Share

BAB 6. SUGAR BABY

“Wow ! Aku salut denganmu Jeje, bisa menaklukkan Oom Bulus .” Cicit Sari ketika kami bertemu di parkiran mobil. Aku baru turun dari mobil Alphard mewah milik Oom Bulus  dan Sari turun dari mpbil sport Surya.

Aku tidak beraksi, hanya berjalan terus.

“Hai, kamu sombong benar. Meskipun penampilanmu sekarang berubah, tas kuliahmu dan baju yang kau kenakan belum pantas untuk menjadi sugar baby Oom Bulus.”

“Jaga mulutmu Sari.”

“Hmm, sudah sedalam itukah hubunganmu dengan Oom Bulus. Aku pernah mengingatkanmu, Oom Bulus itu genit.”

“Hubunganku hanya hubungan pertemanan.” Jawabku asal-asalan.

“Pertemanan? Kamu berteman dengan orangtua? Teman kencan? Teman tapi mesra luar dalam?"

Aku menunduk, bibirku berkedut-kedut menahan amarah yang ingin aku lontarkan, tapi hati kecilku mengatakan apa yang dikatakan Sari benar adanya, aku teman kencan Oom Bulus, bukankah aku sudah menandatangani kontrak teman kencan? Batinku.

“Kamu sudah puasin Oom Bulus dengan mengulum?” bisiknya.

“Hai, siapa mengulum siapa?” terdengar suara Surya yang langsung meraih pundak Sari dan pundakku dan berjalan di tengah-tengah kami berdua.

“Jeje.. sudah..”

“Sari !” bentakku.

“Ih, galak benar ini perempuan, berani-beraninya membentak yayangku.” Kata Surya lalu mendorongku kuat-kuat.

Karena tidak menyangka akan didorong Surya,  aku lalu terjatuh. Sebuah tangan mengulur dan meraih pundakku.

“Oom Bulus.” Bisikku.

“Aku antar kamu ke ruang kuliahmu, kebetulan aku mau ketemu Bimo.”

Dengan menggandeng tanganku, kami berjalan di sekitar koridor ditatapi pandangan aneh para mahasiswa.

“Jeje diantar papanya.” Seru Lina, mahasiswi seangkatanku.

“Papa, minta uang jajan.” Seorang mahasiswai berbisik keras dan didengar teman-temanku, lalu mereka tertawa tergelak-gelak. 

Aku terus berjalan menunduk, tidak berani menangkat kepalaku, “ Berjalan tegak, naikkan kepalmu. Kamu bukan penjahat!” tegur OOm Bulus, menatapku yang terus menunduk.

Aku menangkat kepalaku, bertatapan dengan mata tajam Oom Bulus, ada perasaan tidak nyaman Oom Bulus berjalan di sampingku dengan tatapan mata para mahasiswa yang berjalan , berdiri dan duduk di koridor.

“Di mana kantor si Bimo?” tanya Oom Bulus.

“Itu di sebelah kanan Oom.” jawabku.

Kami sampai di pintu yang tertulis Nama BIMO DON SUMITOMO, S.E, M.Ak.

Aku mengetuk, silahkan masuk terdengar suara Oom Bimo.

“Saya tunggu di luar.” Kataku.

“No ! Kamu ikut masuk !”

“Hai Lus, angin apa yang membawamu kemari. Baru pertama kamu masuk ke ruanganku.” Kata Oom Bimo.

Oom Bulus menyalami Oom Bimo, tanpa dipersilahkan langsung duduk.

“Jeje, duduk di sampingku.” Perintah Oom Bulus.

Oom Bimo menatap Oom Bulus dengan tatapan mata berbinar, "You did it?”

“Hum,”

“How about our agreement?”

“I will sent the rest.” Jawab Oom Bulus.

“Are there any bonuses?”

“No ! The bonuses for her,” jawab Oom Bulus mengambil ponselnya lalu menulis sesuatu.

Terdengar suara “ ting” , Oom Bimo mengambil ponselnya.

“Wow ! Thanks a lot.”

“Kapan kamu mengambil PhD mu?”

“Aku fokus dulu si Eka bisa kuliah di Aussie, setelahnya aku akan mengambil PhD, You want to help me?”

“Who are you going to sell?”

