Share

5. Cerita Seli

Penulis: Yenika Koesrini
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-11 12:54:10

"Kamu serius, Mbak?" tanya Banyu masih tidak percaya.

 

"Kalo nama dan alamat rumah matan suaminya Layla ya memang ini," balas Seli merasa yakin, "Layla Bakery's ada di daerah Ahmad Yani kan?" tebaknya kemudian.

 

"Ho-oh." Banyu mengangguk mengiyakan.

 

"Tokonya ngadep ke utara terus deket sekolah TK gitu kan?"

 

"Bener banget."

 

"Ya udah ... ini sih toko bekas punya Layla sendiri." Seli mengembalikan dompetnya kembali pada si empunya.

 

"Kok bisa ya? Panji ini kayak belum move on gitu dari Layla kalo menurut aku," ujar Banyu sedikit heran. Tangannya menaruh dompet. Kali ini ia masukkan ke saku kemeja. "Padahal katanya mereka udah cerai selama enam tahun," sambungnya mulai fokus menyetir kembali.

 

"Aku sendiri juga gak tahu." Seli menghembus napas, "pokoknya kalo ingat perjuangan Layla lepas dari Panji itu ikut nyesek sendiri, Nyu."

 

"Oh ya? Emang gimana kejadiannya dulu?" tanya Banyu menunjukkan ketertarikan.

 

Banyu baru mengenal Layla dua tahun terakhir. Itupun tidak terlalu dekat. Dia mengenal Layla hanya sebatas kenal sebagai asisten kakak iparnya.

 

Walaupun dari awal sudah tertarik begitu melihat pembawaan Layla yang tenang. Namun, sikap datar wanita itu membuat Banyu tidak langsung berani mengutarakan niat.

Selilah yang mendekatkan keduanya.

 

Banyu lama tinggal Malaysia. Dia baru pulang saat suami Seli atau kakak kandungnya meninggal dunia dua tahun lalu. Sebenarnya dia betah hidup di negara orang. Apalagi di sana pekerjaannya juga sudah cukup mapan. Tetapi, sebagai satu-satunya anak yang tersisa, Banyu dituntut untuk meneruskan usaha warisan orang tuanya. Usaha yang sempat dikelola oleh sang kakak. 

 

Alasan itulah yang membuat Banyu tidak begitu tahu mengenai seluk-beluk Layla. Dirinya bisa dikatakan dekat dengan Layla, baru sekitar tujuh bulanan. Karena wanita yang usianya terpaut dua tahun lebih tua darinya itu memang selalu menjaga jarak dengan pria.

 

"Coba ceritakan lebih detail mengenai perpisahan mereka, Mbak," pinta Banyu kemudian.

 

Seli menghela napas panjang. "Aku inget banget kejadian enam tahun lalu, Nyu. Malam-malam ... di bawah guyuran hujan Layla datang seorang diri."

 

Angan Seli melayang pada masa enam tahun silam.

 

*

 

Saat itu sekitar pukul delapan malam. Seli, almarhum suami dan putri semata wayangnya baru saja selesai makan bersama. Keluarga kecil itu melanjutkan kebersamaan dengan mengobrol santai di ruang keluarga.

 

TING TONG! TING TONG!

 

"Bunda lihat dulu siapa yang datang, ya," pamit Seli begitu mendengar bel rumah berbunyi.

 

Wanita itu berlalu usai mendapat anggukan setuju dari anak dan suaminya. Seli melangkah ke pintu depan. Asisten rumah tangga Seli hanya berkerja dari pagi hingga sore saja. Sehingga kalau malam tidak ada orang lain selain keluarga inti.

 

"Layla?" sapa Seli lumayan kaget melihat sahabatnya itu. 

 

Belum pernah sekalipun, Layla berkunjung ke rumah Seli sendirian. Apalagi malam-malam seperti ini. Wanita itu jika main pasti bersama anak-anak.

 

"Aku boleh masuk?" tanya Layla terdengar lemah.

 

"Masuklah!" Seli langsung mempersilakan. "Kamu sendirian?"

 

Layla hanya mengangguk kecil.

 

"Ya udah ayok!" Seli menarik lengan Layla.

 

"Tapi tolong bayarkan aku taksi dulu, Sel," mohon Layla dengan tatapan sayu.

