“Wow ! Aku salut denganmu Jeje, bisa menaklukkan Oom Bulus .” Cicit Sari ketika kami bertemu di parkiran mobil. Aku baru turun dari mobil Alphard mewah milik Oom Bulus dan Sari turun dari mpbil sport Surya.
Aku tidak beraksi, hanya berjalan terus.
“Hai, kamu sombong benar. Meskipun penampilanmu sekarang berubah, tas kuliahmu dan baju yang kau kenakan belum pantas untuk menjadi sugar baby Oom Bulus.”
“Jaga mulutmu Sari.”
“Hmm, sudah sedalam itukah hubunganmu dengan Oom Bulus. Aku pernah mengingatkanmu, Oom Bulus itu genit.”
“Hubunganku hanya hubungan pertemanan.” Jawabku asal-asalan.
“Pertemanan? Kamu berteman dengan orangtua? Teman kencan? Teman tapi mesra luar dalam?"
Aku menunduk, bibirku berkedut-kedut menahan amarah yang ingin aku lontarkan, tapi hati kecilku mengatakan apa yang dikatakan Sari benar adanya, aku teman kencan Oom Bulus, bukankah aku sudah menandatangani kontrak teman kencan? Batinku.
“Kamu sudah puasin Oom Bulus dengan mengulum?” bisiknya.
“Hai, siapa mengulum siapa?” terdengar suara Surya yang langsung meraih pundak Sari dan pundakku dan berjalan di tengah-tengah kami berdua.
“Jeje.. sudah..”
“Sari !” bentakku.
“Ih, galak benar ini perempuan, berani-beraninya membentak yayangku.” Kata Surya lalu mendorongku kuat-kuat.
Karena tidak menyangka akan didorong Surya, aku lalu terjatuh. Sebuah tangan mengulur dan meraih pundakku.
“Oom Bulus.” Bisikku.
“Aku antar kamu ke ruang kuliahmu, kebetulan aku mau ketemu Bimo.”
Dengan menggandeng tanganku, kami berjalan di sekitar koridor ditatapi pandangan aneh para mahasiswa.
“Jeje diantar papanya.” Seru Lina, mahasiswi seangkatanku.
“Papa, minta uang jajan.” Seorang mahasiswai berbisik keras dan didengar teman-temanku, lalu mereka tertawa tergelak-gelak.
Aku terus berjalan menunduk, tidak berani menangkat kepalaku, “ Berjalan tegak, naikkan kepalmu. Kamu bukan penjahat!” tegur OOm Bulus, menatapku yang terus menunduk.
Aku menangkat kepalaku, bertatapan dengan mata tajam Oom Bulus, ada perasaan tidak nyaman Oom Bulus berjalan di sampingku dengan tatapan mata para mahasiswa yang berjalan , berdiri dan duduk di koridor.
“Di mana kantor si Bimo?” tanya Oom Bulus.
“Itu di sebelah kanan Oom.” jawabku.
Kami sampai di pintu yang tertulis Nama BIMO DON SUMITOMO, S.E, M.Ak.
Aku mengetuk, silahkan masuk terdengar suara Oom Bimo.
“Saya tunggu di luar.” Kataku.
“No ! Kamu ikut masuk !”
“Hai Lus, angin apa yang membawamu kemari. Baru pertama kamu masuk ke ruanganku.” Kata Oom Bimo.
Oom Bulus menyalami Oom Bimo, tanpa dipersilahkan langsung duduk.
“Jeje, duduk di sampingku.” Perintah Oom Bulus.
Oom Bimo menatap Oom Bulus dengan tatapan mata berbinar, "You did it?”
“Hum,”
“How about our agreement?”
“I will sent the rest.” Jawab Oom Bulus.
“Are there any bonuses?”
“No ! The bonuses for her,” jawab Oom Bulus mengambil ponselnya lalu menulis sesuatu.
Terdengar suara “ ting” , Oom Bimo mengambil ponselnya.
“Wow ! Thanks a lot.”
“Kapan kamu mengambil PhD mu?”
“Aku fokus dulu si Eka bisa kuliah di Aussie, setelahnya aku akan mengambil PhD, You want to help me?”
“Who are you going to sell?”
Oom Bimo tertawa tergelak-gelak menanggapi perkataan Oom Bulus.
“Sorry, waktunya aku harus masuk mengajar.” Kata Oom Bimo lalu menatapku.
“Jeje,kamu terlihat berubah, apakah penampilanmu yang lebih modis?”
“Jangan tanggapi perkataannya. Yuk kita keluar !” kata Oom Bulus merengkuh pinggangku.
Keluar dari ruangan kerja Oom Bimo, Oom Bulus melepaskan tangannya dari pinggangku.
“Masukkah ! Oom nanti akan minta supir kantor menjemputmu, namanya Herkules.”
“ Baik Oom, sampai jumpa di apartemen. Jangan pulang malam-malam,” bisikku lalu mencium pipinya.
****
Selesai kuliah, Sari menarikku , menyeretku karena aku menolak keinginannya.
“Hai, kamu itu sugar babynya Oom Bulus?” tanyanya.
“Kalau iya, kenapa?” jawabku.
“Minta tas branded, sekarang lagi ngetop, Hermes Croco mini. Pasti Oom Bulus belikan, nanti kau transfer ke aku.”
“Enak saja ! Kalau kamu mau, minta sendiri sama Oom Bulus !” jawabku.
“Kamu tidak marah jika aku ngrayu Oom Bulus minta dibelikan tas Hermes?”
“Kenapa aku harus marah?” jawabku. Lain yang keluar dari mulutku dengan yang ada di batinku, berani ngrayu, aku lapor ke Surya.
Seolah tahu apa yang aku pikirkan Sari langsung berubah drastis, “Jangan beri tahu Surya kalau aku minta tas sama Oom Bulus.”
“Kayak aku tidak ada kerjaan, mau temuin Surya, melapor semua kelakuan burukmu?” jawabku.
“Hai ! Kamu sok suci. Berapa kali Oom Bulus menancapkan persenelingnya ? Teman-teman pada bertanya waktu kau ke kampus, kenapa jalanmu berubah, kayak menahan sakit di..”
“Bukan urusanmu !” jawabku.
“Terbuka kedokmu ! Kamu pura-pura polos tapi diam-diam menghayutkan. Kamu tahu kenapa kamu bisa dekat dengan Oom Bulus. Itu karena peran Oom Bimo.”
Aku menatap Sari, “ Oom Bimo memperkenalkanku dengan Oom Bulus dan setelah tahu aku tulang punggung keluarga, Oom Bulus menawarkan meringankan bebanku."
“Bantu dengan melayani keinginan seksualnya?”
“Hai. Sepicik itukah kau menilaiku ? Bukankah kita sebenarnya bersahabat?”tanyaku.
“Bersahabat?” Tanya Sari dengan sikap melecehkan.
“ Kamu menyabet keinginananku untuk dekat dengan Oom Bulus. Menurut Oom Bimo sebenarnya dia ingin aku menjadi sugar baby Oom Bulus tapi kamu meminta-minta sambil menangis agar kamu menjadi sugar baby Oom Bulus karena harus membiayai keluargamu ! Untung aku sekarang dapat Surya, dia pewaris utama, anak satu-satunya pemilik Miracle Jewelry dan pabrik baja terkenal.”
Aku shock mendengar perkataan Sari. Belum hilang shockku, Sari mencicit lagi,” Berapa harga keperawananmu? Satu milyar !” kata Sari lalu berlalu dengan tersenyum sinis meninggalkanku yang gemetar. Kedua kakiku yang menopang tubuhku gemetar, aku merasa ada aliran darah lari ke mukaku. Air mataku jatuh ke pipiku.
“Mbak, saya supir pribadi bapak Sriyanto..”
Aku menoleh, seorang pria bertubuh tegap dengan tato di lengannya, menatapku dengan tatapan bertanya-tanya, “Ada apa mbak? Mbak Jessika sakit? Perlu saya telepon bapak?” tanyanya beruntun.
“Maaf pak, antar saya pulang.”
“Baik !”
Kami menuju tempat parkir. Dari jauh aku melihat Sari masuk ke dalam mobil sport Surya.Melihatnya, kedua tanganku terkepal erat menahan letupan rasa sakit dan marah yang bergejolak di dadaku.
“Mbak , bapak tadi pesan beli makan siang buat mbak Itu di paper bag. Lalu ada buah kiwi buat mbak,” kata Herkules.
“Terima kasih pak Herkules.” Kataku.
“Maaf mbak nama saya Rinto, Herkules itu panggilan bapak untuk saya, karena badanku besar.”
“Maafkan saya.” Jawabku berusaha tersenyum.
