“Oh ….” Suara erangan Jack menggema di langit-langit ruangan.
Lily James, kekasihnya itu sedang melakukan gerakan naik turun dengan tempo cepat. Belum sampai ke titik puncak, Jack mengganti posisi Lily berada di bawahnya.
Kali ini Jack bermain dengan liar menjejaki area leher dan pucuk kembar ranum milik Lily membuatnya bergerak seperti ulat bulu.
“Oh… Jack!”
“Mendesah, Sayang! Aku ingin mendengarnya.” Jack berbisik lirih, menjilat telinga Lily dengan rakus.
Lily tak kuasa menahan diri, saat milik Jack beradu dengan miliknya di bawah sana.
“Damn, Jack! Kau luar biasa. Oh…. Oh ....” Lily mencakar punggung Jack, memejamkan mata merasakan sensasi kenikmatan di bawah sana. Basah.
Jack menyunggingkan senyum, ia mendongak memejamkan mata sambil mengerang dengan suara khas percintaan mencapai puncak kenikmatan bersama Lily.
Lelaki itu tumbang di sisi kiri Lily, dengan napas terengah-engah.
“Aku kelelahan Jack! Kau memang selalu membuatku tidak pernah mengeluh.”
Jack memeluk Liliy, erat hingga mengendus aroma floral dari tubuh Lily yang membuatnya selalu candu.
“Aku yang justru berterima kasih karena kau selalu membuatku puas setelah bersatu denganmu.”
Lily tersenyum, menyamankan dirinya dalam pelukan Jack.
“Kita sudah setahun menjalin hubungan rahasia ini Jack. Sebagai sekretarismu, aku selalu menahan diri di depan karyawanmu.”
“Maafkan aku karena membuatmu lama menunggu dan merahasiakan hubungan kita. Setelah kontrak dengan Jeremy Corporation berhasil aku dapatkan minggu depan, penantianmu selama satu tahun akan terbayar.”
Lily tersenyum bahagia. “Kau berjanji?”
“Ya, aku berjanji!”
“Aku tidak sabar menunggu hari itu, Jack!”
Jack mengangguk, menoleh ke atas meja melihat panggilan masuk dari asisten pribadinya.
“Halo, Daniel!”
“Tuan, ada masalah!”
Jack melirik pada Lily yang menatapnya dengan penuh cinta.
“Aku akan menemuimu.”
Jack memutuskan panggilan, ia menyibak selimut segera bangkit dari tempat tidur.
“Ada apa? Terjadi sesuatu?” tanya Lily, sedikit cemas melihat perubahan ekspresi dari Jack.
“Ada masalah yang harus kutangani, tapi kau tidak perlu cemas. Itu sudah biasa dalam pekerjaan.”
Lily menganguk, menatap Jack segera mengenakkan pakaiannya.
“Aku akan menghubungimu lagi.”
Jack mencium bibir Lily sebentar sebelum ia beranjak keluar dari kamar.
Lily menatap kepergian Jack dengan senyum mengembang. Hari ini dia benar-benar bahagia bisa merasakan perayaan hari jadi mereka yang pertama. Sisa kelopak mawar yang berhamburan di lantai dan meja kecil yang masih belum di bersihkan dari sisa makan malam tadi.
Lily menoleh ke arah jam di dinding menunjukkan pukul sepuluh malam.
“Kuharap tidak ada masalah besar yang terjadi.”
Lily kembali berbaring, dia merasa sekujur tubuhnya sangat lelah dan lemas. Tidak biasanya seperti itu meski berkali-kali mereka memadu kasih.
Keesokan harinya, Lily datang bekerja seperti biasa. Dia menyapa beberapa karyawan yang berpapasan dengannya.
Setelah sampai di meja kerjanya, Lily memeriksa Jack lebih dulu di ruangannya.
Lily tidak mendapati Jack, ia bahkan tidak mengirim pesan padanya.
“Apa Jack belum datang?”
Lily mengeluarkan ponsel, hendak menelpon Jack, notifikasi pesan lebih dulu masuk di ponselnya.
Senyum Lily mengembang, melihat pesan itu dari kekasihnya.
My Love : Sayang, aku mendadak pergi ke New York semalam karena ada urusan bisnis yang harus kutangani.
Lily mengernyit. “Kenapa tiba-tiba ia ke New York?”
Lily segera mengecek jadwal pekerjaan Jack.
“Tidak ada. Itu untuk jadwal bulan depan. Apa Jack memajukannya tanpa memberitahukan padaku?”
Lily menghela napas berat, menatap pesan Jack di layar ponselnya
“Aku akan menunggunya kembali.”
Lily kembali melakukan pekerjaannya. Dia harus mengalihkan pikirannya dengan bekerja. Namun, disela-sela aktivitasnya, Lily selalu memegang kepalanya yang sering terasa pusing.
“Ada apa denganku? Kepalaku sering merasa pusing belakangan ini. Apa karena terlalu lelah bekerja?” Lily bermonolog, memijit kepalanya dengan lembut.
Hingga jam makan siang tiba, Lily beranjak dari duduknya dan bergabung bersama karyawan lain untuk makan bersama di kantin perusahaan.
“Kau sedang sakit, Ly?” tanya Rose yang berjalan bersisian dengannya. Rose adalah sahabat Lily sejak di bangku kuliah.
“Memang belakangan ini aku sering tiba-tiba pusing.”
“Semoga bukan masalah serius. Periksakan dirimu juga untuk tahu penyebabnya,” saran Rose.
Lily mengangguk, mengulas senyum.
“Bagaimana perayaan hari jadianmu dan bos semalam?”
Lily menaruh jari telunjuk di bibirnya meminta Rose jangan sampai kelepasan. Hanya Rose dan asisten Jack, Daniel yang tahu soal hubungan diam-diam mereka.
“Luar biasa!” Lily berbisik, dia tampak malu mengatakan itu.
Rose menyikut lengan Lily menggodanya. “Apa dinding di penthouse milik Jack menjadi saksi bisu kalian bercinta?”
“Kau dengan mulutmu itu selalu membuatku was-was!”
Rose tertawa renyah. Dia suka sekali mengoda sahabatnya itu.
“Aku harap hubungan kalian segera go public.”
“Jack berjanji padaku, ia akan mengatakan itu setelah perjanjian kontrak kerja resmi didapatkan dari Jeremy Corporation.”
“Aku ikut senang. Akhirnya penantianmu setahun ini akan segera berakhir.”
Lily mengangguk, dia tampak bahagia.
Setelah berkumpul bersama rekan kerja yang lain, mereka berbaris rapi menunggu giliran mengambil makanan.
“Guys, kalian coba buka laman utama dari bulletin perusahaan,” ujar Ella, datang mendekat dengan heboh.
Rose dan rekan lainnya yang mendengar itu, segera memeriksa apa yang dimaksud Ella. Tidak dengan Lily merasa kepalanya makin pusing. Tubuhnya juga makin terasa lemas.
“Apa ini?” Rose mendelik lebar, menatap tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Dia kemudian melihat ke arah Lily.
Lily yang penasaran dengan itu, lantas ikut melihat. Detik itu juga Lily mendadak terjatuh tak sadarkan diri memantik perhatian tertuju padanya.
“Lily!” Rose berteriak histeris.
__________
Hampir setengah jam lamanya Lily tak sadarkan diri. Matanya perlahan terbuka, mengedar ke segala arah.
Rose yang sejak tadi menemaninya, membawa Lily ke klinik terdekat tak jauh dari perusahaan karena merasa khawatir.
“Rose, di mana aku?”
Rose tersenyum lega, melihat Lily baru saja sadar, dia segera menggenggam tangan Lily.
“Ada apa denganku? Kenapa aku di sini?”
Rose menghela napas berat lalu menjawab, “Kamu di klinik dekat dengan JG Global Ventures.”
“Kau membawaku ke sini?” tanya Lily, masih dengan raut bingung.
“Kau hamil, Ly.” Rose berucap sedih, entah bagaimana dia mengekspresikan dirinya saat mendapat kabar buruk dan baik di saat bersamaan.
“Apa?” Lily tercengang, melihat ke arah perutnya yang rata.
“A-aku hamil?”
Rose mengangguk lemah. “Kau tadi pingsan, karena khawatir aku dan Tommy membawamu ke sini tapi Tommy sudah kembali.”
Lily masih terkejut, dia kembali teringat hal terakhir yang sempat dilihatnya sebelum pingsan.
“Ponsel, mana ponselku?”
“Sebaiknya kau tidak perlu ….” Rose menggantung kalimatnya.
Lily sudah melihat itu. Dia membeku, melihat pengumuman pelaksanaan pertunangan Jack dan Selena, putri seorang konglomerat pemilik perusahan berita terbesar di Los Angeles.
Suara Lily tercekat di tenggorokan dengan mata berkaca-kaca.
“Ia akan bertunangan?”
Rose tak bisa lagi menahan kesedihannya, dia bangkit dari duduknya dan memeluk Lily seraya memberinya kekuatan.
“Jack akan bertunangan Rose. Dia mengkhianati aku. Aku harus apa sekarang?” Lily menangis dalam dekapan Rose. Suara tangisnya terdengar pilu.
Rose tak tahu harus mengatakan apa. Dia hanya bisa menepuk punggung Lily, menguatkannya.
“Aku akan memberitahukan pada Jack, Rose!” Lily melepaskan pelukannya, menatap Rose dengan mimik serius.
“Kau yakin?”
Lily mengangguk. “Aku akan katakan padanya. Ini anak Jack, ia harus tahu itu!”
***
“Selamat pagi, Tuan!” Daniel menyapa setelah melihat Jack keluar dari apartemennya.“Apa kau sudah mengurus kontrak dengan Jeremy?” Jack berjalan dengan penuh wibawa menuju mobil yang sudah menunggu.“Sudah, Tuan! Apa tidak perlu mengkonfirmasi pada sekretaris Anda—““Tidak perlu! Kauambil alih.”“Kemarin Nona Lily menanyakan Anda.”Jack menahan langkah, ia meniup napas ke udara lalu membalikkan badan.“Berita tentang pelakasanaan pertunanganmu sudah tersebar di bulletin perusahaan.”Ekspresi di wajah jack berubah serius. “Pastikan saja acara pertunanganku dan Selena berjalan lancar.”“Anda tidak mau bertemu dengan Nona Lily?”“Tidak untuk saat ini. Aku harus menyelesaikan ini secepatnya.”Daniel mengangguk. “Baik, Tuan.”Jack melepas satu kancing jas sebelum naik ke dalam mobil.Daniel yang duduk di samping kursi kemudi, kembali menoleh setelah mobil yang dikemudikan sopir Jack melaju meninggalkan parkiran apartemen.“Aku baru saja mendapat pesan dari asisten pribadi Nona Selena, Nona
Ruang pertemuan di JG Global Ventures dipenuhi dengan beberapa kru media yang hadir di sana, termasuk dari News City yang dimiliki oleh ayah Selena, Richard Holland.Hari ini adalah hari penting bagi Jack dan perusahaannya. Seluruh media telah diundang untuk meliput kerjasama antara JG Global Ventures dan Jeremy Corporation, juga kabar pernikahan antara Jack dan Selena.Dari jauh, Lily melihat dengan hati yang terluka, seperti ada belati yang menusuk tepat di jantungnya.Lily berbalik, kini dia hanya bisa menyusun kepingan luka yang masih berbekas di hatinya sembari melangkah menjauh dari sana, meninggalkan semua miliknya dan tak ingin lagi menoleh ke belakang.Hingga satu jam lamanya, akhirnya Jack bisa kembali ke ruangannya dan duduk di kursi kebesaran miliknya.Suara ketukan pintu terdengar, Daniel datang mendekat berdiri di depan meja.“Di mana Lily? Minta dia untuk ….”Daniel menyerahkan surat ke atas meja.“Apa ini?” Kedua alis Jack menyatu.“Lily menyerahkan surat pengunduran di
Lima tahun kemudian, Lily menjalani hidup dengan membuka toko kue untuk menghidupi dirinya dan putranya yang kini sudah masuk sekolah. Putranya bernama Dean Edgar Greenwood tumbuh menjadi anak yang pintar dan ramah juga sangat protektif terhadap ibunya. Bagi Dean, Lily adalah dunianya dan sangat berharga.Langkah kaki terdengar cepat mengarah ke meja makan. Dean sudah bersiap dan kini ia akan sarapan sebelum pergi.Lily baru saja menyiapkan bekal makan siang Dean, membalikkan badan melihat putranya sudah duduk dengan nyaman.“Dean sudah memasukkan semua buku pelajaran untuk hari ini?”Dean mengangguk. “Tentu, Bu. Aku sudah menyiapkan dari semalam.”Lily tersenyum lalu berkata, “Habiskan sarapanmu dan ibu akan mengantarmu lalu membuka toko kue kita.”“Hari ini ada pertemuan orang tua di sekolah. Ibu akan datang?” tanya Dean sambil mengunyah sandwich dengan lembut.Tangan Lily mengudara saat hendak mencuci piring. Dia menghela napas pelan lalu menjawab dengan senyuman.“Tentu saja, Ibu p
Jack merasa gelisah setelah memastikan Emily masuk ke dalam rumah. Daniel yang sejak tadi mengamati tuannya itu memutuskan untuk bertanya. “Tuan, ada yang—“ “Cari tahu soal kehidupan Lily selama lima tahun terakhir ini!” Jack menyela, menatap tegas pada Daniel yang melihatnya dari balik spion. “Anda sudah bertemu dengannya?” “Lily sudah punya anak. Aku ingin tahu kehidupan seperti apa yang dia jalani. Apa dia menikah? Jika, ya, cari tahu siapa suaminya! Aku ingin dapatkan informasi lengkap hari ini juga!” tegasnya lagi. Daniel mengangguk. “Siap, Tuan. Anda mau ke mana saat ini?” “Bawa aku ke toko kue milik Lily. Aku ingin mengamatinya dari jauh.” Daniel segera melajukan mobilnya menuju tempat yang mereka tuju. Sementara di toko kue, Lily tampak tidak tenang. Pikirannya berakar ke mana-mana saat melihat Jack lagi setelah lima tahun. “Apa Jack akan mengenali, Dean?” Lily tampak gelisah, menggeleng keras. “Mata Dean mirip Jack, wajahnya bahkan sedikit mirip saat Jack kecil dulu.
Lily membalikkan badan, menepis tangan Jack dengan kasar.“Jangan lancang! Dean putraku dengan kekasihku. Aku tidak perlu menjelaskan masalah pribadiku padamu!” Tatapan tajam Lily menegaskan ucapannya.Dalam hati wanita itu mati-matian menjaga sikap di depan Jack agar tetap tenang.“Kamu berbohong! Aku tahu betul kalau kamu berbohong, kamu akan merasa gugup!” Jack masih bersikeras. Ia tidak akan menyerah mendapat jawaban pasti dari Lily.“Tolong jangan melewati batasmu, Jack! Aku sudah selesai dengan masa lalu kita jadi jangan membuatku seperti wanita tidak bermoral yang tampak dekat dengan suami orang.”Suara Jack tercekat di tenggorokan, tak bisa berkata apapun—menatap Lily yang sudah naik ke atas motor lalu melaju pergi dengan cepat.Dalam hati Lily merasa sangat lega, bisa berhasil menghindari Jack. Tapi, apa berikutnya Lily akan menjauh dengan aman?!Sepanjang perjalanan, Lily merasa gelisah dan tidak tenang. Dia sungguh berharap Jack tidak memperpanjang masalah.Setelah sampai d
Jack menatap Lily dengan nanar melihat genangan air di mata wanita itu.“Jangan lancang Tuan Greenwood!”“Aku … aku hanya terlalu bahagia mengetahui jika Dean—““Cukup!” Lily menyela, menahan diri untuk tidak menangis di hadapan Jack yang benar-benar rmembuatnya muak.“Dean bukan putramu saat kau mengkhianati hubungan kita dulu!” Lily menegaskan ucapannya.Jack menunjukkan rasa sesal, ingin memegang tangan Lily, lebih dulu dia menghindar.“Jangan menyentuhku! Kau tidak berhak untuk itu!” sentak Lily.Jack menghela napas napas pelan, mengangguk samar, tidak akan melakukan itu.“Maafkan aku. Sungguh, setelah kepergianmu aku mencoba mencarimu selama ini. Aku tidak tahu jika kau sedang hamil—““Apa bedanya dengan itu? Kau tahu pun tidak akan mengubah keputusanmu. Jangan pernah mengusikku lagi, Jack! Dean tahu ayahnya sudah mati.”Jack menggeleng. “Aku akan memperbaiki ini. Aku tahu kau tidak akan memaafkanku dengan mudah. Setidaknya, beri aku kesempatan untuk jadi ayah yang baik.”Lily te