 

Seli memandang sopir taksi yang masih setia menunggui mereka. "Sebentar aku ambil uang dulu," pamitnya kemudian.

 

Seli masuk lagi ke dalam. Dia tergesa menuju kamarnya. Wanita itu mengambil dompet. Setelahnya dia kembali lagi ke teras depan.

 

"Terima kasih," ucap Layla begitu menerima selembar uang kertas dengan nominal seratus ribu. 

 

Layla berlari-lari kecil menemui Pak sopir. Dia membayar argo taksi. Setelah beres dirinya kembali lagi menemui Seli.

 

"Ayo masuk!" Seli merangkul pundak Layla untuk memasuki rumahnya. 

 

"Wahhh ... baju kamu lembap," ujar Seli begitu menyentuh atasan Layla.

 

"Tadi kena air hujan waktu turun dari taksi," jawab Layla pelan.

 

"Ya udah nanti aku pinjami kamu baju."

 

"Makasih," ucap Layla tersenyum tipis.

 

Seli membawa temannya menuju ruang keluarga. Tempat di mana suami dan anaknya tengah santai berbincang. Wanita itu gegas menuju kamar usai mempersilakan Layla duduk.

 

Saat itu Seli dan Layla sudah berkawan sekitar lima tahunan. Mereka saling mengenal karena anak Seli satu kelas dengan Kenzi dari TK. Keduanya akrab dan menjadi seperti saudara. 

 

Baik Seli ataupun Layla sering saling berkunjung. Padahal jarak rumah mereka lumayan jauh. Butuh waktu satu jam sendiri untuk bisa sampai.

 

Layla sendiri sudah menganggap Seli sebagai kakaknya sendiri. Kebetulan keduanya berasal dari kota yang sama, yakni Banjarnegara. Dan di Jakarta ini Layla tidak punya sanak saudara.

 

Seli menarik dress panjang berbahan kaos dari lipatan di rak lemari. Wanita itu keluar lagi. Lalu menyerahkan baju tersebut pada Layla. Dia menyuruh Layla untuk berganti pakaian di kamar tamu.

 

"Sebenarnya ada apa malam-malam ke sini?" tanya Seli begitu Layla telah mengganti bajunya.

 

Layla terdiam. Wanita itu justru menunduk. Dia merasa malu jika harus bercerita di depan suami dan anaknya Seli.

 

Seli yang pengertian langsung memberi kode suaminya untuk membawa sang putri masuk ke kamar.

 

"Kenapa, La?" Seli mengulang pertanyaan begitu suami dan anaknya berlalu. Dia menyentuh pundak sang sahabat. "Kamu berantem lagi dengan Panji?" tebaknya hati-hati. Kala itu rumah Layla memang sudah mulai dilanda prahara. 

 

Enam bulan sebelumnya, Layla cerita kalau Panji baru saja mengangkat pegawai baru. Usut punya usut ternyata pegawai baru tersebut adalah mantan gebetannya Panji sewaktu sekolah. Kata Layla semenjak itu sikap Panji mulai berubah. 

 

Panji yang dulu begitu mencintai Layla mendadak jadi kaku bahkan cenderung kasar. Salah sedikit Layla akan kenapa bentakan. Lalu dua bulan lalu tanpa malu Panji dan perempuannya yang bernama Hani mengaku jika ingin bersatu.

 

"Kenapa kamu diam, La? Ada apa?" cecar Seli tidak sabar.

 

Tiba-tiba tangis Layla pecah. "Aku ... aku baru saja diusir sama ... sama Mas Panji, Sel," adunya dengan suara tersengal.

 

"Astaghfirullah hal adzim!" Seli gegas memeluk Layla. "Memangnya kenapa, La?" tanyanya begitu melerai dekapan.

 

Layla masih terisak. "Mas Panji ... Mas Panji marah ... karena aku menentang permintaannya," tuturnya masih terbata.

 

"Memang apa yang Panji inginkan?" tanya Seli serius.

 

"Poligami."

 

Seli tercengang mendengarnya.

