Pembahasan tentang mantan istrinya tak pernah menarik minat pria ini. "Ya begitulah," balas Daru dengan senyum masam. "Oh iya, mengenai yang kemarin, Abang bersedia jadi pengacara saya kan, kalau suatu saat saya butuh pengacara?"

"Tentu saja, Daru. Saya malah senang bukan main karena bisa dipercaya anak pemilik stasiun televisi terbesar di negara ini."

"Apa sih, Bang," seru Daru tak terima, yang menimbulkan tawa renyah seniornya itu. Sang senior baru tahu jika Daru adalah anak pemilik stasiun televisi terbesar di negara ini, karena saat kuliah dulu, Daru tak pernah menunjukkan jika dirinya adalah anak orang berada. Daru memilih hidup sederhana di sana, dan memilih tinggal di sebuah asrama pria ketimbang menyewa apartemen mahal. Pria tampan ini bahkan bekerja paruh waktu menjadi buruh cuci piring di salah satu rumah makan di sana.

Tak berapa lama, suara gemerincing lonteng terdengar, yang menandakan ada pengunjung masuk ke dalam cafe ini. Daru dan seniornya masih terus berbincang, mengingat masa kuliah mereka dulu.

"Ah sebentar," ucap sang senior menghentikan pembicaraan mereka. Sang senior mengalihkan pandangan ke samping. "Zetaya!"

Tubuh Daru mendadak kaku saat seniornya menyebut nama itu. Nama wanita yang dilihatnya kembali setelah bertahun-tahun. Ada berapa orang yang memiliki nama itu di negara ini? Tak mungkin itu mantan kekasihnya kan?

Daru mendengar derap langkah kaki mendekat ke arah meja tempatnya berada.

"Loh, Mas, di sini?"

Suara itu... Daru menelan saliva susah payah. Suara itu kan suara mantan kekasihnya. Sang senior mengenal mantan kekasihnya???

"Iya. Kamu habis pulang?"

"Iya, aku habis anter Misha pulang. Aku pikir Mas gak ke sini, jadinya Misha aku bawa pulang."

"Tidak apa-apa. Biar nanti saya yang ke sana."

"Ya udah. Mas udah minta Sapta bikinin Mas kopi?"

"Saya tunggu kamu."

"Ck! Kebiasaan."

Terdengar tawa renyah sang senior karena balasan Zetaya. Daru hanya mampu memperhatikan interaksi sang senior dan mantan kekasihnya, tanpa sanggup menggerakkan kepala ke samping, ke arah sang mantan kekasih yang berdiri di samping mejanya. Tiba-tiba saja hatinya cenat-cenut merasakan nyeri melihat keakraban mereka. Ada hubungan apa sang mantan dengan seniornya?

"Oh iya, buatkan teman saya minuman juga ya, tangan kamu kan tangan dewi."

Terdengar dengkusan kesal yang keluar dari bibir wanita ini, yang membuat senior Daru kembali tertawa.

"Kamu mau apa, Daru?" tanya sang senior yang menyadarkan Daru dari lamunannya.

Sementara itu, tubuh wanita yang bernama Zetaya ini mendadak kaku mendengar nama itu, lalu segera saja pandangannya beralih ke arah seseorang yang duduk di depan mantan suaminya, seseorang yang baru disadari keberadaannya. Mata Zetaya membola sempurna. Pria ini lagi??? Aish!! Mengapa dia kembali bertemu dengan pria ini?! Membuat mood-nya anjlok saja! Padahal Zetaya sudah sangat senang mereka tak kembali bertemu selama hampir satu minggu ini di sekolah anaknya saat Zetaya menjemput Misha.

Tatapan mereka bertemu saat Daru memalingkan wajah ke arahnya.

"Ha-hai Mamanya Misha," ucap Daru gugup. Sial! Dia selalu gugup jika berada di depan wanita ini. Wanita yang semakin mempesona.

"Kamu kenal anak saya?"

Daru mengalihkan pandangan ke arah sang senior dengan pandangan terkejut. "Misha anak Abang?" tanya Daru tak percaya. Jantungnya loncat-loncatan tak jelas, seperti kodok sedang lomba. Kalau Misha adalah anak sang senior, bukankah itu berarti...