Oom Bimo tertawa tergelak-gelak menanggapi perkataan Oom Bulus.

“Sorry, waktunya aku harus masuk mengajar.” Kata Oom Bimo lalu menatapku.

“Jeje,kamu terlihat berubah, apakah penampilanmu yang lebih modis?”

“Jangan tanggapi perkataannya. Yuk kita keluar !” kata Oom Bulus merengkuh pinggangku.

Keluar dari ruangan kerja Oom Bimo, Oom Bulus melepaskan tangannya dari pinggangku.

“Masukkah ! Oom nanti akan minta supir kantor menjemputmu, namanya Herkules.”

“ Baik Oom, sampai jumpa di apartemen. Jangan pulang malam-malam,” bisikku lalu mencium pipinya.

****

Selesai kuliah, Sari menarikku , menyeretku karena aku menolak keinginannya.

“Hai, kamu itu sugar babynya Oom Bulus?” tanyanya.

“Kalau iya, kenapa?” jawabku.

“Minta tas branded, sekarang lagi ngetop, Hermes Croco mini. Pasti Oom Bulus belikan, nanti kau transfer ke aku.”

“Enak saja ! Kalau kamu mau, minta sendiri sama Oom Bulus !” jawabku.

“Kamu tidak marah jika aku ngrayu Oom Bulus minta dibelikan tas Hermes?”

“Kenapa aku harus marah?” jawabku. Lain yang keluar dari mulutku dengan yang ada di batinku, berani ngrayu, aku lapor ke Surya.

Seolah tahu apa yang aku pikirkan Sari langsung berubah drastis, “Jangan beri tahu Surya kalau aku minta tas sama Oom Bulus.”

“Kayak aku tidak ada kerjaan, mau temuin Surya, melapor semua kelakuan burukmu?” jawabku.

“Hai ! Kamu sok suci. Berapa kali Oom Bulus menancapkan persenelingnya ? Teman-teman pada bertanya waktu kau ke kampus, kenapa jalanmu berubah, kayak menahan sakit di..”

“Bukan urusanmu !” jawabku.

“Terbuka kedokmu ! Kamu pura-pura polos tapi diam-diam menghayutkan. Kamu tahu kenapa kamu bisa dekat dengan Oom Bulus. Itu karena peran Oom Bimo.”

Aku menatap Sari, “ Oom Bimo memperkenalkanku dengan Oom Bulus dan setelah tahu aku tulang punggung keluarga,  Oom Bulus menawarkan meringankan bebanku."

“Bantu dengan melayani keinginan seksualnya?”

“Hai. Sepicik itukah kau menilaiku ? Bukankah kita sebenarnya bersahabat?”tanyaku.

“Bersahabat?” Tanya Sari dengan sikap melecehkan.

“ Kamu menyabet keinginananku untuk dekat dengan Oom Bulus. Menurut Oom Bimo sebenarnya dia ingin aku menjadi sugar baby Oom Bulus tapi kamu meminta-minta sambil menangis agar kamu menjadi  sugar baby  Oom Bulus karena harus membiayai keluargamu ! Untung aku sekarang dapat Surya, dia pewaris utama, anak satu-satunya pemilik Miracle Jewelry dan pabrik baja terkenal.”

Aku shock mendengar perkataan Sari. Belum hilang shockku, Sari mencicit lagi,” Berapa harga keperawananmu? Satu milyar !” kata Sari lalu berlalu dengan tersenyum sinis meninggalkanku yang gemetar. Kedua kakiku yang menopang tubuhku gemetar, aku merasa ada aliran darah lari ke mukaku. Air mataku jatuh ke pipiku.

“Mbak, saya supir pribadi bapak Sriyanto..”

Aku menoleh, seorang pria bertubuh tegap dengan tato di lengannya, menatapku dengan tatapan bertanya-tanya, “Ada apa mbak? Mbak Jessika sakit? Perlu saya telepon bapak?” tanyanya beruntun.

“Maaf pak, antar saya pulang.”

“Baik !”

Kami menuju tempat parkir. Dari jauh aku melihat Sari masuk ke dalam mobil sport Surya.Melihatnya, kedua tanganku terkepal erat menahan letupan rasa sakit dan marah yang bergejolak di dadaku.

