Share

4. Tanggapan Banyu

Author: Yenika Koesrini
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Jadi saya ini adalah teman dekatnya mantan suami Layla." Panji memulai kisah bohongnya. "Kebetulan kami punya kemiripan nama. Sama-sama bernama Panji." Panji menjeda omongannya. Lelaki itu mengulum senyum.

 

Banyu yang sedikit penasaran diam mendengarkan. Dua tahun mengenal Layla, wanita itu sangat tertutup. Tidak banyak yang tahu tentang masa lalu Layla. Terutama tentang keluarganya.

 

"Teman saya yang bernama Panji itu sering bercerita, jika Layla istrinya adalah tipe wanita yang sangat sulit diatur dan terlalu keras kepala," terang Panji mulai melakukan fitnah.

 

"Oh ya?" sahut Banyu sedikit tidak percaya, "tapi selama kami berteman, menurut saya sikap Layla lumayan baik. Orangnya juga santun. Pembawaannya cukup tenang. Rasanya adem saja kalo ngobrol sama dia," puji Banyu kekaguman.

 

Hati Panji berdenyut keras mendengar Banyu begitu memuja sang mantan.

 

"Saya pun terkecoh dengan penampilannya," balas Panji tetap memprovokasi.

 

"Maksudnya gimana?"

 

"Di hadapan teman-teman suaminya, Layla memang pandai bersikap manis seperti itu. Saya saja gak percaya kalo bukan mantan suaminya yang bercerita sendiri," beber Panji mempengaruhi Banyu.

 

"Kalo dia orang yang baik, kenapa anak-anaknya gak ada yang mau ikut dia?" 

 

Banyu mulai tertarik mendengar penuturan Panji.

 

"Teman saya bilang Layla itu tidak becus mengurus anak." Panji kembali membuat kebohongan, "dia beralasan sibuk dengan toko rotinya. Apalagi setelah tokonya dulu sukses, Layla jadi besar kepala. Suami dan anaknya begitu terbengkalai. Bahkan pernah minggat dari rumah dan menelantarkan anaknya yang masih kecil-kecil," tutur Panji berapi-api.

 

"Makanya saat sidang perceraiannya, dia tidak mendapatkan hak asuh anak serta harta gono-gini," pungkas Panji mengakhiri cerita. 

 

Dia cukup puas melihat Banyu terbengong seperti itu. Panji merasa jika Banyu mulai ragu. Dalam hati dia berdoa agar pendirian Banyu untuk mendekati Layla goyah.

 

Banyu sendiri tengah menimbang-nimbang omongan Panji. Dia tidak percaya seratus persen perkataan pria di hadapan ini. Karena biasanya orang yang suka menjelek-jelekan orang lain adalah seorang yang berhati busuk dan pendendam.

 

Banyu menatap Panji dengan saksama. Jika pria di hadapannya ini seorang yang berhati busuk, maka lebih baik menghindar darinya. Lalu jika dia seorang pendendam, berarti ada masalah khusus antara Panji dengan Layla.

 

Jika hanya sekedar mendengar kisah Layla dari temannya, kenapa Panji bisa se-frontal ini menjelekan Layla? Dia bahkan lebih memilih membatalkan transaksi jika toko ini diberikan untuk Layla. Padahal jelas-jelas toko ini sudah tidak beroperasi selama dua tahun.

 

"Eum ... saya boleh menanyakan sesuatu?" izin Banyu tetap bersikap formal.

 

"Oh tentu, silakan." Panji mengangguk dengan percaya diri.

 

"Ini Anda serius membatalkan transaksi kita hanya dengan alasan yang ... sedikit tidak masuk akal?"

 

"Tidak masuk akal bagaimana?" Panji menyergah cepat.

 

"Pak Panji tidak ada sangkut pautnya dengan Layla dan mantan suaminya. Kenapa tiba-tiba membatalkan transaksi hanya karena mendengar toko ini akan saya hadiahkan untuk dia?" 

 

Wajah Panji sontak kecut mendengar pertanyaan serius dari Banyu.