****
Sampai di apartemen aku menaruh paper bag di meja makan. Rasa lapar hilang mendengar ocehan Sari. Apakah yang dikatakannya benar? Apakah aku dijual Oom Bimo? Batinku.Teringat pecakapan Oom Bimo dan Oom Bulus di ruang kerja Oom Bimo“ Who are you going to sell?” lalu “ How about our agreement?” Bunyi ponsel Oom Bimo berbunyi, Oom Bimo melihat sekilas lalu tersenyum“ Wow ! Thanks a lot.”
Apakah percakapan mereka karena Oom Bulus berhasil mendapatkan keperawananku? Batinku.
Aku menangis tersedu-sedu, berteriak “Sialan ! Brengsek !” sambil menepuk-nepuk dadaku.
Karena lelah menangis , mengumpat terus menerus karena malu dan menyesali langkahku yang mendekati Oom Bulus sehingga masuk dalam perangkapnya, ingin menikmati kebebasanku, melupakan nasihat mama yang lenyap begitu saja karena ingin meraup cinta terlarang yang meninggalkan bara yang tidak pernah mau redup. Ada kegelisahan di bawah sana, ingin mengobarkan bara cinta terlarang.
Akhirnya aku tertidur di sofa. Sebuah kecupan di bibirku membangunkanku.
“Kata Herkules kamu menangis, kamu sakit sweetieku?” terdengar bisikan Oom Bulus.
“Oom , benarkah Oom beli keperawananku? “tanyaku.
Terlihat ekspresi kaget di wajah Oom Bulus,”Siapa yang katakan? Hoaks Itu !”
Aku diam, menatap Oom Bulus “Katakan Oom benar atau tidak. Tidak perlu menginvestigasi siapa yang katakan !” kataku.
“Tidak benar !”
“Aku percaya yang Oom katakan , Sari katakan aku baby sugarnya Oom. Apakah selama ini aku poroti Oom? "tanyaku.
Oom Bulus menatapku, “Iya, kamu poroti semua tenagaku. Aku bahagia bisa mencapai nikmat yang sweetie berikan dan oom bisa mengeluarkan fantasi liar oom yang lama dipendam. Kamu surgaku, kamu sumber bahagiaku. You are my sugar baby.”
Aku kaget mendengar perkataan Oom Bulus. Rupanya obsesi Oom Bulus sama dengan obsesiku. Aku menatapnya, “ Iam your sugar baby?"
“Sweetie, maukah kamu jadi my sugar baby? Aku akan memberikan kamu kemewahan dan kenikmatan."
“Aku tidak membutuhkan kemewahan, sekarang ini obsesiku hanya daddy."
“Aku juga takut kehilanganmu my baby, my lovely baby. I love you so much.” Bisik Oom Bulus lalu memelukku kuat-kuat.
“ I love you too daddy.” Bisikku.
Daddy menggendongku ke kamar, kami melakukannya lagi, lebih seru dan lebih gila. Kami sama-sama terbosesi untuk saling memuaskan, segala pose kami lakukan, membuatku terus mendesah, mengerang dan menjerit-jerit. Siang hari sampai sore kami melakukannya, di kamar tidur, di ruang tamu bahkan di ruang makan dan berakhir di kamar mandi.
Setelahnya kami tidur sambil berpelukan tak ingin melepaskan. Aku tidak memperdulikan apa yang dikatakan Sari, yang penting aku bisa terus bersama daddy yang selalu memberiku kebebasan dalam bertindak sesuka hatiku.
Di apartemen aku menjadi liar, di kampus aku menjadi mahasiswi terhormat, meskipun ada tudingan miring tentangku aku cuek bebek saja. Aku tetap bisa tetap mendapat IPK tinggi. Semester lima telah kulewati dengan IPK 3,99 membuat daddy senang dan berjanji mengajakku ke luar negeri.