"Iya, Misha anak saya. Jadi kamu—"

"Anak saya sekolah di tempat yang sama dengan Misha."

"Wah, suatu kebetulan ya!" sang senior terlihat sumringah, sementara Daru hanya tersenyum kecil, senyum yang terlihat ogah-ogahan. 

Pikirannya jadi kacau saat ini.

"Ehm, Papanya Evan mau minum apa?" tanya wanita yang menjadi sumber pikiran kacaunya ini datar. 

Pria ini kembali menatap Zetaya, Aya-nya... Tapi itu dulu. Kini wanita itu bukan Aya-nya lagi. Tak ada senyum di wajah sang wanita. Daru juga tak berharap minta disenyumi. Dia tahu penyebabnya.

"Saya—"

"Cappuccino buatan Zetaya juara di sini. Kamu harus coba," ucap sang senior heboh seperti seorang sales yang menawarkan produk dagangannya, yang entah mengapa membuat darah Daru mendidih. Ada apa dengannya? Sial!

"Ehm... Ka-kalau begitu, saya mau coba Cappuccino buatan Mamanya Misha," ucap Daru sambil memaksakan senyum, padahal hatinya sudah kebakaran.

Zetanya mengangguk singkat, lalu kembali mengarahkan pandangan ke arah pria di depan Daru. "Aku buatin minumannya dulu ya, Mas Fahri," ucap Zetaya lembut sambil tersenyum manis, lalu berlalu dari hadapan dua orang pria itu, dua pria yang pernah singgah di hidupnya.

Daru mendengkus kesal karena melihat senyum Zetaya yang ditujukan ke arah seniornya, Fahri Purwadiningrat. Seharusnya Zetaya bisa memberikan senyuman itu juga untuknya. Seharusnya? Mimpi saja kau, Brengsek! Wanita itu pasti masih sakit hati atas perbuatanmu dulu. Maki Daru pada diri sendiri.

"Kenapa?" tanya sang senior karena mendengar dengkusannya yang sepertinya kencang itu.

"Ah? Eng... enggak ada apa-apa, Bang," balas Daru salah tingkah. Daru kembali terdiam, lalu tak berapa lama, pria ini kembali membuka suara. "Ehm, Bang, wanita itu... jangan-jangan mantan istri Abang?" tanya Daru akhirnya. Rasa penasarannya harus segera dituntaskan seperti orang yang kehausan yang butuh segera minum. Daru bahkan tak peduli jika dia dianggap kepo urusan orang lain.

"Iya, dia mantan istri saya," jawab sang senior sambil tersenyum kecil.

Jawaban sang senior, malah membuat Daru sesak napas. Dugaannya sejak tadi ternyata benar. Mengapa dunia sesempit ini?

Tapi tunggu, mantan istri?

Itu berarti, mantan kekasihnya itu sekarang single?

Senyum sumringah segera terbit dari bibirnya. Aya-nya single? Pria ini mendadak ingin kembali mengejar wanita itu. Sang cinta pertama.

Namun tak berapa lama, senyum itu luntur seketika. Daru mengingat jelas senyum sendu sang senior saat pertama kali Daru bertanya tentang cafe ini.

Apakah seniornya masih mencintai sang mantan istri? Itukah sebabnya sang senior sering berkunjung ke cafe ini?

Kalau iya, itu berarti dia harus bersaing dengan seniornya sendiri untuk mendapatkan hati Aya-nya kembali? Sial! Daru tak suka situasi ini! Mengapa juga harus Fahri Purwadiningrat yang menjadi mantan suami Zetaya?! Pria di depannya ini punya karakter yang sempurna. Alim dan dewasa. Pasti Daru akan kalah sebelum berperang, terlebih sepertinya Zetaya juga masih memiliki rasa pada mantan suaminya itu, mengingat senyum lembut Zeyata yang diberikan untuk Fahri. Tapi... kalau mereka masing saling mencintai, mengapa mereka berpisah?

