Dalam benakku Erlangga Surya Hadipranoto, MM. itu saudara tiri suamiku, Bulus Sriyanto Hadiparoto, ST. Aku ingin membuktikan apakah yang ada di pikiranku benar adanya. Jika aku menanyakan saudara tirinya ada rasa tidak suka di wajahnya, suasana yang ceria berakhir dengan ketegangan dan dingin.Pagi hari ketika sarapan aku berusaha keras mengorek keberadaan saudara tirinya.“Pap minta waktu sebentar? Mam ingin bicara mengenai saudara tirimu. Sebelum bertemu dengannya mam ingin mengetahui karakternya.”Tanyaku penuh kehati-hatian.“Kalau mam ingin mengetahui karakter di bangsat cari saja di internet. Mendengar namanya saja aku mau muntah!”Aku menghela napas kasar, aku berusaha agar dapat menjembatani jurang yang menganga lebar antara suadara tiri suamiku dengan suamiku karena firasatku mengatakan bahwa Surya pacar Sari dulu adalah Surya saudara tiri suamiku.Keheningan menyelimuti sarapan kami, hanya terdengar denting sendok dan garpu yang bersentuhan di piring. Selesai sarapan, aku men
Aku berusaha melepaskan milik suamiku yang masih berada di dalam karena tidak mampu menahan kejang-kejang nikmat yang mengalir ke seluruh tubuhku tapi suamiku menahannya.“Jangan mam biarkan saja di dalam, aku bisa merasakan milikmu mengencang, menjepit keras milikku. Hum uenaakk…” Erangnya.Kami melakukan sudah ketiga kalinya, suamiku tidak puas kalau kami melakukannya sekali, meskipun kami orgasm bersama-sama. Guncangan di tempat tidur, disusul gerakan kasur yang semakin kuat menandakan kami melakukannya dengan intens dan kuat. “Hummh… Uenaakk.. sulit kulepaskan.”“Akhhh…”“Kamu uenaaakkk bangettt.” Teriak suamiku.Suamiku mempertahankan dengan intensitas tinggi agar bisa mencapai puncak kenikmatan,”Pap, santai saja, jangan terburu-buru mencapai klimaks.” Desahku dengan napas ngos-ngosan.“Aku ingin yang ketiga kalinya lebih indah, menyenangkan dan maksimal…Ohhh….Arrgggh…”Suamiku mendesah terus menggoyangkan tubuhnya di atas tubuhku. Kueratkan pelukanku, tubuhku mengejang. Sua
Aku merasakan usapan lembut di pipiku. Aku memincingkan mataku, ada perasaan malas membuka mata . Hembusan napas menerjang wajahku diiringi aroma kopi sachet kesukaanku.“Bangun pemalas, matahari sudah terbit dari tadi kamu masih tidur saja.”Ujar suamiku.“Aku masih ngantuk. ““Minum kopi , biar ngantukmu hilang.”“Ogah, capek dan lelah. Rasanya mau tidur lagi.”“Sudah jam sepuluh, belum puas kamu tidur dua belas jam?”“Apa…? Dua belas jam?” Tanyaku tidak percaya, langsung mengucek mataku, meregangkan tubuhku bak kucing malas.“Adhi sudah mandi, sudah sarapan dan ingin makan mie pangsit buatan mam.”“Begitu saja kok repot. Beli saja, aku malas masak.””Inilah isteri jaman sekarang, punya dapur dengan perlengkapan masak lengkap, ujug-ujung pesan makanan online.”Aku tidak mendengar protesnya, menyeruput kopi yang aromanya sangat menggoda hidungku, langsung menegak habis tanpa meninggalkan sisa dipandangi suamiku dengan menahan senyum.“Haus.” Kataku lalu menurunkan cangkir kopi dan men
Sesuai dengan arahan pengacara suamiku, seharian aku disibukkan menyiapkan beberapa bukti termasuk menunjuk saksi. Bukti-bukti bisa kusiapkan, foto-foto yang menyebarkan kabar hoax, video di media sosial yang juga kupunyai, percakapanku dengan Sari ,aku screenshot, ijazah S1 dari kampusku tempat aku mendapat beasiswa sudah difotocopy dan dilegalisir, foto ijzah waktu aku wisuda disertai ijazah S2 dan S3 ketika kuliah di LA.Tiba saatnya menyiapkan saksi, aku kebingungan menunjuk saksi yang akan aku ajukan?“Pap, aku kebingungan menunjuk saksi.” Kataku sambil menggaruk leherku, tanda aku sedang nervous.“Hum, menurut mas Marwan, saksinya orang yang menyaksikan kejadian tersebut di media sosial.”“Tapi ini rekayasa bukan kejadian?” protesku.“Mungkin saksi yang mengetahui dirimu yang sebenarnya , tidak seperti yang diunggah di medsos.” Ujar suamiku .“Tidak mungkin oom Bimo, tante Mayang dan Sakti ,teman kampus? Aku jarang bergaul dengan mereka karena setiap aku dekat dengan seseo
