Share

BAB 5. OBSESIKU, MY SUGAR DADDY.

Pengalaman pertama dengan Oom Bulus di apartemen milik owner membuatku menyesal. Bukan karena telah membiarkan Oom Bulus mengekspresikan seksualnya kepadaku tapi mengapa aku menolak keinginan Oom Bulus  yang sangat menginginkanku. Bagaimana rasanya jika milik Oom masuk ke dalam, apakah ada rasa sakit? Tapi mendengar erangan Sari waktu Surya memasuki dirinya, ada erangan nikmat dan perintah untuk melakukannya lebih dasyat.

Aku sekarang tidak tinggal di tempat kost yang pengap. Oom Bulus membayar sepenuhnya sampai tiga bulan ke depan, disambut senyum kebahagiaan suami isteri Wiro . Ibu Wio menatapku dengan tatapan genit, menarikku,” Mbak, ganteng banget gacoannya, kalau mbak mau agar masnya terus berdiri, ibu ada ramuannya,” bisiknya.

Aku hanya tersenyum, lalu mengambil tas ransel dari tangan Oom Bulus yang sudah penuh dengan memegang beberapa dos berisi buku. Kasur, meja belajar dan bangku kecil kutinggalkan di tempat kost, tidak mungkin barang lusuh  aku bawa ke apartemen, malah beberapa pakaian. Bahkan pakaian dalam diambil oleh ibu kost,” Buat Dela, tubuhnya seukuran mbak.” Katanya.

Sampai di apartemen, aku menata kamar sesuai dengan seleraku. Setelah menjemputku dari tempat kost dan membawa diriku ke apartemen,  Oom Bulus kembali ke kantor. Aku ke mall mencari kebutuhan mengisi apartemen. Aku bolos kuliah hari itu, tidak ada keinginan bertemu Sari dan Surya. Membeli beberapa pot bunga , meletakkan di dekat jendela, pagi hari sinar mentari masuk melalui jendela kaca. Membeli bunga hidup untuk ditaruh di kamar mandi dan ruang tamu. Membeli mie instan, oom Bulus tidak menyukai mie instan, aku yang sudah terobsesi dengan mie instan tidak bisa melepaskannya.

Seharian aku menata apartemen lalu memandang puas setelah melihat hasilnya. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, karena gerah aku langsung mandi. Kusebarkan aroma pewangi dalam bathtub dan sabun  busa bathtub. