“Selamat pagi, Tuan!” Daniel menyapa setelah melihat Jack keluar dari apartemennya.
“Apa kau sudah mengurus kontrak dengan Jeremy?” Jack berjalan dengan penuh wibawa menuju mobil yang sudah menunggu.
“Sudah, Tuan! Apa tidak perlu mengkonfirmasi pada sekretaris Anda—“
“Tidak perlu! Kauambil alih.”
“Kemarin Nona Lily menanyakan Anda.”
Jack menahan langkah, ia meniup napas ke udara lalu membalikkan badan.
“Berita tentang pelakasanaan pertunanganmu sudah tersebar di bulletin perusahaan.”
Ekspresi di wajah jack berubah serius. “Pastikan saja acara pertunanganku dan Selena berjalan lancar.”
“Anda tidak mau bertemu dengan Nona Lily?”
“Tidak untuk saat ini. Aku harus menyelesaikan ini secepatnya.”
Daniel mengangguk. “Baik, Tuan.”
Jack melepas satu kancing jas sebelum naik ke dalam mobil.
Daniel yang duduk di samping kursi kemudi, kembali menoleh setelah mobil yang dikemudikan sopir Jack melaju meninggalkan parkiran apartemen.
“Aku baru saja mendapat pesan dari asisten pribadi Nona Selena, Nona sudah ada di ruangan Anda dan menunggu di sana.”
Jack mengeraskan rahang, sorot matanya tajam seraya menjawab, “Katakan aku sedang dalam perjalanan.”
Sementara di sisi lain, Lily bersiap untuk ke kantor setelah kemarin dia izin tidak masuk karena kondisinya benar-benar lemas.
Rose yang menginap di apartemennya, bersiap-siap sarapan setelah membuat oatmeal untuknya dan Lily.
“Kau mau ke mana?” tanya Rose, terkejut melihat Lily sudah berpakaian rapi.
“Aku mau ke kantor. Temui Jack. Ia sudah kembali kemarin.”
“Kau mau memberitahukan padanya?”
“Aku akan menagih janjinya padaku!”
“Pikirkan lagi. Pertunangannya dengan wanita bernama Selena akan diselenggarakan. Aku takut kau—“
“Aku tidak peduli!” Lily menyela, tekadnya sudah bulat.
“Aku tetap akan menagih janji dan memberitahukan soal anak ini padanya. Dengan begitu, Jack pasti akan mempertimbangkan hubungan kami.”
Rose tampak sedih melihat Lily benar-benar berusaha tegar di depannya.
“Makan dulu. Aku sudah buatkan sarapan—“
“Aku tidak berselera makan. Mungkin itu juga efek dari kehamilan ini.” Lily menolak, merapikan rambutnya bersiap pergi.
“Paling tidak makan sesuatu untuk mengganjal perut,” balas Rose tampak khawatir.
“Aku tidak apa-apa, Rose. Tadi aku makan beberapa anggur karena mual saat bangun pagi. Aku pergi dulu. Sampai ketemu di kantor!”
Lily beranjak keluar dengan buru-buru. Dia tahu Jack punya jadwal rapat pukul sembilan pagi.
Tidak memakan waktu lama, Lily sudah sampai di JG Global Ventures. Langkah kakinya bergerak cepat setelah keluar dari lift menuju ruangan Jack.
Lily memperlambat langkah saat melihat Daniel datang menghampirinya.
“Selamat pagi Nona Lily!”
“Pagi, Daniel! Jack ada di ruangannya, ‘kan?”
“Maaf, Nona Lily. Anda tidak bisa masuk sekarang.” Daniel mencegah langkah Lily.
“Kenapa? Ada yang ingin aku katakan padanya.”
“Tuan Jack sedang kedatangan tamu dan Tuan memintaku untuk tidak membiarkan siapapun masuk.”
“Termasuk aku?”
“Maaf.” Daniel tampak menyesal mengatakan itu.
Lily mengembuskan napas kesal, melirik ke arah pintu ruangan Jack. Dia mencoba memikirkan cara untuk mengalihkan perhatian Daniel dan menerobos masuk ke dalam.
“Daniel, sepertinya ada milikmu yang terjatuh!” seru Lily menunjuk ke belakang.