 

"Setahu saya Anda ingin segera menjual toko ini," imbuh Banyu masih menatap Panji dengan intens. 

 

Panji sedikit berdeham untuk menata hati. "Saya sangat menjunjung rasa persahabatan. Dan ini merupakan salah satu bentuk perwujudan rasa kesetiaan kawanan saya terhadap teman saya," dalih berusaha tenang.

 

Banyu sendiri kembali tercengang mendengar jawaban mengada-ada ini.

 

"Dari kabar yang saya dengar, bukankah mantan suami Layla sudah menikah lagi? Itu berarti dia sudah bisa move on dari Layla, tapi kenapa justru Pak Panji yang terkesan punya dendam pada Layla?"

 

Wajah Panji kian pucat mendapat serangan menohok dari Banyu. Beberapa menit lamanya dia tidak kunjung membalas pertanyaan yang diajukan oleh Banyu.

 

"Baiklah ... itu hak Pak Panji untuk tidak menjual toko ini, saya gak akan memaksa." Banyu bangkit dari duduknya, "kalo begitu saya permisi saja," pamitnya seraya mengulurkan tangan.

 

Panji ikut bangun. Ragu-ragu dia membalas uluran tangan Banyu.

 

"Setia kawan memang sangat baik, tapi perlu lihat situasi," ujar Banyu masih menjabat tangan Panji, "kalo begini jatuhnya Anda terlalu turut campur. Padahal bisa jadi mantan suami Layla justru sudah lepas dan move on."

 

Malu dan marah membuat wajah Panji dipenuhi peluh dingin.

 

"Pikirkan matang-matang lagi." Tangan kiri Banyu menepuk jabatan tangan mereka, "kalo Pak Panji berubah pikiran, bisa hubungi saya lagi. Tapi, jangan terlalu lama, karena sehabis ini saya akan mencari ruko yang lain."

 

Panji hanya mengangguk kecil. Mulutnya teramat kaku untuk dibuka. Dia bahkan tidak mengantar Banyu.

 

"Shitt!" umpat Panji geram selepas Banyu berlalu. Kakinya menendang meja kerjanya. "Awww!" teriak Panji kaget. Rupanya mejanya cukup keras sehingga kakinya terasa kesakitan.

 

Sementara itu, Banyu langsung masuk ke mobil. Lelaki itu mengendarai mobilnya dengan tenang. Perkataan Panji terngiang di kepalanya.

 

"Aneh banget Pak Panji itu," gumam Banyu sambil tetap fokus menatap arah depan. "Dari caranya bicara sepertinya dia ada dendam tersendiri sama Layla. Tapi, kenapa?" 

 

Hingga mobilnya tiba di sebuah kantor, Banyu tidak bisa menemukan jawaban atas pertanyaannya sendiri. Lelaki tiga puluh lima tahun itu turun dari mobil. 

 

Seorang sekuriti langsung membukakan pintu kaca begitu melihatnya. Ketika Banyu mengucapkan terima kasih, sekuriti itu mengangguk hormat pada adik ipar bosnya itu. Kantor yang Banyu sedang kunjungi adalah milik Seli kakak iparnya.

 

Usaha Seli bergerak di bidang jasa. Dia owner sebuah event organizer. Banyu mengenal Layla di sini sebagai personal assiten.

 

Begitu masuk beberapa karyawan sudah ada yang bersiap-siap hendak pulang. Mereka yang mengenal Banyu langsung mengangguk sopan. Banyu yang ramah tentu membalas sapaan karyawan kakaknya.

 

Setelah itu dia terus melangkah ke ruang kerja Seli. Sebelum masuk dia memandang meja kerja Layla. Wanita itu baru saja tiba dari pantri. Tangannya memegang dua buah cangkir. Satu diberikan pada rekan yang duduk di sebelah kubikelnya. Tentu saja sang kawan tersenyum senang.