Arios mendatangi kediaman Jack dengan membawa kotak berisi kue untuk Emily.Suaranya menggema memanggil Emily dengan langkah panjang memasuki mansion megah itu.“Emily! Paman datang!”Emily yang mendengar suara Arios memanggilnya, berlari memastikan dari lantai atas.Senyumnya merekah, berlari ringan menuruni tangga. Di belakangnya disusul Jack.“Paman! Emily berlari ke dalam pelukan Arios dengan raut bahagia.Arios tersenyum, melepaskan pelukannya—mengusap puncak kepala Emily dengan lembut.“Paman bawakan cake kesukaanmu.”Mata Emily bersinar, mengambil kotak kue stroberi itu dengan antusias.“Wah, terima kasih, Paman. Apa ini oleh-oleh untukku?”“Tentu. Kamu menyukai cake jadi paman khusus meminta mereka berdasarkan keinginanmu.”Emily berjalan dengan langkah riang menuju dapur sambil memegang kotak kue itu.Jack mengambil tempat duduk di sofa tunggal, disusul Arion duduk di seberang.“Bagaimana perjalananmu?”“Cukup melelahkan berkat seseorang.”Jack tersenyum, menyandarkan punggun
Daniel menepikan mobil Jack di bahu jalan setelah sampai di tak jauh dari toko kue milik Lily, ia mengamati dari jauh dengan helaan napas pelan melihat beberapa pengunjung masuk keluar.“Tuan ingin keluar?”“Aku tidak yakin Lily akan menyambutku dengan ramah.”“Tuan bisa beralasan dengan membeli kue. Nona Lily pasti akan menyambut Anda sebagai pengunjung. Apalagi kudengar ada stempel kupon setiap kali membeli satu kue dengan tarif harga tertentu dan akan mendapatkan kue gratis setelah semua kupon terkumpul.”Wajah Jack berubah cerah. “Benarkah?”Daniel mengangguk. “Anda bisa mencoba dengan itu.”Jack menghela napas panjang lalu segera turun dari mobil.Jack bahkan sengaja menunda rapat selama dua jam demi untuk menemui Lily setelah tiga hari tak pernah melihatnya karena sibuk.Suara bel berbunyi begitu pintu terdorong.Lily yang mendengar suara itu lantas berbalik, terkejut melihat Jack masuk dengan penuh wibawa.Lily menahan diri untuk bersikap profesional.“Selamat datang!” sambut M
Suara ruangan kerja Selena diketuk, Laura membuka pintu mempersilakan dua pria berpakaian serba hitam melangkah masuk, mendekat ke depan meja Selena. "Ada informasi apa yang kalian temukan?""Maaf, Nyonya. Kami sempat membuntuti teman dari Tuan Jack tapi kami kehilangan jejak saat ada truk tiba-tiba saja hampir menabrak mobil kami.""Sepertinya, teman Tuan Jack tahu jika kamu membuntuti diam-diam," jelas pria lain berambut cepak. Selena sontak menggebrak meja. Dia menatap murka. "Bahkan hal seperti ini saja kalian tidak becus melakukannya!"Kedua pria itu menunduk. "Aku tidak mau tahu. Aku harus mendapatkan informasi soal Jack, kalian harus mencari celah dari suamiku atau aku akan buat kalian menyesal karena tidak bekerja dengan baik!" bentak Selena. Kedua pria itu mengangguk paham, segera berbalik keluar dari ruangan. Selena mengumpat, melempar tempat pena yang terjangkau pandangannya sebagai pelampiasan kemarahannya. "Kamu benar-benar buat aku kehilangan rasa sabar. Aku tidak
Selena membanting semua barang yang ada di kamarnya dengan penuh amarah. Jack melangkah masuk setelah mendapat laporan dari asisten rumah tangga melalui Daniel. “Apa yang kaulakukan Selena?” Selena lantas menoleh tajam, melayangkan kotak kecil di tangannya ke arah Jack yang dengan cepat menghindar. Jack menatap kaget, melihat kemarahan tersirat jelas dalam mata Selena saat ini. “Kau berani melemparku?” Selena tertawa sinis. “Kenapa kalau aku berani? Kau mau melakukan hal yang sama padaku?” Jack mencoba tenang. Ia sungguh tidak ingin sampai tersulut emosi. Selena mendekat, menarik kerah kameja Jack dengan kasar. “Kau berani bermain di belakangku? Bagaimana bisa kau punya anak dari wanita lain?!” “Jangan usik mereka! Demi menikahimu, aku melepas Lily dan baru tahu kalau Dean adalah putraku.” “Apa kau ingin kehilangan segalanya?” Jack menyeringai. “Aku tidak akan kehilangan apapun.” Suara tawa Selena menggema ke langit-langit ruangan. “Wah, sudah mulai sombong rupanya!” cibir