Mendapat celah, Lily segera berlari masuk ke dalam ruangan Jack tak sempat dicegah Daniel. Lily berhasil masuk dan melihat pemandangan di depannya yang begitu menyesakkan dada. Wanita bernama Selena sedang duduk di atas pangkuan Jack.
“Maaf!” Lily tak bisa berkata-kata, rasa sesak di dada tiba-tiba saja menyergapnya.
Seakan ada lem super yang merekat di bawah sepatunya, Lily mendadak seperti manekin bernapas.
“Siapa dia? Mengapa dia bersikap tidak sopan seperti itu?”
Jack dengan tatapan sinis seraya menjawab, “Sekretarisku. Mungkin dia buru-buru masuk karena memberitahukan soal jadwalku hari ini.”
Selena melirik sinis, kembali mengalungkan tangan di leher Jack dengan bersikap manja.
Lily segera berbalik, dia tidak sanggup melihat kemesraan itu di depan matanya. Dengan hati yang hancur, Lily menutup pintu ruangan Jack—menyeret langkahnya menuju meja kerja.
Daniel yang melihat itu hanya bisa menghela napas pelan.
Tak lama setelahnya, pintu ruangan terbuka. Lily menunduk, mengusap air matanya saat melihat Jack mengantar Selena keluar dari ruangannya.
“Malam nanti jangan sampai terlambat. Aku ingin kita segera memilih cincin pertunangan,” ucap Selena, tak lupa dia mencium pipi Jack sebelum pergi.
Lily memilih menyibukkan diri dengan layar komputernya pura-pura melakukan pekerjaan.
Selena melayangkan tatapan sinis saat berjalan melewati meja kerja Lily.
Setelah memastikan Selena pergi, Jack mengirim pesan pada Lily.
My Love : Temui aku!
Lily berdiri dari duduknya, segera masuk ke dalam ruangan.
Tanpa basa-basi, Lily mendekat lalu menampar pipi Jack saat ia membalikkan badan.
Jack tercengang, menatap Lily menyimpan amarah dalam matanya.
“Kau mengingkari janjimu, Jack! Bagaimana bisa kau mengkhianatiku seperti ini?!”
“Aku harus melakukannya. Ini tidak bisa dibatalkan.”
“Lalu aku? Bagaimana denganku? Apa hubungan kita setahun ini sia-sia bagimu?”
“Aku tulus mencintaimu tapi aku tidak bisa membatalkan pertunanganku. Kita bisa melanjutkan hubungan diam-diam meski aku sudah menikah.”
“Aku bukan wanita jalang!” Lily menyanggah, amarahnya menggumpal di ubun-ubun. “Mudah sekali kau mengatakan itu. Sungguh egois!”
“Kau tidak akan mengerti. Aku harus menikah dengan Selena!” Jack menampik, merasa frustasi.
Lily tertawa miris. “Aku kecewa padamu, Jack! Kau mengkhianati cinta kita. Aku bodoh karena percaya pada pria berengsek sepertimu.”
“Kumohon mengertilah! Aku benar-benar—“
“Tidak ada lagi yang ingin aku dengar. Kita selesai!”
Suara debam pintu terdengar saat Lily melampiaskan kemarahannya.
Lily beranjak pergi dengan hati yang terluka. Seiring langkah kakinya membawa kenangan pahit bersama Jack yang masih terpatri di otaknya.
Lily menyesal, memegang perutnya yang rata mengasihani anaknya yang bahkan belum lahir harus mengalami nasib menyedihkan bersamanya.
“Kau bodoh, Jack! Kau melepaskan satu-satunya kesempatan untuk menjadi Ayah dari anak kita. Aku harap kita tidak akan pernah bertemu lagi. Satu-satunya hal yang aku sesali adalah jatuh cinta pada pria seperti dirimu!”
Lily berusaha mengumpulkan kepingan luka yang retak seperti pecahan kaca—dia berjanji pada dirinya tidak akan pernah memaafkan Jack setelah dikhianati.