"Abang udah lama berpisah sama Mamanya Misha?" tanya Daru kembali. Mulutnya ini benar-benar tidak bisa direm.

"Dua tahun yang lalu. Ada apa?"

"Ah... gak ada, Bang. Saya cuma kaget aja. Hubungan kalian terlihat baik-baik aja, tapi kenapa berpisah?" tanya Daru kembali. Sepertinya mulutnya ini minta dijempret pakai karet ketoprak, karena terlihat terlalu kepo.

Sang senior terdiam mendengar pertanyaan Daru, yang membuat Daru tak enak hati sendiri.

"Ehm... maaf, Bang, saya gak bermaksud mau tau urusan Ab—"

"Karena memang seharusnya kami berpisah..." balas sang senior ambigu dengan tatapan kosong, yang membuat Daru malah semakin bertanya-tanya di dalam hati.

Ada apa dengan mantan suami istri itu?

***

Bab terkait

  • BEKAS PACAR ( INDONESIA )   Bag 4

    Setelah jawaban ambigu Fahri, mereka berdua kembali berbincang hal lain, karena sepertinya Fahri tak nyaman dengan pembicaraan sebelumnya.Daru beberapa kali mencuri pandang ke arah wanita yang saat ini ada di meja kasir, wanita yang tadi mengantarkan Cappuccino buatannya yang memang enak luar biasa.Tak salah jika Fahri merekomendasikan Cappuccino buatan Zeta, karena Daru bisa langsung jatuh cinta pada varian kopi itu di sesapan pertama."Daru, sepertinya saya harus kembali ke kantor. Ada klien yang ingin bertemu setengah jam lagi.""Oh, oke Bang.""Kamu ingin pergi juga?""Saya... kayaknya saya di sini dulu deh. Cappuccino dan mille feuille-nya enak dan belum habis," ucap Daru sambil menunjuk pastry yang terkenal di Perancis itu.Fahri tertawa renyah, lalu beranjak dari duduknya. "Sudah saya bilang, Cappuccino buatan Zetaya memang

    Terakhir Diperbarui : 2020-10-04
  • BEKAS PACAR ( INDONESIA )   Bag 5

    "Kak Zeta, besok aku datang siangan ya, soalnya jam 11 ada kelas. Aku lupa izin Kakak tadi.""Jadinya kamu shift siang?""Iya, Kak. Aku udah bilang Alana buat gantiin aku shift pagi.""Okay, gak pa-pa. Yang semangat ya ujiannya," ucap Zeta sambil menepuk pundak salah satu karyawan wanitanya itu."Makasih Kak Zeta cantik~""Tau aja kalau aku cantik. Hahaha..." Zeta dan sang karyawan tertawa seiring langkah kaki mereka keluar dari pintu cafe. Para karyawan lain di belakang Zeta pun ikut tertawa. Wanita dua puluh tujuh tahun ini memang terkenal humble sejak kecil. Di manapun berada, Zeta pasti langsung disukai banyak orang.Tawa Zeta luntur saat melihat seorang pria yang sejak siang betah nangkring di cafenya sampai cafe wanita berambut merah ini hampir tutup.Zeta pikir pria ini sudah pergi.Wanita ini menghentika

    Terakhir Diperbarui : 2020-10-04
  • BEKAS PACAR ( INDONESIA )   Bag 6

    "Andaru!"Daru menghentikan langkah saat seseorang memanggilnya. Pria ini membalikkan tubuh sampai berhadapan dengan seseorang itu, namun dengan jarak yang tidak dekat."Kamu ke mana saja? Mama tadi ke kantor, dan kamu malah tidak ada!""Habis ketemu teman lama. Ada apa Mama ke kantor?""Lebih tepatnya mama dan Rebecca datang ke sana."Wajah Daru berubah datar mendengar nama mantan istrinya itu. "Becca? Untuk apa?""Mama mau ajak kalian makan malam.""Tolong berhenti, Ma. Ansel dan Becca tidak akan kembali bersam—""Setidaknya ingat anakmu!" potong sang mama.Mereka saling pandang beberapa saat, sampai akhirnya Daru menghela napas berat. "Ansel yakin Evan tidak akan kekurangan kasih sayang kalau itu yang Mama takutkan.""Kalau kalian kembali bersama, kasih sayang yang Ev