 

Banyu terus memperhatikan Layla. Wanita itu tampak kembali sibuk berkutat dengan layar monitor. Padahal sudah waktu pulang. Tangan Layla terus menari-nari di atas tombol keyboard. Ketika temannya ada yang pamit, Layla akan mengangguk dengan senyuman. 

 

"Aneh ... kok bisa Pak Panji bisa gak suka sama wanita sebaik Layla?" gumam Banyu tidak habis pikir.

 

Tidak mau terlalu keras berpikir, Banyu membuka pintu ruang kerja Seli. 

 

"Eh ... Nyu." Seli yang hendak bersiap pulang menyapa dengan senang. 

 

Wanita bertubuh lumayan berisi itu lekas menyambar tasnya. Seli mendekati sang adik ipar. Keduanya keluar ruangan.

 

"Lho ... gak ngajak Layla pulang sekalian?" tegur Banyu ketika Seli tidak menghampiri meja Layla.

 

"Schedule kita lagi padat minggu-minggu ini, Nyu. Aku suruh dia lembur untuk ngurus event lusa."

 

"Oh." Banyu menyahut paham.

 

Adik dan kakak ipar itu berjalan keluar kantor. Keduanya menuju sedan Banyu di parkiran.

 

"Gimana udah beres toko rotinya?" tanya Seli ketika Banyu mulai menjalankan kendaraan.

 

"Pemiliknya batalin transaksi," balas Banyu sambil terus menyetir.

 

"Lho ... kok bisa?" 

 

Banyu mengendikan bahu. "Mana Pak Panji mempengaruhi aku lagi."

 

"Pak Panji?" Alis Seli bertaut.

 

"Pemilik Layla Bakery's itu."

 

Mulut Seli terbuka lebar.

 

"Kenapa, Mbak?" tanya Banyu heran.

 

"Nama lengkapnya Panji siapa?"

 

Banyu tidak langsung menjawab. Tangan kirinya merogoh saku celana untuk mengambil dompetnya. 

 

"Maaf," ucap Banyu saat menyerahkan dompetnya dengan tangan kiri.

 

Seli membuka dompet tersebut. Dia mengambil sebuah kartu nama. Matanya kembali terbelalak melihat nama lengkap dan alamat yang tertera di kartu.

 

"Kenapa sih, Mbak?" cecar Banyu heran.

 

"Panji Pradipta itu mantan suaminya Layla."

 

Kini Banyu yang terbeliak.

 

Next

Terima kasih banyak untuk love n komentarnya ❤️

Jan lupa subscribe ya untuk update part terbaru 🙏

Comments (3)
goodnovel comment avatar
MAESYAROH 622
terjawabkan siapa panji ..
goodnovel comment avatar
Yuli Defika
panji curang nyesel lo kan
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
Hahahahaha
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   5. Cerita Seli

    "Kamu serius, Mbak?" tanya Banyu masih tidak percaya."Kalo nama dan alamat rumah matan suaminya Layla ya memang ini," balas Seli merasa yakin, "Layla Bakery's ada di daerah Ahmad Yani kan?" tebaknya kemudian."Ho-oh." Banyu mengangguk mengiyakan."Tokonya ngadep ke utara terus deket sekolah TK gitu kan?""Bener banget.""Ya udah ... ini sih toko bekas punya Layla sendiri." Seli mengembalikan dompetnya kembali pada si empunya."Kok bisa ya? Panji ini kayak belum move on gitu dari Layla kalo menurut aku," ujar Banyu sedikit heran. Tangannya menaruh dompet. Kali ini ia masukkan ke saku kemeja. "Padahal katanya mereka udah cerai selama enam tahun," sambungnya mulai fokus menyetir kembali."Aku sendiri juga gak tahu." Seli menghembus napas, "pokoknya kalo ingat perjuangan Layla lepas d

    Last Updated : 2024-10-29
  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   6. Perjuangan Layla