Jack hendak mengikuti Lily dan Dean, dicegah Selena lebih dulu."Kau mau ke mana?"Jack menoleh, menatap Selena yang sudah menghadang langkahnya."Aku ingin meminta maaf pada mereka karena atas ketidaknyamanan tadi dan—""Apa benar Dean putramu?"Jack bergeming, ia tak bisa menjawab itu meski inginSenyum Selena tersungging. Dia mendekatkan bibirnya seraya berkata pelan, "Jangan menarik perhatian. Sikapmu ini akan kuanggap sebagai jawabannya.Rahang Jack mengeras, satu tangannya terkepal erat hanya bisa diam di tempat.Selena menguraikan senyum kemenangan, dia mendapatkan jawaban atas apa yang ingin ia ketahui.Langkahnya berbalik menjauh, melempar senyum manis pada beberapa tamu yang melihat ke arahnya."Maaf atas ketidaknyamanan kalian. Tadi hanya sedikit intermezzo. Silakan lanjutkan lagi nikmati pestanya!"Arios yang melihat dari kejauhan lantas mendekat."Kau baik-baik saja?"Jack menoleh tajam, sorot matanya yang menyimpan amarah membuat Arios lantas mengulum bibir."Sepertinya a
Lily melirik ke arah Dean yang tampak semangat saat berada di dalam taksi yang mereka tumpangi. Matanya berbinar, menunjukkan betapa tak sabar anak itu ingin segera sampai di tempat acara. Ini adalah kali pertama Dean menghadiri undangan bersama Lily.Selama ini, hari-hari Dean hanya dihabiskan dengan sekolah, bermain di rumah, dan sesekali menemani Lily di toko kuenya. Lily tidak sendiri dalam perjalanan itu, Rose turut menemani.Rose menoleh pada Lily yang duduk di sampingnya, sementara Dean duduk di samping kursi pengemudi."Kau yakin soal keputusanmu ini, 'kan?!" tanya Rose, memastikan sembari menggenggam punggung tangan Lily.Tangan Lily terasa dingin, mencerminkan rasa gugup yang menyelimuti.Lily mengangguk pelan. "Aku tidak punya pilihan saat aku merasa Selena mulai mencurigai sesuatu," jawabnya dengan suara yang berusaha tegas."Apapun itu, jangan tunjukkan kau lemah, terutama di depan Jack. Demi Dean, aku yakin kau bisa melalui malam ini," ucap Rose sembari menatap mata Lily
Lily termenung mempertimbangkan ucapan Rose beberapa hari lalu.Masih terlarut dengan lamunannya, suara bel pintu membuat Lily tersadar, cukup terkejut melihat sosok yang dikenalnya kini berdiri di hadapannya.“Selamat datang, Nyonya!”Wanita berpenampilan modis itu tak lain adalah Selena.Selena membuka kacamata hitam yang dikenakkannya, menatap Lily dengan sorot mata angkuh.“Kau bernama Lily James?”Lily mengulas senyum, menanggapi dengan ramah. “Iya, benar. Aku, Lily James.”Senyum Selena tersungging sinis lalu berkata, “Aku, Selena, ibu dari Emily Greenwood. Teman kelas Dean.”“Hai, Selena! Senang bertemu denganmu!” Lily mencoba bersikap ramah. Entah kenapa dia merasa canggung.“Aku tidak ingin basa-basi”—Selena mengambil selembar undangan dari sekretaris pribadinya, memberikan pada Lily—“aku ingin mengundangmu pada perayaan anniversary-ku. Kuharap kau bisa sempatkan waktu untuk hadir bersama putramu.”Lily tersenyum tipis, mencoba menutupi raut terkejutnya.“Aku bahkan bukan ora