    Terakhir Diperbarui : 2020-10-04
  • BEKAS PACAR ( INDONESIA )   Bag 7

    "Tutup?""Iya, Bu. Sudah lebih dari satu minggu yang lalu dia pulang kampung. Kalau pulang kampung suka lama, Bu, bisa satu bulan."Zeta menghela napas berat. "Tukang tambal ban lain di daerah sini gak ada lagi ya, Pak?""Ada, tapi jauh banget, di ujung jalan situ, ke depan lagi dan harus nyebrang."Zeta lagi-lagi menghela napas berat mendengar ucapan satpam yang berjaga di pos depan sekolah sang anak. Wanita ini mengalihkan pandangan ke arah Misha yang berdiri di sampingnya."Panas ya, Nak?" tanya Zeta lembut dengan sebelah tangan mengusap dahi sang anak yang sudah mengeluarkan keringat, sementara sebelah tangan lagi memegang grip stang motor matic putih kesayangannya."Enggak kok, Ma. Orang tambal bannya enggak ada ya?""Tutup, Sayang...""Mama Aya bannya kempes?"Tubuh Zeta menegang mendengar s

    Terakhir Diperbarui : 2020-10-04
  • BEKAS PACAR ( INDONESIA )   Bag 8

    "Spaghetti Tante enaaakkkk!!!! Evvan suka!"Zeta tersenyum lebar saat mendengar teman anaknya menyukai spaghetti yang dia buat.Wanita ini mengusap sayang puncak kepala Evan. "Habisin ya.""Pasti, Tante!!"Zeta tertawa renyah, lalu pandangannya beralih ke arah sang anak yang duduk di sampingnya. "Misha mau susu?""Endak ah, Ma. Di rumah ajah nanti.""Oke, Sayang...""Bisa buatkan aku kopi seperti kemarin?"Zeta mengalihkan pandangan ke arah pria yang berada di samping Evan. Wanita ini menyandarkan punggungnya, lalu menaikkan sebelah alis sambil bersedekap. "Itu kan sudah ada di depan Anda, Papanya Evan." Zeta melirik kopi yang ada di depan mantannya itu."Tapi ini bukan buatan kamu.""Sama-sama cappucinno kok.""Rasanya beda, aku nggak suka. Aku nggak mau

    Terakhir Diperbarui : 2020-10-04
  • BEKAS PACAR ( INDONESIA )   Bag 9

    "Mama, akuh mau lagi!!!""Habis itu, Evvan ya, Tante!!"Ucap dua bocah yang duduk berdampingan ini heboh."Iya-iya gantian ya."Daru tersenyum sumringah saat melihat dua malaikat cilik itu saling berebut meminta Zeta yang duduk di samping Misha menyuapi mereka. Zeta terlihat telaten dan sangat sabar menghadapi keceriwisan dua bocah yang sejak tadi bermain beragam jenis permainan di sini tanpa kenal lelah."Uhuk!""Hati-hati makannya, Evan... Minum dulu ya.""Ehm..."Setelah memberikan minum pada Evan yang tersedak makanan, Zeta mengalihkan pandangan ke arah pria yang sejak tadi duduk di depannya, karena mendengar suara yang keluar dari mulut Daru. Sejak mereka selesai memesan makanan di sebuah restoran cepat saji yang berada di area taman bermain yang mereka datangi, Daru tak pernah mengalihkan tatapannya dari w