    "Poligami?" Banyu menyela cerita Seli saking terkejutnya.Seli mengangguk. "Iya, jadi si Panji menawarkan pilihan itu ke Layla, tapi sama Layla ditolak mentah-mentah," terangnya tenang, "dulu itu sebenarnya Panji gak mau nyeraiin Layla lho.""Oh ya? Kok bisa?" kejar Banyu kian penasaran."Namanya orang serakah." Seli menjeda penuturannya untuk mengambil napas, "jadi mentang-mentang lagi banyak duit ketemu janda langsung ngiler."Banyu tersenyum tipis mendengar seloroh kakak iparnya. "Mbak kita mampir di depan yuk! Aku agak laper nih," ajaknya sembari menunjuk gerai bakmi."Ayolah!" Seli setuju.Mobil Banyu pun berhenti di depan gerai bakmi. Keduanya masuk ke tempat tersebut. Kebetulan suasana sedang tidak begitu sepi. Mereka sengaja memilih tempat duduk di dekat jendela.Banyu lant

    Last Updated : 2024-10-29
  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   7. Pertikaian

    Mendapatkan ancaman serius dari sang majikan, Pak Jono tidak bisa berkutik. Kendati hati iba melihat majikan perempuannya. Namun, kebutuhan akan anak-anaknya membuat Pak Jono terpaksa menutup mata dan telinga."Masuk kamu, Pak!" titah Panji dingin."Ya, Pak." Pak Jono mengangguk patuh. Dengan perasaan tidak enak, lelaki itu berlalu meninggalkan kedua majikannya."Ngapain kamu ke sini?" tanya Panji sambil berkacak pinggang."Aku mau lihat keadaan Ziel." Layla membalas dengan tenang, "aku dengar dia lagi sakit.""Kata siapa?" cecar Panji sambil menajamkan penglihatan.Sayang Layla tidak gentar karenanya. Wanita itu justru balas menatap pria yang masih sah sebagai suaminya dengan tenang. Sementara di belakang, Seli bersiap memberikan dukungan."Bik Ijah dan Ita yang bilang."

    Last Updated : 2024-10-29
  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   8. Rencana Seli

    Satpam itu terus menggeret Layla hingga keluar pintu gerbang."Sudah, Pak, sudah!" Seli memperingatkan."Ibu Layla kalo masih ngotot minta masuk, saya gak segan bawa Ibu ke kantor. Biar nanti diproses oleh polisi." Satpam tambun itu mengancam."La, udah ... sebaiknya kita pulang aja dulu, yuk!" Seli kembali mengajak, "kita cari solusinya di rumah dengan kepala dingin, okey?" bujuknya halus.Layla yang masih tersedu hanya bisa mengangguk pasrah.Seli lekas membimbing Layla pergi. Wanita itu membukakan pintu mobil untuk Layla. Setelah Layla masuk, Seli menutupnya.Kaki Seli menderap cepat memutari mobil. Wanita itu masuk dan duduk di belakang setir. Setelah memakai safety belt, dia menjalankan mobilnya.Sementara itu di teras, Panji memandang kepergian mobil Seli. Matanya terus mengawasi hingga kendaraan tersebut mulai tidak terlihat lagi. Pria itu menarik n

    Last Updated : 2024-10-29
  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   9. Orang Suruhan Panji

    Seli sengaja membawa Layla dan anak-anaknya berlibur ke Puncak. Kebetulan dia punya sebuah villa mungil di sana. Tentu saja usul Seli ini disambut gembira oleh Layla dan anak-anaknya. Tidak terkecuali Chelsea sendiri."Iya nih, lama kita gak berlibur," ujar Chelsea kecil bergelanjut manja pada lengan Seli, "mama sibuk kerja terus." Bibir itu mulai merajuk.Saat itu usaha event organizer-nya belum dibangun. Namun, wanita itu aktif bekerja sebagai MC di setiap acara. Baik acara nikahan, ulang tahun, atau pun acara kantor. Publik speaking-nya yang bagus membuatnya banyak mendapat tawaran.Sementara Bumi, suami Seli adalah pengusaha gerai ayam goreng yang sekarang dikelola Banyu. Seperti kebanyakan rumah tangga yang lain, hubungan Seli dan Bumi juga mengalami pasang-surut. Hanya saja Bumi tidak segila Panji.Bumi memang berasal dari keluarga yang cukup berada. Maka