***
Ruang pertemuan di JG Global Ventures dipenuhi dengan beberapa kru media yang hadir di sana, termasuk dari News City yang dimiliki oleh ayah Selena, Richard Holland.Hari ini adalah hari penting bagi Jack dan perusahaannya. Seluruh media telah diundang untuk meliput kerjasama antara JG Global Ventures dan Jeremy Corporation, juga kabar pernikahan antara Jack dan Selena.Dari jauh, Lily melihat dengan hati yang terluka, seperti ada belati yang menusuk tepat di jantungnya.Lily berbalik, kini dia hanya bisa menyusun kepingan luka yang masih berbekas di hatinya sembari melangkah menjauh dari sana, meninggalkan semua miliknya dan tak ingin lagi menoleh ke belakang.Hingga satu jam lamanya, akhirnya Jack bisa kembali ke ruangannya dan duduk di kursi kebesaran miliknya.Suara ketukan pintu terdengar, Daniel datang mendekat berdiri di depan meja.“Di mana Lily? Minta dia untuk ….”Daniel menyerahkan surat ke atas meja.“Apa ini?” Kedua alis Jack menyatu.“Lily menyerahkan surat pengunduran di
Lima tahun kemudian, Lily menjalani hidup dengan membuka toko kue untuk menghidupi dirinya dan putranya yang kini sudah masuk sekolah. Putranya bernama Dean Edgar Greenwood tumbuh menjadi anak yang pintar dan ramah juga sangat protektif terhadap ibunya. Bagi Dean, Lily adalah dunianya dan sangat berharga.Langkah kaki terdengar cepat mengarah ke meja makan. Dean sudah bersiap dan kini ia akan sarapan sebelum pergi.Lily baru saja menyiapkan bekal makan siang Dean, membalikkan badan melihat putranya sudah duduk dengan nyaman.“Dean sudah memasukkan semua buku pelajaran untuk hari ini?”Dean mengangguk. “Tentu, Bu. Aku sudah menyiapkan dari semalam.”Lily tersenyum lalu berkata, “Habiskan sarapanmu dan ibu akan mengantarmu lalu membuka toko kue kita.”“Hari ini ada pertemuan orang tua di sekolah. Ibu akan datang?” tanya Dean sambil mengunyah sandwich dengan lembut.Tangan Lily mengudara saat hendak mencuci piring. Dia menghela napas pelan lalu menjawab dengan senyuman.“Tentu saja, Ibu p
Jack merasa gelisah setelah memastikan Emily masuk ke dalam rumah. Daniel yang sejak tadi mengamati tuannya itu memutuskan untuk bertanya. “Tuan, ada yang—“ “Cari tahu soal kehidupan Lily selama lima tahun terakhir ini!” Jack menyela, menatap tegas pada Daniel yang melihatnya dari balik spion. “Anda sudah bertemu dengannya?” “Lily sudah punya anak. Aku ingin tahu kehidupan seperti apa yang dia jalani. Apa dia menikah? Jika, ya, cari tahu siapa suaminya! Aku ingin dapatkan informasi lengkap hari ini juga!” tegasnya lagi. Daniel mengangguk. “Siap, Tuan. Anda mau ke mana saat ini?” “Bawa aku ke toko kue milik Lily. Aku ingin mengamatinya dari jauh.” Daniel segera melajukan mobilnya menuju tempat yang mereka tuju. Sementara di toko kue, Lily tampak tidak tenang. Pikirannya berakar ke mana-mana saat melihat Jack lagi setelah lima tahun. “Apa Jack akan mengenali, Dean?” Lily tampak gelisah, menggeleng keras. “Mata Dean mirip Jack, wajahnya bahkan sedikit mirip saat Jack kecil dulu.