    Terakhir Diperbarui : 2020-10-04
  • BEKAS PACAR ( INDONESIA )   Bag 10

    "Maaf ya, Mas, aku lupa banget.">"Tidak apa-apa, Zetaya.""Ini sebentar lagi mau sampai rumah kok. Aku tutup dulu ya.">"Baiklah."Zetaya menjauhkan ponsel dari telinganya, setelah panggilan terputus. Wanita ini mengalihkan pandangan ke arah sampingnya, tempat di mana sang mantan kekasih mengemudi. Pria itu terlihat mengeraskan rahang, yang membuat Zeta mengernyitkan dahi bingung."Udah selesai mesra-mesraannya sama si Mas Mantan?" tanya Daru sinis. Pria ini menoleh sekilas ke arah Zeta dengan wajah dingin, yang semakin membuat Zeta tak mengerti.Bukankah tadi Daru bersikap sangat bersahabat? Bahkan mereka beberapa kali saling menertawakan karena kekonyolan yang pernah mereka lakukan di masa lalu, yang tanpa sadar membuat Zeta kembali nyaman pada sosok Daru. Tapi kini, pria itu malah terlihat menyeramkan. Apa Daru salah makan?"Mes

    Terakhir Diperbarui : 2020-10-04
  • BEKAS PACAR ( INDONESIA )   Bag 11

    Mereka masih saling terdiam dengan tatapan yang sama-sama sulit diartikan. Tak berapa lama, Zeta menghela napas panjang. Wanita manis ini memalingkan wajah ke arah rumahnya."Memposisikan diri seperti apa? Apakah dengan menjauhiku?" tanya Zeta sambil memalingkan wajah kembali ke arah Daru."Bisa jadi seperti itu. Aku gak mau berharap terlalu banyak, kalau memang kamu dan Bang Fahri ada hubungan lebih selain hubungan mantan suami istri. Aku juga gak mau jadi orang ke tiga di antara hubungan orang lain. Kamu tentu tau, kalau aku mendekati mu karena ingin kembali mendapatkan hatimu dan kembali bersama."Zeta menelan saliva susah payah. Pria ini masih seperti dulu, tidak pernah bertele-tele dan selalu to the point. Dulu, saat pria ini cemburu pada salah satu teman sekelas Zeta yang berjenis kelamin laki-laki, Daru dengan lantang mengatakan jika dia cemburu."A-aku udah pernah bilang, kalau kita gak

    Terakhir Diperbarui : 2020-10-04

Bab terbaru

  • BEKAS PACAR ( INDONESIA )   EPILOG

    BAB MENGANDUNG DUA PULUH SATU PLUS-PLUS!SADAR DIRI BUAT YANG MASIH UNYU-UNYU DAN BARUNETASYES.KUPANTAUDARI JAUH NIH.YANG TETAP NEKAD BACA2 BAGIAN PALING BAWAH BAB INI, TAR KUSURUHZETANYEMBURKALIAN PAKAI KOPI RASA AIR LAUT.WWKKWKW...Happy Reading,&

  • BEKAS PACAR ( INDONESIA )   Bag 24 ( END )

    BAB MENGANDUNG DUA PULUH SATU PLUS-PLUS!SADAR DIRI BUAT YANG MASIH UNYU-UNYU DAN BARUNETASYES.KUPANTAUDARI JAUH NIH.YANG TETAP NEKAD BACA2 BAGIAN PALING BAWAH BAB INI, TAR KUSURUHZETANYEMBURKALIAN PAKAI KOPI RASA AIR LAUT.WWKKWKW...Happy Reading,

  • BEKAS PACAR ( INDONESIA )   Bag 23

    "Calonnya belum datang ya?"Zeta hanya dapat tersenyum kecut saat salah satu penjaga butik tempat dirinya dan Daru akan mencari pakaian pernikahan sesuai keinginan mereka menanyakan hal yang sama lebih dari lima kali. Ingin rasanya Zeta mencongkel bola mata wanita itu, dan menarik kuat bibirnya karena senyum sinis sang penjaga butik, yang saat ini menatapnya mengejek.Tatapan seperti itu sudah hampir dua minggu lebih didapat Zeta setelah Daru mengumumkan hubungan mereka pada media. Kafenya bahkan belakangan ini ramai, hanya karena banyak yang ingin melihat dirinya, lalu menatap sin

  • BEKAS PACAR ( INDONESIA )   Bag 22

    “Bagaimana nasib Evan jika media menghujat anakmu, Becca? Menuduh anakmu sebagai anak haram setelah nanti media tahu bahwa Andaru bukan ayah kandung cucu mama. Pikirkan itu! Seandainya kamu tidak menyerahkan dirimu pada Kafka, semua ini tidak akan terjadi! Ingat, kamu yang salah di sini, karena sudah menjadi wanita murahan!” desis Mayang tajam, yang membuat kaki Rebecca lemas seperti jelly.Rebecca akui dia salah, tapi apakah kesalahan harus dilimpahkan padanya semua? Rebecca tahu dirinya bodoh karena menyerahkan diri pada Kafka. Tapi haruskah Mayang menghinanya seperti itu?