    Last Updated : 2024-10-29
  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   10. Akhir Cerita Seli

    Mata Bumi mengitari sekeliling. Tiba-tiba dia menangkap bayangan seseorang berpakaian hoodie hitam. Mukanya tersamarkan karena tertutup masker. Sementara di lehernya tergantung kamera."Woi ... siapa lo!" teriak Bumi geram.Dia segera mengejar lelaki pemegang kamera itu. Feeling-nya mengatakan jika orang itu sudah mengawasinya dari kemarin. Sayang lari Bumi kalah cepat. Dirinya kehilangan jejak pria misterius itu.Dengan perasaan sedikit kecewa, Bumi kembali menemui keluarganya. Orang tua si penunggang kecil itu tampak berkali-kali meminta maaf pada Layla dan Azriel. Keduanya berlalu setelah dimaklumi oleh Layla."Mas Bumi ngejar siapa?" tanya Layla begitu Bumi menghampiri."Kayaknya ada yang nguntit kita," balas Bumi dengan napas yang sedikit tersengal."Oh ya?" Mata Layla sedikit terbeliak.

    Last Updated : 2024-10-29
  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   11. Gengsi

    Banyu dan Seli sudah merasa kenyang. Mereka gegas meninggalkan gerai bakmi tersebut. Keduanya masuk mobil kembali untuk melanjutkan perjalanan pulang."Mbak, pernah gak Layla cerita sama kamu, kalo dia ada kayak trauma terhadap pernikahan?" tanya Banyu sambil fokus menyetir.Seli menatap adik iparnya. Bukan tanpa alasan Banyu bertanya demikian. Pria itu sudah pernah ditolak sekali oleh Layla satu tahun yang lalu.Namun, karena rasa cintanya yang kuat, Banyu tidak patah semangat. Dirinya terus memperlihatkan perhatian dan rasa sayangnya pada Layla. Sehingga lima bulan kemudian, dia berani mengungkapkan perasaan lagi.Entah karena kasihan atau memang sudah ada rasa, Layla sudah mau menanggapi perasaan Banyu. Namun, wanita itu masih b

    Last Updated : 2024-10-29
  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   12. Teguran

    Benturan keras itu tidak terelakkan lagi. Kedua mobil itu saling bertabrakan. Imbasnya baik Panji maupun Hani mengalami luka.Kening Panji menghantam setir mobil. Perlahan dia merasakan tetesan anyir. Kini bahkan cairan merah tersebut membasahi matanya. Membuat penglihatannya sedikit terganggu.Di sebelahnya Hani memekik keras. Sepertinya wanita itu benar-benar kesakitan. Karena hidungnya memang terantuk dashboard mobil. Kemungkinan hidung Hani patah. Darah segar pun mengalir membasahi bibirnya. Wanita itu menjerit tatkala rasa asin itu terkecap di lidah.Beruntung tidak lama datang bala bantuan. Warga yang menyaksikan insiden serempetan itu gegas mendekat untuk memberikan pertolongan. Mereka meng

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   82. Detik-detik Melahirkan

    Besok pagi adalah pesta ulang tahun Azriel yang kesebelas. Tumben-tumbennya bocah yang sudah mulai beranjak gede itu minta pada ayahnya untuk diadakan pesta. Padahal selama ini Azriel tidak pernah mau jika hari lahirnya dirayakan. Walaupun berkali-kali dulu sudah dibujuk oleh Layla, Panji ataupun Banyu.Bukannya Layla tidak mau menuruti keinginan Azriel. Namun, kondisi tubuh wanita itu sudah tidak memungkinkan lagi untuk mengurus persiapan pesta. Hari perkiraan lahir tinggal seminggu lagi. Badannya juga terasa amat berat. Malah sedari pagi sebenarnya dia sudah merasakan mulas-mulas ringan.Kehamilan kali ini membuat berat badan Layla naik lumayan drastis. Jika sebelum hamil bobot tubuhnya paling berat hanya lima puluh kilogram. Sekarang sudah mencapai enam puluh delapan. Hampir dua puluh kilogram penambahannya.Anehnya banyak yang bilang jika hanya bagian perut dan pipi saja yang mengalami peningkatan. Lainnya tetap terlihat normal. Dan yang membuat