Lily membalikkan badan, menepis tangan Jack dengan kasar.“Jangan lancang! Dean putraku dengan kekasihku. Aku tidak perlu menjelaskan masalah pribadiku padamu!” Tatapan tajam Lily menegaskan ucapannya.Dalam hati wanita itu mati-matian menjaga sikap di depan Jack agar tetap tenang.“Kamu berbohong! Aku tahu betul kalau kamu berbohong, kamu akan merasa gugup!” Jack masih bersikeras. Ia tidak akan menyerah mendapat jawaban pasti dari Lily.“Tolong jangan melewati batasmu, Jack! Aku sudah selesai dengan masa lalu kita jadi jangan membuatku seperti wanita tidak bermoral yang tampak dekat dengan suami orang.”Suara Jack tercekat di tenggorokan, tak bisa berkata apapun—menatap Lily yang sudah naik ke atas motor lalu melaju pergi dengan cepat.Dalam hati Lily merasa sangat lega, bisa berhasil menghindari Jack. Tapi, apa berikutnya Lily akan menjauh dengan aman?!Sepanjang perjalanan, Lily merasa gelisah dan tidak tenang. Dia sungguh berharap Jack tidak memperpanjang masalah.Setelah sampai d
Jack menatap Lily dengan nanar melihat genangan air di mata wanita itu.“Jangan lancang Tuan Greenwood!”“Aku … aku hanya terlalu bahagia mengetahui jika Dean—““Cukup!” Lily menyela, menahan diri untuk tidak menangis di hadapan Jack yang benar-benar rmembuatnya muak.“Dean bukan putramu saat kau mengkhianati hubungan kita dulu!” Lily menegaskan ucapannya.Jack menunjukkan rasa sesal, ingin memegang tangan Lily, lebih dulu dia menghindar.“Jangan menyentuhku! Kau tidak berhak untuk itu!” sentak Lily.Jack menghela napas napas pelan, mengangguk samar, tidak akan melakukan itu.“Maafkan aku. Sungguh, setelah kepergianmu aku mencoba mencarimu selama ini. Aku tidak tahu jika kau sedang hamil—““Apa bedanya dengan itu? Kau tahu pun tidak akan mengubah keputusanmu. Jangan pernah mengusikku lagi, Jack! Dean tahu ayahnya sudah mati.”Jack menggeleng. “Aku akan memperbaiki ini. Aku tahu kau tidak akan memaafkanku dengan mudah. Setidaknya, beri aku kesempatan untuk jadi ayah yang baik.”Lily te
Arios mendatangi kediaman Jack dengan membawa kotak berisi kue untuk Emily.Suaranya menggema memanggil Emily dengan langkah panjang memasuki mansion megah itu.“Emily! Paman datang!”Emily yang mendengar suara Arios memanggilnya, berlari memastikan dari lantai atas.Senyumnya merekah, berlari ringan menuruni tangga. Di belakangnya disusul Jack.“Paman! Emily berlari ke dalam pelukan Arios dengan raut bahagia.Arios tersenyum, melepaskan pelukannya—mengusap puncak kepala Emily dengan lembut.“Paman bawakan cake kesukaanmu.”Mata Emily bersinar, mengambil kotak kue stroberi itu dengan antusias.“Wah, terima kasih, Paman. Apa ini oleh-oleh untukku?”“Tentu. Kamu menyukai cake jadi paman khusus meminta mereka berdasarkan keinginanmu.”Emily berjalan dengan langkah riang menuju dapur sambil memegang kotak kue itu.Jack mengambil tempat duduk di sofa tunggal, disusul Arion duduk di seberang.“Bagaimana perjalananmu?”“Cukup melelahkan berkat seseorang.”Jack tersenyum, menyandarkan punggun
Daniel menepikan mobil Jack di bahu jalan setelah sampai di tak jauh dari toko kue milik Lily, ia mengamati dari jauh dengan helaan napas pelan melihat beberapa pengunjung masuk keluar.“Tuan ingin keluar?”“Aku tidak yakin Lily akan menyambutku dengan ramah.”“Tuan bisa beralasan dengan membeli kue. Nona Lily pasti akan menyambut Anda sebagai pengunjung. Apalagi kudengar ada stempel kupon setiap kali membeli satu kue dengan tarif harga tertentu dan akan mendapatkan kue gratis setelah semua kupon terkumpul.”Wajah Jack berubah cerah. “Benarkah?”Daniel mengangguk. “Anda bisa mencoba dengan itu.”Jack menghela napas panjang lalu segera turun dari mobil.Jack bahkan sengaja menunda rapat selama dua jam demi untuk menemui Lily setelah tiga hari tak pernah melihatnya karena sibuk.Suara bel berbunyi begitu pintu terdorong.Lily yang mendengar suara itu lantas berbalik, terkejut melihat Jack masuk dengan penuh wibawa.Lily menahan diri untuk bersikap profesional.“Selamat datang!” sambut M