 

Next

Terima kasih banyak untuk love n komentarnya ❤️

Jan lupa subscribe ya untuk update part terbaru 🙏

Komen (2)
goodnovel comment avatar
MAESYAROH 622
mantap ......lanjut...️
goodnovel comment avatar
d'Qarumun Dua
Menarik, dan Makin penasaran
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   6. Perjuangan Layla

    "Poligami?" Banyu menyela cerita Seli saking terkejutnya.Seli mengangguk. "Iya, jadi si Panji menawarkan pilihan itu ke Layla, tapi sama Layla ditolak mentah-mentah," terangnya tenang, "dulu itu sebenarnya Panji gak mau nyeraiin Layla lho.""Oh ya? Kok bisa?" kejar Banyu kian penasaran."Namanya orang serakah." Seli menjeda penuturannya untuk mengambil napas, "jadi mentang-mentang lagi banyak duit ketemu janda langsung ngiler."Banyu tersenyum tipis mendengar seloroh kakak iparnya. "Mbak kita mampir di depan yuk! Aku agak laper nih," ajaknya sembari menunjuk gerai bakmi."Ayolah!" Seli setuju.Mobil Banyu pun berhenti di depan gerai bakmi. Keduanya masuk ke tempat tersebut. Kebetulan suasana sedang tidak begitu sepi. Mereka sengaja memilih tempat duduk di dekat jendela.Banyu lant

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-10
  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   7. Pertikaian

    Mendapatkan ancaman serius dari sang majikan, Pak Jono tidak bisa berkutik. Kendati hati iba melihat majikan perempuannya. Namun, kebutuhan akan anak-anaknya membuat Pak Jono terpaksa menutup mata dan telinga."Masuk kamu, Pak!" titah Panji dingin."Ya, Pak." Pak Jono mengangguk patuh. Dengan perasaan tidak enak, lelaki itu berlalu meninggalkan kedua majikannya."Ngapain kamu ke sini?" tanya Panji sambil berkacak pinggang."Aku mau lihat keadaan Ziel." Layla membalas dengan tenang, "aku dengar dia lagi sakit.""Kata siapa?" cecar Panji sambil menajamkan penglihatan.Sayang Layla tidak gentar karenanya. Wanita itu justru balas menatap pria yang masih sah sebagai suaminya dengan tenang. Sementara di belakang, Seli bersiap memberikan dukungan."Bik Ijah dan Ita yang bilang."

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-10
  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   8. Rencana Seli

    Satpam itu terus menggeret Layla hingga keluar pintu gerbang."Sudah, Pak, sudah!" Seli memperingatkan."Ibu Layla kalo masih ngotot minta masuk, saya gak segan bawa Ibu ke kantor. Biar nanti diproses oleh polisi." Satpam tambun itu mengancam."La, udah ... sebaiknya kita pulang aja dulu, yuk!" Seli kembali mengajak, "kita cari solusinya di rumah dengan kepala dingin, okey?" bujuknya halus.Layla yang masih tersedu hanya bisa mengangguk pasrah.Seli lekas membimbing Layla pergi. Wanita itu membukakan pintu mobil untuk Layla. Setelah Layla masuk, Seli menutupnya.Kaki Seli menderap cepat memutari mobil. Wanita itu masuk dan duduk di belakang setir. Setelah memakai safety belt, dia menjalankan mobilnya.Sementara itu di teras, Panji memandang kepergian mobil Seli. Matanya terus mengawasi hingga kendaraan tersebut mulai tidak terlihat lagi. Pria itu menarik n

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-11
  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   9. Orang Suruhan Panji

    Seli sengaja membawa Layla dan anak-anaknya berlibur ke Puncak. Kebetulan dia punya sebuah villa mungil di sana. Tentu saja usul Seli ini disambut gembira oleh Layla dan anak-anaknya. Tidak terkecuali Chelsea sendiri."Iya nih, lama kita gak berlibur," ujar Chelsea kecil bergelanjut manja pada lengan Seli, "mama sibuk kerja terus." Bibir itu mulai merajuk.Saat itu usaha event organizer-nya belum dibangun. Namun, wanita itu aktif bekerja sebagai MC di setiap acara. Baik acara nikahan, ulang tahun, atau pun acara kantor. Publik speaking-nya yang bagus membuatnya banyak mendapat tawaran.Sementara Bumi, suami Seli adalah pengusaha gerai ayam goreng yang sekarang dikelola Banyu. Seperti kebanyakan rumah tangga yang lain, hubungan Seli dan Bumi juga mengalami pasang-surut. Hanya saja Bumi tidak segila Panji.Bumi memang berasal dari keluarga yang cukup berada. Maka