Aku bangun pagi melakukan aktivitas membuat sarapan buat daddy dan aku. Sejak aku menyerahkan keperawananku, aku dan daddy hidup bersama. Kami kadang-kadang ke apartemen owner jika ingin mandi di Jacuzzi , nonton karena televisi milik owner besar dan suaranya super dasyat. Desahan dan erangan suara bercinta terdengar jelas.“Morning daddy,” sapaku melihat daddy keluar kamar tidur, memelukku dari belakang.“Apa menu sarapan kita?”“Roti bakar, dan juice apel.”“Tidak ada susu?” tanyanya.“Oh, lupa kemarin beli susu di supermarket.” Kataku.“Susu yang ini, “ bisiknya sambil menurunkan tali spageti dasterkuyang langsung melorot ke bawah.“Ih, daddy. “ kataku menggeliat geli ketika tangannya meremas payudaraku, kemudian membalikkan tubuhku, daddy mengulum putingku dengan nikmatnya.“Omeletnya nanti hangus lho,” kataku menarik tubuhku lalu mematikan kompor.“Aku rasanya malas ke kantor.”“Mau dipecat owner?” tanyaku.“Kita lakukan morning s*ks dulu, just ten minutes.”Tanpa menunggu perset
"Kamu penghuni baru di apartemen ini, di bawah sana di salon tempat segala gosip dan hoaks tentang penghuni apartemen. Nanti mereka ingin mengetahui siapa dirimu, kamar berapa, apa pekerjaanmu. Mereka mencari info kemudian setelah mendapat info yang setitik tai kuku, mereka goreng menjadi makanan yang siap disaji menjadi gosip hot." " Apalagi si kemayu, mulutnya sangat berbisa , mengeluarkan racun yang bisa mematikan karakter seseorang." " Baby?" " Iya, daddy . Baby akan ingat perkataan daddy. Maafin baby sudah membuat daddy marah." " Tidak apa-apa, sini peluk daddy." Aku langsung mendaratkan tubuhku dalam pelukan daddy, menatapnya , ingin mendapatkan pujiannya. “Apakah model rambut ini aku terlihat cantik?” tanyaku manja. “Hum, model apapun kamu tetap terlihat cantik di mata daddy.” “Daddy katanya pulang malam,” “Daddy cepat pulang mendengar baby ada di salon gossip, takut mereka macam-macam sama baby.” “Jadi daddy tidak balik ke kantor?” tanyaku. “Daddy harus balik, hmm
Aku mengedarkan mataku ke sekeliling baruga tempat kami diwisuda hari ini. Aku melihat mama duduk di balkon. Kedua adikku tidak diperkenan masuk ruang sidang, mereka menunggu di luar melihat dari tayangan televisi. Sebentar lagi acara wisuda akan dimulai diawali dengan parade para wisudawan kemudian para petinggi kampus. Tidak lama master ceremony umumkan para wisudawan akan memasuki ruang sidang , memasuki arena sidang, aku mencari wajah daddy di antara para undangan, daddy berjanji akan datang karena pesawatnya dari Jayapura akan mendarat jam sembilan pagi di Soeta. Aku kembali mengedarkan pandanganku mencari owner PT. MERCU BANGUN PERSADA yang telah memberikanku beasiswa, ika ada kesempatan aku akan mengucapkan terima kasih, batinku. Terdengar tepuk tangan para hadirin yang kebanyakan orang tua mahasiswa yang diwisuda.Aku hari ini memakai kebaya dan sarung jawa yang spesial mama jahit buat hari wisudaku. “Nduk kamu terlihat cantik pakai kebaya, mama bayangkan jika kamu menik
Awal mulanya aku terikat kontrak sebagai teman kencan oom Bulus . Aku dan oom Bulus melanggar batasan kesopanan , bagiku oom yang lajang dan aku yang jomblo sah-sah saja melakukannya karena kami berdua sangat menginginkannya. Aku mencoba untuk melepaskan tapi setiap aku berusaha melepaskan, aku jatuh lagi dalam kesalahan yang sama yang mengenakkan seluruh tubuhku, menyatukan tubuhku ke tubuhnya yang kekar , liat dan kuat. Sejak itu aku tidak bisa melepaskan tubuhku dari tubuh oom Bulus yang kemudian kupanggil daddy. Tanpa daddy di sampingku, aku selalu kesepian. Seharian sejak semalam kami terus bergelut, seolah sulit dipisahkan , aku tidak tahu apa penyebabnya., mungkin cinta? Mungkin nafsu atau mungkin sisi liar dalam diri kami yang ingin dipuaskan.Aku tidak menyesal dengan keputusan yang aku buat, menjadi baby sugar daddy dan daddy menjadi daddy sugarku . Aku membayangkan wajahnya yang tampan, tubuhnya yang kekar dan perutnya yang sixpack karena daddy rajin melakukan squat.Aku