Lily mendekat, melihat Dean sedang berbicara dengan Jack membuatnya tidak tenang.“Dean!” panggil Lily dengan lembut.Dean menoleh, mengulas senyum.“Kau memiliki putra yang pintar Nyonya Lily.” Jack berujar, tersenyum tipis.Lily memegang tangan Dean. “Ayo Dean! Ucapkan terima kasih dan—““Apa aku boleh duduk di sini sebentar dengan Paman Jack, Bu?”Lily menoleh kaget, tak menyangkan Dean akan berkata begitu.“Ayahnya Emily pasti sibuk. Ia mungkin saja akan pergi bekerja setelah ini. Kau tidak boleh seperti itu.”“Aku tidak masalah. Aku bisa meluangkan waktu selama satu jam ke depan.”“Benarkah?” Wajah Dean berbinar, melihat ke arah Lily yang kehabisan kata-kata.Matanya menatap kesal pada Jack, menahan amarah berusaha untuk tidak terpancing.“Ibu bilang tidak berarti tidak. Deantidak bisa begitu saja akrab dengan orang asing dan menyusahkan orang itu, Dean. Ibu tidak pernah mengajarimu seperti itu!” Lily berkata tenang, tetapi penuh penekanan.Dean yang bisa melihat kemarahan ibunya
Suara ruangan kerja Selena diketuk, Laura membuka pintu mempersilakan dua pria berpakaian serba hitam melangkah masuk, mendekat ke depan meja Selena. "Ada informasi apa yang kalian temukan?""Maaf, Nyonya. Kami sempat membuntuti teman dari Tuan Jack tapi kami kehilangan jejak saat ada truk tiba-tiba saja hampir menabrak mobil kami.""Sepertinya, teman Tuan Jack tahu jika kamu membuntuti diam-diam," jelas pria lain berambut cepak. Selena sontak menggebrak meja. Dia menatap murka. "Bahkan hal seperti ini saja kalian tidak becus melakukannya!"Kedua pria itu menunduk. "Aku tidak mau tahu. Aku harus mendapatkan informasi soal Jack, kalian harus mencari celah dari suamiku atau aku akan buat kalian menyesal karena tidak bekerja dengan baik!" bentak Selena. Kedua pria itu mengangguk paham, segera berbalik keluar dari ruangan. Selena mengumpat, melempar tempat pena yang terjangkau pandangannya sebagai pelampiasan kemarahannya. "Kamu benar-benar buat aku kehilangan rasa sabar. Aku tidak
Selena membanting semua barang yang ada di kamarnya dengan penuh amarah. Jack melangkah masuk setelah mendapat laporan dari asisten rumah tangga melalui Daniel. “Apa yang kaulakukan Selena?” Selena lantas menoleh tajam, melayangkan kotak kecil di tangannya ke arah Jack yang dengan cepat menghindar. Jack menatap kaget, melihat kemarahan tersirat jelas dalam mata Selena saat ini. “Kau berani melemparku?” Selena tertawa sinis. “Kenapa kalau aku berani? Kau mau melakukan hal yang sama padaku?” Jack mencoba tenang. Ia sungguh tidak ingin sampai tersulut emosi. Selena mendekat, menarik kerah kameja Jack dengan kasar. “Kau berani bermain di belakangku? Bagaimana bisa kau punya anak dari wanita lain?!” “Jangan usik mereka! Demi menikahimu, aku melepas Lily dan baru tahu kalau Dean adalah putraku.” “Apa kau ingin kehilangan segalanya?” Jack menyeringai. “Aku tidak akan kehilangan apapun.” Suara tawa Selena menggema ke langit-langit ruangan. “Wah, sudah mulai sombong rupanya!” cibir