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   81. Nama Mantan

    Tiga hari kemudianLayla tengah mematutkan diri di cermin. Siang itu dia akan pergi periksa kandungan. Usia kandunganku sudah memasuki minggu ketiga puluh lima.Detik-detik menanti kelahiran. Layla sudah harus cek kandungan seminggu sekali. Beruntung Banyu selalu bersedia menemaninya untuk check up. Sesibuk apapun dirinya tidak pernah absen.Ketika Layla baru saja memoles bibirnya dengan lipstik terdengar derit pintu kamar. Perempuan itu menoleh. Seraut wajah kusut datang. Banyu suami tercinta melangkah masuk dengan gontai.Pria itu melempar begitu saja tubuhnya ke ranjang dengan tengkurap. Wajah Banyu terbenam pada bantal bersarung warna putih tersebut. Mau tak mau aku harus menghampiri sang suami."Ayang Mbep, ada apa ini?" tanya Layla lembut. Perlahan dia memegang pundak suami tercinta. "Dateng-dateng kok mukanya ditekuk gitu?" tegurnya perhatian.Banyu membalikkan badan. Wajah pria yang sehari-hari tampak tenang kini terlihat keruh. "Bu

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   80. Ayang Mbep

    Layla dan Banyu tengah jalan pagi mengitari komplek. Aktivitas menyehatkan itu sudah Layla jalani dari awal hamil. Syukurnya Banyu selalu setia menemani.Padahal Layla tidak pernah mengajak sang suami. Namun, Banyu punya kesadaran untuk melakukan olahraga tersebut. Karena kata Banyu, jalan pagi itu selain mudah, murah, juga kaya manfaat yang baik untuk kesehatan tubuh.Banyu sendiri berusaha menjadi suami yang siaga. Jadi setiap pagi sebelum berangkat kerja, dia menyempatkan diri untuk menemani sang istri jalan pagi. Selain itu dirinya juga sekalian berolahraga untuk kebugaran tubuh.Jalan kaki dipilih karena dapat menjaga berat badan, menurunkan kadar kolesterol, serta menyeimbangkan tingkat tekanan darah. Sehingga mengurangi resiko kelahiran prematur.Satu jam berlalu. Layla merasa cukup berolahraga. Peluh sudah mulai membanjiri badan. Belum lagi cacing di dalam perut sana meminta jatah makan pagi. Akhirnya wanita itu pun mengajak sang suami untuk

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   79. Buah Kesabaran

    "Hani hamil anakku?” gumam Panji tidak percaya. Pria itu tertawa sumbang, “kami bahkan sudah berpisah hampir dua bulan, Pak. Dan sebelum itu, aku dan Hani juga sudah pisah ranjang,” papar Panji menerangkan keraguan hatinya. “Terus kalo bukan anak kamu, itu anaknya sapa?” sergah Bapaknya Hani mulai meradang, “Hani memang bukan wanita yang alim, tapi saya bisa menjamin kalo dia gak akan mungkin murahan menjajakan diri,” semburnya cukup lantang. “Ayah!” Dari dalam menghambur Zea yang diikuti oleh Bik Ijah dan Tantri. Kakak Panji itu sengaja mampir begitu pulang dari kantor. Perempuan itu ingin mendengar jalannya sidang perdana perceraian sang adik. “Pak Hadi?” sapa Tantri begitu sadar akan kehadiran mertua adiknya, “dari Bogor langsung ke sini kah?” “Gak,” sahut

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   78. Kehamilan Hani

    “Dia bukan istri saya,” tampik Bapak Beni begitu dokter menyangka Hani adalah istrinya.“Oh bukan? Lantas adiknya?” Dokter bertanya seraya membetulkan letak kaca matanya.“Bukan adik saya juga.” Pak Beni kembali menggeleng.Dokter seumuran Pak Beni itu tersenyum. “Oke ... entah itu teman, saudara atau pun tetangga, saya cuma mau menjelaskan kalo ibu ini lagi hamil. Dan sekarang sudah menginjak minggu ke delapan.”Bapak Beni hanya mengangguk.