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-11
  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   10. Akhir Cerita Seli

    Mata Bumi mengitari sekeliling. Tiba-tiba dia menangkap bayangan seseorang berpakaian hoodie hitam. Mukanya tersamarkan karena tertutup masker. Sementara di lehernya tergantung kamera."Woi ... siapa lo!" teriak Bumi geram.Dia segera mengejar lelaki pemegang kamera itu. Feeling-nya mengatakan jika orang itu sudah mengawasinya dari kemarin. Sayang lari Bumi kalah cepat. Dirinya kehilangan jejak pria misterius itu.Dengan perasaan sedikit kecewa, Bumi kembali menemui keluarganya. Orang tua si penunggang kecil itu tampak berkali-kali meminta maaf pada Layla dan Azriel. Keduanya berlalu setelah dimaklumi oleh Layla."Mas Bumi ngejar siapa?" tanya Layla begitu Bumi menghampiri."Kayaknya ada yang nguntit kita," balas Bumi dengan napas yang sedikit tersengal."Oh ya?" Mata Layla sedikit terbeliak.

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-11
  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   11. Gengsi

    Banyu dan Seli sudah merasa kenyang. Mereka gegas meninggalkan gerai bakmi tersebut. Keduanya masuk mobil kembali untuk melanjutkan perjalanan pulang."Mbak, pernah gak Layla cerita sama kamu, kalo dia ada kayak trauma terhadap pernikahan?" tanya Banyu sambil fokus menyetir.Seli menatap adik iparnya. Bukan tanpa alasan Banyu bertanya demikian. Pria itu sudah pernah ditolak sekali oleh Layla satu tahun yang lalu.Namun, karena rasa cintanya yang kuat, Banyu tidak patah semangat. Dirinya terus memperlihatkan perhatian dan rasa sayangnya pada Layla. Sehingga lima bulan kemudian, dia berani mengungkapkan perasaan lagi.Entah karena kasihan atau memang sudah ada rasa, Layla sudah mau menanggapi perasaan Banyu. Namun, wanita itu masih b

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-12
  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   12. Teguran

    Benturan keras itu tidak terelakkan lagi. Kedua mobil itu saling bertabrakan. Imbasnya baik Panji maupun Hani mengalami luka.Kening Panji menghantam setir mobil. Perlahan dia merasakan tetesan anyir. Kini bahkan cairan merah tersebut membasahi matanya. Membuat penglihatannya sedikit terganggu.Di sebelahnya Hani memekik keras. Sepertinya wanita itu benar-benar kesakitan. Karena hidungnya memang terantuk dashboard mobil. Kemungkinan hidung Hani patah. Darah segar pun mengalir membasahi bibirnya. Wanita itu menjerit tatkala rasa asin itu terkecap di lidah.Beruntung tidak lama datang bala bantuan. Warga yang menyaksikan insiden serempetan itu gegas mendekat untuk memberikan pertolongan. Mereka meng

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-12
  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   13. Sandiwara Hani

    Sudah tujuh hari Panji dan Hani dirawat di rumah sakit. Dokter sendiri sudah memperbolehkan suami istri itu untuk pulang. Namun, Panji belum juga chek out. Alasannya tentu saja tidak lain dan tidak bukan adalah uang.Tantri benar-benar tidak bisa membantu. Sementara kedua orang tua Hani adalah seorang yang pengangguran. Kehidupan mereka sendiri ditanggung oleh Panji. Menjadikan beban yang dipikul Panji terasa kian berat.Hanya saja Panji tidak berani mengeluh. Semua sudah menjadi pilihannya. Dulu selagi masih berjaya dirinya pernah berjanji. Dengan jumawa pria itu berikrar bahwa akan terus menanggung kebutuhan sehari-hari orang tua Hani.*

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-12

Bab terbaru

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   82. Detik-detik Melahirkan