  • BEKAS PACAR ( INDONESIA )   Bag 21

    Bibir Daru tak pernah berhenti tersenyum sejak ayah Zeta merestui hubungan mereka. Pria tampan ini masih betah bersandar pada dinding depan toilet restoran di salah satu mall besar di kota ini.Depan toilet wanita? Ya, pria ini sejak keluar dari rumah Zeta setelah meminta izin pada Setyo untuk membawa Zeta menghabiskan waktu bersama, tak pernah melepas Zeta sedetikpun. Seperti sekarang, saat sang calon istri pergi ke toilet, Daru bahkan mengikutinya layaknya anak ayam yang takut tersasar. Padahal mereka sedang makan, tapi Daru memilih meninggalkan makanan mereka, dan meminta seorang pelayan di sana untuk tak membereskan dulu meja mereka.

  • BEKAS PACAR ( INDONESIA )   Bag 20

    Zeta menguap, sesekali mengusap matanya, karena matanya masih saja lengket minta dipejamkan. Memang sih semalam wanita manis ini tidur sangat larut. Alasannya apa lagi kalau bukan hubungan yang baru kembali dibinanya dengan Daru. Sepanjang malam, Zeta tak pernah berhenti tersenyum dengan jantung berdetak kencang. Wanita ini masih tak habis pikir dengan dirinya sendiri yang berani mencium Daru lebih dulu. Padahal hanya mencium di pipi, tapi rasanya seperti melepaskan semua pakaiannya di depan Daru. Antara malu, tapi senang tak terkira. Bagaimana jika nanti wanita ini benar-benar ‘polos’ di depan Daru?Zeta segera menggelengkan kepala guna mengenyahkan pikiran tak pantas yang tiba-tiba saja hadir di kepala. Pa

  • BEKAS PACAR ( INDONESIA )   Bag 19

    "Ki-kita udah sampai di depan rumahku. Kamu... kamu masih mau pegangin tangan aku terus?" tanya Zeta menyindir, namun suaranya terdengar gugup. Wajah Zeta masih merona malu. Dirinya tak menyangka bisa kembali menjalin hubungan dengan Daru.Daru terkekeh geli sambil menatap tangan kirinya yang sejak pria ini mengemudi, bolak balik memegang tangan kanan Zeta. Pria ini mengusap sayang punggung tangan Zeta, yang membuat tubuh Zeta meremang."Aku gak lagi mimpi kan, bisa genggam tangan kamu lagi kayak gini?"

  • BEKAS PACAR ( INDONESIA )   Bag 18

    Matanya nyalang menatap Daru. Sebelah tangannya mengusap kasar bibir yang baru saja Daru nikmati. "Aku bukan wanita murahan, Ansel!" ucap Zeta tajam. Mata wanita ini berkaca-kaca."Hiks... a-aku—"Sreeet!Zeta terkejut saat Daru menarik sebelah tangannya sampai tubuh wanita ini kembali berada di dalam rengkuhan Daru.

  • BEKAS PACAR ( INDONESIA )   Bag 17

    Tubuh Zeta lemas seketika, sampai Daru langsung melangkah pasti untuk merengkuh tubuh Zeta agar wanita ini tak terjatuh. Mereka saling pandang dengan jarak sedekat ini. Napas mint Daru menerpa bibir Zeta."Kamu tidak apa-apa?" tanya Daru cemas.Zeta memperhatikan wajah Daru dengan seksama. Apakah ucapan mantannya ini bukan candaan? Tapi kalau hanya candaan, tidak mungkin wajah Daru terlihat penuh penyesalan seperti ini."Ka-kamu serius melakuk

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status