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   77. Ibu Lia Kena Batu

    Ibu Lia menyeringai puas. Hatinya cukup merasa bahagia melihat Hani beranjak pergi dengan menarik dua kopernya. Wanita itu lantas memotret Hani dari belakang.Walau pun tidak terlihat jelas wajah Hani, tetapi Ibu Hani tetap akan menyebarkan foto Hani yang mengenaskan tersebut. Jika dituruti hawa nafsunya, wanita itu ingin sekali melihat Hani menangis berdarah-darah di hadapannya.Perempuan itu lantas mengeluarkan satu gepok uang pada amplop cokelat. Ibu Lia mengangsurkan amplop tersebut pada seorang kepala preman. Dia sengaja menyewa preman guna mengusir Hani.Ibu Lia pikir Hani masih sama seperti yang dulu. Pintar beradu mulut dan keras kepala. Makanya dirinya mengantisipasi dengan membawa preman.

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   76. Diusir Lagi

    "Diperintahkan?” Dahi Hani berkerut indah.“Apakah Mas Panji yang menyuruh?”otak Haniberpikir gusar, “tidak mungkin!”Hani menggeleng keras sendiri, “jika dia mau menggunakan ruko ini untukmembuka usaha, harusnya dari kemarin-kemarin cek keadaan ruko ini.”Hani lantas menatap para preman bertubuh besar dihadapannya. “Memangnya siapa yang memerintahkan kalian untuk mengosongkan rukoini?” tanya dia cukup penasaran.“Aku yang menyuruh mereka, Hani.”Hani menoleh. Saking kagetnya melihat kedua kopernyadikeluarkan oleh orang yang tidak dikenal, dia sampai tidakngehjikaada mobil yang berhenti tidak jauh dari pelataran ruko itu.Hani mengenal mobil me

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   75. Sidang Perdana

    Hani baru saja keluar dari kamar mandi. Hari ini adalah jadwal sidang perceraiannya. Dia akan datang untuk mempertahankan rumah tangganya.Sebenarnya Hani enggan keluar dari kediamannya. Karena sejak tadi pagi dia mual-mual. Padahal dirinya sudah meminum obat masuk angin dan juga asam lambung. Tetap saja perempuan itu diserang enek.Hani membuka koper. Dia mengambil kotak make up yang kini tinggal bedak dan lipstik. Bagaimana pun juga wanita itu ingin tetap terlihat menarik di hadapan Panji.Usai memoles wajah, Hani meraih salah satu koleksi busana terbaik yang dipunyai. Sebuah dress lengan panjang Korea. Koleksi baju panjang perempuan itu tidaklah banyak. Dulu dia begitu menyukai baju-baju mini dan sed

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   75. Ibu Lia Menemui Panji

    Sopir Ibu Lia mengangguk patuh. Pria paruh baya itu mulai melajukan mobilnya.“Pelan-pelan saja, Pak! Jangan sampai wanita itu tahu kalo kita lagi ngikutin,” suruh Ibu Lia dengan fokus tetap tertuju pada Hani.“Baik.” Pak sopir kembali mengiyakan.Sementara di luar sana, Hani terus melangkah. Pikirannya kosong. Sungguh pemutusan hubungan kerja ini membuatnya bingung.Hani bukanfreshgraduateyang gampang mencari pekerjaan. Dia hanya seorang ibu-ibu yang tidak punya keterampilan khusus. Apalagi berkas-berkas ijazah tertinggal di rumah ibunya.

DMCA.com Protection Status