    Besok pagi adalah pesta ulang tahun Azriel yang kesebelas. Tumben-tumbennya bocah yang sudah mulai beranjak gede itu minta pada ayahnya untuk diadakan pesta. Padahal selama ini Azriel tidak pernah mau jika hari lahirnya dirayakan. Walaupun berkali-kali dulu sudah dibujuk oleh Layla, Panji ataupun Banyu.Bukannya Layla tidak mau menuruti keinginan Azriel. Namun, kondisi tubuh wanita itu sudah tidak memungkinkan lagi untuk mengurus persiapan pesta. Hari perkiraan lahir tinggal seminggu lagi. Badannya juga terasa amat berat. Malah sedari pagi sebenarnya dia sudah merasakan mulas-mulas ringan.Kehamilan kali ini membuat berat badan Layla naik lumayan drastis. Jika sebelum hamil bobot tubuhnya paling berat hanya lima puluh kilogram. Sekarang sudah mencapai enam puluh delapan. Hampir dua puluh kilogram penambahannya.Anehnya banyak yang bilang jika hanya bagian perut dan pipi saja yang mengalami peningkatan. Lainnya tetap terlihat normal. Dan yang membuat

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   81. Nama Mantan

    Tiga hari kemudianLayla tengah mematutkan diri di cermin. Siang itu dia akan pergi periksa kandungan. Usia kandunganku sudah memasuki minggu ketiga puluh lima.Detik-detik menanti kelahiran. Layla sudah harus cek kandungan seminggu sekali. Beruntung Banyu selalu bersedia menemaninya untuk check up. Sesibuk apapun dirinya tidak pernah absen.Ketika Layla baru saja memoles bibirnya dengan lipstik terdengar derit pintu kamar. Perempuan itu menoleh. Seraut wajah kusut datang. Banyu suami tercinta melangkah masuk dengan gontai.Pria itu melempar begitu saja tubuhnya ke ranjang dengan tengkurap. Wajah Banyu terbenam pada bantal bersarung warna putih tersebut. Mau tak mau aku harus menghampiri sang suami."Ayang Mbep, ada apa ini?" tanya Layla lembut. Perlahan dia memegang pundak suami tercinta. "Dateng-dateng kok mukanya ditekuk gitu?" tegurnya perhatian.Banyu membalikkan badan. Wajah pria yang sehari-hari tampak tenang kini terlihat keruh. "Bu

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   80. Ayang Mbep

    Layla dan Banyu tengah jalan pagi mengitari komplek. Aktivitas menyehatkan itu sudah Layla jalani dari awal hamil. Syukurnya Banyu selalu setia menemani.Padahal Layla tidak pernah mengajak sang suami. Namun, Banyu punya kesadaran untuk melakukan olahraga tersebut. Karena kata Banyu, jalan pagi itu selain mudah, murah, juga kaya manfaat yang baik untuk kesehatan tubuh.Banyu sendiri berusaha menjadi suami yang siaga. Jadi setiap pagi sebelum berangkat kerja, dia menyempatkan diri untuk menemani sang istri jalan pagi. Selain itu dirinya juga sekalian berolahraga untuk kebugaran tubuh.Jalan kaki dipilih karena dapat menjaga berat badan, menurunkan kadar kolesterol, serta menyeimbangkan tingkat tekanan darah. Sehingga mengurangi resiko kelahiran prematur.Satu jam berlalu. Layla merasa cukup berolahraga. Peluh sudah mulai membanjiri badan. Belum lagi cacing di dalam perut sana meminta jatah makan pagi. Akhirnya wanita itu pun mengajak sang suami untuk

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   79. Buah Kesabaran

    "Hani hamil anakku?” gumam Panji tidak percaya. Pria itu tertawa sumbang, “kami bahkan sudah berpisah hampir dua bulan, Pak. Dan sebelum itu, aku dan Hani juga sudah pisah ranjang,” papar Panji menerangkan keraguan hatinya. “Terus kalo bukan anak kamu, itu anaknya sapa?” sergah Bapaknya Hani mulai meradang, “Hani memang bukan wanita yang alim, tapi saya bisa menjamin kalo dia gak akan mungkin murahan menjajakan diri,” semburnya cukup lantang. “Ayah!” Dari dalam menghambur Zea yang diikuti oleh Bik Ijah dan Tantri. Kakak Panji itu sengaja mampir begitu pulang dari kantor. Perempuan itu ingin mendengar jalannya sidang perdana perceraian sang adik. “Pak Hadi?” sapa Tantri begitu sadar akan kehadiran mertua adiknya, “dari Bogor langsung ke sini kah?” “Gak,” sahut