Jack hendak mengikuti Lily dan Dean, dicegah Selena lebih dulu."Kau mau ke mana?"Jack menoleh, menatap Selena yang sudah menghadang langkahnya."Aku ingin meminta maaf pada mereka karena atas ketidaknyamanan tadi dan—""Apa benar Dean putramu?"Jack bergeming, ia tak bisa menjawab itu meski inginSenyum Selena tersungging. Dia mendekatkan bibirnya seraya berkata pelan, "Jangan menarik perhatian. Sikapmu ini akan kuanggap sebagai jawabannya.Rahang Jack mengeras, satu tangannya terkepal erat hanya bisa diam di tempat.Selena menguraikan senyum kemenangan, dia mendapatkan jawaban atas apa yang ingin ia ketahui.Langkahnya berbalik menjauh, melempar senyum manis pada beberapa tamu yang melihat ke arahnya."Maaf atas ketidaknyamanan kalian. Tadi hanya sedikit intermezzo. Silakan lanjutkan lagi nikmati pestanya!"Arios yang melihat dari kejauhan lantas mendekat."Kau baik-baik saja?"Jack menoleh tajam, sorot matanya yang menyimpan amarah membuat Arios lantas mengulum bibir."Sepertinya a
Lily melirik ke arah Dean yang tampak semangat saat berada di dalam taksi yang mereka tumpangi. Matanya berbinar, menunjukkan betapa tak sabar anak itu ingin segera sampai di tempat acara. Ini adalah kali pertama Dean menghadiri undangan bersama Lily.Selama ini, hari-hari Dean hanya dihabiskan dengan sekolah, bermain di rumah, dan sesekali menemani Lily di toko kuenya. Lily tidak sendiri dalam perjalanan itu, Rose turut menemani.Rose menoleh pada Lily yang duduk di sampingnya, sementara Dean duduk di samping kursi pengemudi."Kau yakin soal keputusanmu ini, 'kan?!" tanya Rose, memastikan sembari menggenggam punggung tangan Lily.Tangan Lily terasa dingin, mencerminkan rasa gugup yang menyelimuti.Lily mengangguk pelan. "Aku tidak punya pilihan saat aku merasa Selena mulai mencurigai sesuatu," jawabnya dengan suara yang berusaha tegas."Apapun itu, jangan tunjukkan kau lemah, terutama di depan Jack. Demi Dean, aku yakin kau bisa melalui malam ini," ucap Rose sembari menatap mata Lily
Lily termenung mempertimbangkan ucapan Rose beberapa hari lalu.Masih terlarut dengan lamunannya, suara bel pintu membuat Lily tersadar, cukup terkejut melihat sosok yang dikenalnya kini berdiri di hadapannya.“Selamat datang, Nyonya!”Wanita berpenampilan modis itu tak lain adalah Selena.Selena membuka kacamata hitam yang dikenakkannya, menatap Lily dengan sorot mata angkuh.“Kau bernama Lily James?”Lily mengulas senyum, menanggapi dengan ramah. “Iya, benar. Aku, Lily James.”Senyum Selena tersungging sinis lalu berkata, “Aku, Selena, ibu dari Emily Greenwood. Teman kelas Dean.”“Hai, Selena! Senang bertemu denganmu!” Lily mencoba bersikap ramah. Entah kenapa dia merasa canggung.“Aku tidak ingin basa-basi”—Selena mengambil selembar undangan dari sekretaris pribadinya, memberikan pada Lily—“aku ingin mengundangmu pada perayaan anniversary-ku. Kuharap kau bisa sempatkan waktu untuk hadir bersama putramu.”Lily tersenyum tipis, mencoba menutupi raut terkejutnya.“Aku bahkan bukan ora