“Jessika?” terdengar suara kaget ketika aku membuka pintu toilet ingin masuk ke dalamnya.Aku otomatis mengarahkan pandangan kepada seorang wanita yang sedang memoles bibirnya dengan lipstick,” Sari, kau…”“Sudah lama kamu ada di resto ini?” tanya dengan tatapan curiga.“Aku baru saja masuk, tiba-tiba ingin pipis,” kataku berbohong langsung masuk dalam kotak kecil yang pengap. Otomatis aku mengambil ponselku dari tas selempang , membukanya dan mengirim message kepada oom Bulus.“Aku terpergok Sari ketika masuk toilet, kalau sudah selesai cepat keluar jangan sampai dia curiga. Aku katakan aku sendirian.”Setelah melihat centang biru, aku lalu melakukan hajatku untuk masuk ke kotak kecil ini dan menyiramnya memasang muka datar karena aku tahu Sari pasti menungguku.“Kamu ke resto ini dengan siapa?” tanyanya.“Sendiri.”“Sendiri? Kamu mampu membayarnya? resto ini resto terkenal bubur ayamnya yang harganya mahal“Aku tahu karena kebetulan lewat, aku kebelet sekalian mampir , terpaksa deh b
Aku terbangun ketika ponselku berdering.Aku berusaha membuka mata yang rasanya sulit untuk dibuka, terlihat nama Wishnu di log panggilan. Aku mengacuhkannya. Ponselku kembali berdering, ‘dia lagi, apa yang diinginkannya malam-malam begini?’ batinku lalu mematikan ponsel, menarik selimut meneruskan tidurku. Aku memandang suamiku yang terlelap di sampingku, suara dengkurannya kembali terdengar setelah berhenti sejenak, mungkin terganggu dengan suara dering ponselku.Akupun kembali tertidur lelap setelah bebas dari suara dering telepon, aku terjaga saat merasakan suatu gerakan tipis di perutku. Aku mengelus perutku yang terlihat membuncit, membelai dan gerakan tipis itu terasa bergerak,’Bayiku bergerak,’ batinku.Aku menoleh ke samping mengambil tangan suamiku mengarahkan ke perutku.“Ada apa?” tanyanya dengan suara parau.“Bayi kita bergerak,”bisikku.Suamiku membelai perutku,“Kok pap tidak merasakan ada pergerakan.” Bisiknya.“Mungkindia capek bergerak,besok pap antar aku ke dokter u
Ponselku berbunyi, aku menatap log panggilan,”Dia lagi.”Desisku.“Siapa?” tanya suamiku.“Wishnu, sejak semalam dia terus menelpon.”“Blokir saja!”“Sudah, dia pakai ponsel lamanya, “ kataku.“Coba kau tanya apa maunya?”Aku menjawab panggilannya,” Hallo, ada apa menelponku?”“Bisakah kita bertemu? Aku baca di sosmed mengenai pencemaran nama baikmu, bukan aku yang membuatnya.Menurut Sari pegawai di kantor tidak ingin kamu menjadi pegawai di sana, menurut mereka kamu itu sombong, cara menatapmu merendahkan ,”“Aku bahkan curiga jika bukan kamu pasti Sari, mereka tidak tahu masa laluku.Yang mengetahui masa laluku adalah kalian berdua.”“Mmm.. kata Sari mereka tahu masa lalumu dari mantan sugar daddymu.”“Mantan sugar daddyku?”“Siapa tuh namanya Bulus, namanya sudah menunjukkan bahwa dia orang tidak benar.”Aku melihat suamiku mengepalkan tangannya menjadi kepalan tinju seolah siap meninju.“Menurut isteri sugar daddy kamu morotin uangnya, melarikan diri ke luar negeri dengan semua uang
Suamiku menghela napas kasar, membaca isi laptop dimana dia telah bergumul sejak pagi sampai siang untuk membuat klarifikasi di media sosial menuntut @lambe nyinyir. Setelah berdiskusi dengan pengacara karena gosip baru yang beredar di media sosial yang mengecamku sebagai pelacur, perebut suami orang , mereka setuju untuk mengadakan klarifikasi. Suamiku yang menyusun kata-kata dibantu pengacara agar ada kekuatan hukum di dalamnya.@Jessika, KLARIFIKASI pemberitaan yang menghebohkan selama ini mengenai diri saya terkait :1. Menggoda mantanbos PT Mega Buana Persada yang kemudian korupsi untuk mewujudkan keinginanku menguras hartanya. Ketika bos PT Mega Buana Persada masuk penjara karena menggelapkan uang perusahaan saya melarikan diri ke luar negeri. 2.Mencoba menggoda CEO PT Mega Buana Persada , Bapak ESH,dengan melampirkan ijazah S2 dan S3 yang katanya diperoleh di Los Angeles, adalah palsu.3.Puncaknya kemarin masih membuat gosip bahwa saya menggoda suami S yang bernama W den