Selena menggeram marah setelah sampai d kantornya.“Berani sekali Jack bertemu wanita lain di belakangku!” geram Selena, merasa tidak terima dengan apa yang dilihatnya tadi.Dua hari terakhir Selena mendapat informasi soal Jack yang menemui seorang wanita. Hingga membuktikan sendiri, Selena awalnya tidak percaya meski Jack selalu bersikap dingin padanya, selama rentang waktu mereka menikah, tidak ada kabar buruk tentang Jack di luar sana bersama wanita lain.Tetapi, setelah mencari tahu lebih lanjut—diketahui Jack sering bertemu dengan Lily.“Kau sudah mendapatkan informasi detail tentang wanita itu?” tanyanya pada sang sekretaris yang baru saja memasuki ruangannya.“Sudah, Bu. Ini informasi tentang Lily James,” jawab Laura, nama wanita itu.Selena dengan cepat mengambil tab dari tangan Laura, memastikan itu.Tangan Selena mengudara saat membaca informasi yang terselip soal Dean.“Dia memiliki putra bernama Dean?”“Benar, Bu. Dean satu sekolah dengan Emily.”Kening Selena berkerut, di
Senyum Jack merekah saat membaca pesan Lily. Tanpa berlama-lama, ia berdiri dari duduknya.“Mau ke mana?”“Mau menemui Lily!”Arios terdiam, ia menghela napas berat menatap punggung Jack yang sudah menjauh dari pandangan.“Beruntung aku masih sebatas mengagumi, bisa hilang kepalaku jika benar-benar jatuh cinta pada wanitanya!” Arios bergidik sendiri mengatakan itu.Mobil yang dikemudikan Jack baru saja melewati gerbang. Ia dengan penuh antusias tak sabar menemui Lily.Sementara Lily sudah menuju ke taman yang tak jauh dari tempat tinggalnya, menunggu Jack di sana.Tak butuh waktu lama bagi Jack, ia sudah menepikan mobil di bahu jalan.Sambil merapikan pakaiannya, senyum Jack terukir lebar seiring langkah kaki menemui Lily yang duduk di bawah pohon rindang.“Maaf lama menunggu!” kata Jack sambil tersenyum.Lily membalikkan badan, tak ada ekspresi, hanya sorot mata dingin yang menyambut lelaki itu.“Apa yang ingin kau bicarakan?” tanya Jack tak sabar.Lily menatap marah. “Apa kau mau ter
Arios memasuki ruang kerja Jack setelah sebelumnya ia menyusul ke perusahaan lelaki itu.“Jelaskan padaku dan jangan melewatkan apapun!” tuntut Arios dengan wajah seriusnya.Jack mendongak, menatap Arios dengan sorot mata dingin. “Kau lupa siapa aku?”“Aku tahu kau siapa. Maka itu aku ingin penjelasan yang masuk akal.”Jack mendorong punggungnya pada sandaran kursi. “Lily wanita yang aku ceritakan padamu. Wanita yang mengalihkan seluruh duniaku padanya.”Arios mengembuskan napas pelan, merasa cukup frustasi mendengar itu.“Maaf. Aku sungguh tidak tahu jika Lily adalah wanita yang ingin kamu temukan sejak lama. Kau bahkan tidak pernah menunjukkan fotonya.”“Karena satu-satunya ponselku yang menyimpan foto Lily terjatuh saat aku mengejar si brengsek Edgar itu. Mengingat ia berhasil lolos kala itu membuatku ingin sekali menemukannya lalu menghabisi pria itu.”“Lalu, apa yang akan kaulakukan? Apa Selena tahu?”“Selena tidak tahu. Aku tidak akan pernah memberitahukan padanya.”“Kamu tida
Jack menerima panggilan kembali dari Bram, segera ia menjawab dengan cepat.“Bagaimana? Kau menemukannya?”“Anak yang Tuan cari ada di taman kota. Aku melihatnya berada di sana.”“Kerja bagus!”Jack menginjak pedal gas segera menuju ke sana.Tak butuh waktu lama mobil Jack memasuki taman kota. Segera ia menepikan mobilnya lalu turun dari mobil.Mengedarkan pandangan Jack mencari keberadaan Dean. Langkahnya terhenti. Ia menemukannya.Jack berlari cepat ke arahnya dengan perasaan yang lega. Ia sedang duduk di bangku seorang diri.“Dean!”Jack lantas memeluknya dengan erat. Seolah rasa khawatir itu lenyap begitu saja setelah merasakan hangatnya tubuh Dean.Dean yang merasa bingung dengan sikap Jack, menatap diam saat melihat Jack melepaskan pelukannya.“Mengapa kamu membuatku dan ibumu cemas? Apa yang kaulakukan di sini?”“Aku ingin pergi ke toko buku di depan sana, Paman. Tetapi toko buku itu tutup. Makanya aku duduk di sini sebentar. Apa ibu mencariku?”Jack mendesah pelan. “Ibumu sang