Setelah tahu bahwa aku hamil,pikiranku cukup kacau antara mempertahankan atau menggugurkan. Aku belum siap jadi ibu, aku masih punya cita-cita ingin kuliah S2 kalau diperkenankan sampai S3. Ambisi mengejar gelar agar bisa menjadi kebanggaan mama yang selalu dianggap enteng oleh keluarga papa. Mama dan papa menikah tidak disetujui keluarga, karena mama adalah wanita biasa, yang dulu kerja di perusahaan keluarga ayah sebagai cleaning servis. Sambil kuliah mama bekerja sebagai cleaning services upada shift malam.Mama dan papa menikah karena suatu kesalahan yang dibuat mereka, karenanya waktu aku berangkat kuliah ke ibu kota mama wanti-wanti berpesan,”Jaga dirimu nduk, jangan salah langkah.Kamu akan menyesal seumur hidup.”Sekarang aku melakukan hal yang sama, malah tinggal bersama dengan lelaki seusia papa,hamil dan menurut daddy akan bertanggungjawab dan menikahiku.Timbul pertaruangan antara pikiran dan hati nuraniku. Kalau aku ingin mencapai cita-citaku, aku harus ambil pilihan, abors
Sejak dikatakan aku positif hamil dan usia kandunganku sudah berusia dua bulan, aku semakin resah. Daddy mengetahui keresahanku ,menjadi semakin posesif dan protektif. Aku tidak bisa keluar sesuka hatiku, harus ada persetujuan daddy. Aktivitas keluar hanya kontrol ke dokter, ke kampus menyelesaikan beberapa administrasi kelulusanku dan bertemu ibu Angela serta ke mall. Itupun harus dikawal oleh oom Herkules. Ada rasa nyaman dikawal oleh oom Herkules tapi ada juga risih karena orang-orang menatapku jika dikawal Herkules.Pernah aku dengar bisikan seorang ibu ketika belanja di mall, “Kasihan anak itu masih kecil sudah jadi P, cantik memang sayang masa depannya,”“Perempuan kalau matre, tidak peduli apakah yang dijalani halal atau haram.”Kepalaku langsung pening, berdenyut kencang ingin kutonjok mulutnya tapi aku tahu resiko yang akan aku hadapi. Akhirnya keinginan membeli baju hamil gagal, karena aku langsung keluar dari gerai baju diikuti oom Herkules yang bertanya-tanya dalam hati.“N
Daddy memelukku erat-erat, menatapku lekat-lekat, tersenyum tipis menatapku dengan tatapan cinta,” I love you baby,” bisiknya.“ I love you too,” bisikku merapatkan tubuhku ke tubuhnya."Aku masih ingin.""Ish. istirahat dulu." Kataku manja mengusap keringat yang bertebaran di tubuhnya.Tubuh daddy terasa begitu hangat di udara dingin kamar ber AC 18 derajat keringat terus bercucuran. Daddy berguling menahan berat tubuhnya dengan telapak tangannya, merendah, dan mencium wajahku, lalu masing-masing payudaraku, mencium pucuknya , putingku yang terlihat melebar dengan bibirnya. Turun ke bawah mencium perutku yang membuncit , meletakkan kepalanya, didengarnya detak jantung bayiku, terus ke paha, ke tungkai, ke kakiku , pergelangan kakiku di cium dan berakhir di telapak kakiku. Daddy tidak menciumnya, memijat sebentar, kemudian mencium gemas, naik ke atas lagi membuatku terkikik-kikik manja. Kesukaan daddy jika aku terkikik-kikik manja, menggeliat manja dan berbisik, “Aku suka permaina
Dalam tidur, aku merasakan tanganku dibelai sampai ke lenganku, kemudian tanganku di pegang erat-erat disatukan dengan tangannya. Aku tahu siapa pelakunya, daddy. Aku berusaha membuka mataku, entah mengapa mataku sulit terbuka, bagaikan ada uang logam seribu rupiah menempel di mataku. Akhirnya aku berbisik,”Daddy..” “Ya my baby,” terdengar bisik halus hampir tak terdengar. Aku memaksa membuka mataku, tetap tidak bisa. Apa yang mereka buat kepadaku sehingga kau tidak bisa membuka mataku? Batinku gelisah. “Baby, I love you,” bisik daddy. “I love daddy too,” Lalu aku menangis, “Daddy bayi kita meninggal?” Tidak ada jawaban, malah tangan yang memegang tanganku semakin erat memegangku. “Maafkan daddy.”suara daddy terdengar serak menahan emosi. Terdengar isak tangis daddy.Sekuat tenaga aku membuka mata, lalu duduk, tapi ada sesuatu menghalangiku. Rupanya alat infus dan alat bantu pernapasan. “Baby jangan bergerak sayang,” “Daddy menangis? Kata dokter Budi bayi kita sehat, kok di