Selena menggeram marah setelah sampai d kantornya.“Berani sekali Jack bertemu wanita lain di belakangku!” geram Selena, merasa tidak terima dengan apa yang dilihatnya tadi.Dua hari terakhir Selena mendapat informasi soal Jack yang menemui seorang wanita. Hingga membuktikan sendiri, Selena awalnya tidak percaya meski Jack selalu bersikap dingin padanya, selama rentang waktu mereka menikah, tidak ada kabar buruk tentang Jack di luar sana bersama wanita lain.Tetapi, setelah mencari tahu lebih lanjut—diketahui Jack sering bertemu dengan Lily.“Kau sudah mendapatkan informasi detail tentang wanita itu?” tanyanya pada sang sekretaris yang baru saja memasuki ruangannya.“Sudah, Bu. Ini informasi tentang Lily James,” jawab Laura, nama wanita itu.Selena dengan cepat mengambil tab dari tangan Laura, memastikan itu.Tangan Selena mengudara saat membaca informasi yang terselip soal Dean.“Dia memiliki putra bernama Dean?”“Benar, Bu. Dean satu sekolah dengan Emily.”Kening Selena berkerut, di
Senyum Jack merekah saat membaca pesan Lily. Tanpa berlama-lama, ia berdiri dari duduknya.“Mau ke mana?”“Mau menemui Lily!”Arios terdiam, ia menghela napas berat menatap punggung Jack yang sudah menjauh dari pandangan.“Beruntung aku masih sebatas mengagumi, bisa hilang kepalaku jika benar-benar jatuh cinta pada wanitanya!” Arios bergidik sendiri mengatakan itu.Mobil yang dikemudikan Jack baru saja melewati gerbang. Ia dengan penuh antusias tak sabar menemui Lily.Sementara Lily sudah menuju ke taman yang tak jauh dari tempat tinggalnya, menunggu Jack di sana.Tak butuh waktu lama bagi Jack, ia sudah menepikan mobil di bahu jalan.Sambil merapikan pakaiannya, senyum Jack terukir lebar seiring langkah kaki menemui Lily yang duduk di bawah pohon rindang.“Maaf lama menunggu!” kata Jack sambil tersenyum.Lily membalikkan badan, tak ada ekspresi, hanya sorot mata dingin yang menyambut lelaki itu.“Apa yang ingin kau bicarakan?” tanya Jack tak sabar.Lily menatap marah. “Apa kau mau ter
Arios memasuki ruang kerja Jack setelah sebelumnya ia menyusul ke perusahaan lelaki itu.“Jelaskan padaku dan jangan melewatkan apapun!” tuntut Arios dengan wajah seriusnya.Jack mendongak, menatap Arios dengan sorot mata dingin. “Kau lupa siapa aku?”“Aku tahu kau siapa. Maka itu aku ingin penjelasan yang masuk akal.”Jack mendorong punggungnya pada sandaran kursi. “Lily wanita yang aku ceritakan padamu. Wanita yang mengalihkan seluruh duniaku padanya.”Arios mengembuskan napas pelan, merasa cukup frustasi mendengar itu.“Maaf. Aku sungguh tidak tahu jika Lily adalah wanita yang ingin kamu temukan sejak lama. Kau bahkan tidak pernah menunjukkan fotonya.”“Karena satu-satunya ponselku yang menyimpan foto Lily terjatuh saat aku mengejar si brengsek Edgar itu. Mengingat ia berhasil lolos kala itu membuatku ingin sekali menemukannya lalu menghabisi pria itu.”“Lalu, apa yang akan kaulakukan? Apa Selena tahu?”“Selena tidak tahu. Aku tidak akan pernah memberitahukan padanya.”“Kamu tida
Jack menerima panggilan kembali dari Bram, segera ia menjawab dengan cepat.“Bagaimana? Kau menemukannya?”“Anak yang Tuan cari ada di taman kota. Aku melihatnya berada di sana.”“Kerja bagus!”Jack menginjak pedal gas segera menuju ke sana.Tak butuh waktu lama mobil Jack memasuki taman kota. Segera ia menepikan mobilnya lalu turun dari mobil.Mengedarkan pandangan Jack mencari keberadaan Dean. Langkahnya terhenti. Ia menemukannya.Jack berlari cepat ke arahnya dengan perasaan yang lega. Ia sedang duduk di bangku seorang diri.“Dean!”Jack lantas memeluknya dengan erat. Seolah rasa khawatir itu lenyap begitu saja setelah merasakan hangatnya tubuh Dean.Dean yang merasa bingung dengan sikap Jack, menatap diam saat melihat Jack melepaskan pelukannya.“Mengapa kamu membuatku dan ibumu cemas? Apa yang kaulakukan di sini?”“Aku ingin pergi ke toko buku di depan sana, Paman. Tetapi toko buku itu tutup. Makanya aku duduk di sini sebentar. Apa ibu mencariku?”Jack mendesah pelan. “Ibumu sang