“Mbak , bapak tadi pesan beli makan siang buat mbak  Itu di paper bag. Lalu ada buah kiwi buat mbak,” kata Herkules.

“Terima kasih pak Herkules.” Kataku.

“Maaf mbak nama saya Rinto, Herkules itu panggilan bapak untuk saya, karena badanku besar.”

“Maafkan saya.” Jawabku berusaha tersenyum.

****

 Sampai di apartemen aku menaruh paper bag di meja makan. Rasa lapar hilang mendengar ocehan Sari. Apakah yang dikatakannya benar? Apakah aku dijual Oom Bimo? Batinku.

Teringat pecakapan Oom Bimo dan Oom Bulus di ruang kerja Oom Bimo“ Who are you going to sell?” lalu “ How about our agreement?” Bunyi ponsel Oom Bimo berbunyi, Oom Bimo melihat sekilas lalu tersenyum“ Wow ! Thanks a lot.”

Apakah percakapan mereka karena Oom Bulus berhasil mendapatkan keperawananku? Batinku.

Aku menangis tersedu-sedu, berteriak “Sialan ! Brengsek !” sambil menepuk-nepuk dadaku.

Karena lelah menangis  , mengumpat terus menerus karena malu dan  menyesali  langkahku yang mendekati Oom Bulus sehingga masuk dalam perangkapnya, ingin menikmati kebebasanku, melupakan nasihat mama yang lenyap begitu saja karena ingin meraup  cinta terlarang yang meninggalkan bara yang tidak pernah mau redup. Ada kegelisahan di bawah sana, ingin mengobarkan bara cinta terlarang.

Akhirnya aku tertidur di sofa. Sebuah kecupan di bibirku membangunkanku.

“Kata Herkules kamu menangis, kamu sakit sweetieku?” terdengar bisikan Oom Bulus.

“Oom , benarkah Oom beli keperawananku? “tanyaku.

Terlihat ekspresi kaget di wajah Oom Bulus,”Siapa yang katakan? Hoaks Itu !”

Aku diam, menatap Oom Bulus “Katakan Oom benar atau tidak. Tidak perlu menginvestigasi siapa yang katakan !” kataku.

“Tidak benar !”

“Aku percaya yang Oom katakan , Sari katakan aku baby sugarnya Oom. Apakah selama ini aku poroti Oom? "tanyaku.

Oom Bulus menatapku, “Iya, kamu poroti semua tenagaku. Aku bahagia bisa mencapai nikmat yang sweetie berikan dan oom bisa mengeluarkan fantasi liar oom yang lama dipendam. Kamu surgaku, kamu sumber bahagiaku. You are my sugar baby.”

Aku kaget mendengar perkataan Oom Bulus. Rupanya obsesi Oom Bulus sama dengan obsesiku. Aku menatapnya, “ Iam your  sugar baby?"

“Sweetie, maukah kamu jadi my sugar baby? Aku akan memberikan kamu kemewahan dan kenikmatan."

“Aku tidak membutuhkan kemewahan, sekarang ini obsesiku hanya daddy."

“Aku juga takut kehilanganmu my baby, my lovely baby. I love you so much.” Bisik Oom Bulus lalu memelukku kuat-kuat.

“ I love you too daddy.” Bisikku.

Daddy menggendongku ke kamar, kami melakukannya lagi, lebih seru dan lebih gila. Kami sama-sama terbosesi untuk saling memuaskan, segala pose kami lakukan, membuatku terus mendesah, mengerang dan menjerit-jerit. Siang hari sampai sore kami melakukannya, di kamar tidur, di ruang tamu bahkan di ruang makan dan berakhir di kamar mandi.

Setelahnya kami tidur sambil berpelukan tak ingin melepaskan. Aku tidak memperdulikan apa yang dikatakan Sari, yang penting aku bisa terus bersama daddy yang selalu memberiku kebebasan dalam bertindak sesuka hatiku.

Di apartemen aku menjadi liar, di kampus aku menjadi mahasiswi terhormat, meskipun ada tudingan miring tentangku aku cuek bebek saja. Aku tetap bisa tetap mendapat IPK tinggi. Semester lima telah kulewati dengan IPK 3,99 membuat daddy senang dan berjanji  mengajakku ke luar negeri.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status