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   78. Kehamilan Hani

    “Dia bukan istri saya,” tampik Bapak Beni begitu dokter menyangka Hani adalah istrinya.“Oh bukan? Lantas adiknya?” Dokter bertanya seraya membetulkan letak kaca matanya.“Bukan adik saya juga.” Pak Beni kembali menggeleng.Dokter seumuran Pak Beni itu tersenyum. “Oke ... entah itu teman, saudara atau pun tetangga, saya cuma mau menjelaskan kalo ibu ini lagi hamil. Dan sekarang sudah menginjak minggu ke delapan.”Bapak Beni hanya mengangguk.

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   77. Ibu Lia Kena Batu

    Ibu Lia menyeringai puas. Hatinya cukup merasa bahagia melihat Hani beranjak pergi dengan menarik dua kopernya. Wanita itu lantas memotret Hani dari belakang.Walau pun tidak terlihat jelas wajah Hani, tetapi Ibu Hani tetap akan menyebarkan foto Hani yang mengenaskan tersebut. Jika dituruti hawa nafsunya, wanita itu ingin sekali melihat Hani menangis berdarah-darah di hadapannya.Perempuan itu lantas mengeluarkan satu gepok uang pada amplop cokelat. Ibu Lia mengangsurkan amplop tersebut pada seorang kepala preman. Dia sengaja menyewa preman guna mengusir Hani.Ibu Lia pikir Hani masih sama seperti yang dulu. Pintar beradu mulut dan keras kepala. Makanya dirinya mengantisipasi dengan membawa preman.

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   76. Diusir Lagi

    "Diperintahkan?” Dahi Hani berkerut indah.“Apakah Mas Panji yang menyuruh?”otak Haniberpikir gusar, “tidak mungkin!”Hani menggeleng keras sendiri, “jika dia mau menggunakan ruko ini untukmembuka usaha, harusnya dari kemarin-kemarin cek keadaan ruko ini.”Hani lantas menatap para preman bertubuh besar dihadapannya. “Memangnya siapa yang memerintahkan kalian untuk mengosongkan rukoini?” tanya dia cukup penasaran.“Aku yang menyuruh mereka, Hani.”Hani menoleh. Saking kagetnya melihat kedua kopernyadikeluarkan oleh orang yang tidak dikenal, dia sampai tidakngehjikaada mobil yang berhenti tidak jauh dari pelataran ruko itu.Hani mengenal mobil me

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   75. Sidang Perdana

    Hani baru saja keluar dari kamar mandi. Hari ini adalah jadwal sidang perceraiannya. Dia akan datang untuk mempertahankan rumah tangganya.Sebenarnya Hani enggan keluar dari kediamannya. Karena sejak tadi pagi dia mual-mual. Padahal dirinya sudah meminum obat masuk angin dan juga asam lambung. Tetap saja perempuan itu diserang enek.Hani membuka koper. Dia mengambil kotak make up yang kini tinggal bedak dan lipstik. Bagaimana pun juga wanita itu ingin tetap terlihat menarik di hadapan Panji.Usai memoles wajah, Hani meraih salah satu koleksi busana terbaik yang dipunyai. Sebuah dress lengan panjang Korea. Koleksi baju panjang perempuan itu tidaklah banyak. Dulu dia begitu menyukai baju-baju mini dan sed

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   75. Ibu Lia Menemui Panji

    Sopir Ibu Lia mengangguk patuh. Pria paruh baya itu mulai melajukan mobilnya.“Pelan-pelan saja, Pak! Jangan sampai wanita itu tahu kalo kita lagi ngikutin,” suruh Ibu Lia dengan fokus tetap tertuju pada Hani.“Baik.” Pak sopir kembali mengiyakan.Sementara di luar sana, Hani terus melangkah. Pikirannya kosong. Sungguh pemutusan hubungan kerja ini membuatnya bingung.Hani bukanfreshgraduateyang gampang mencari pekerjaan. Dia hanya seorang ibu-ibu yang tidak punya keterampilan khusus. Apalagi berkas-berkas ijazah tertinggal di rumah ibunya.

DMCA.com Protection Status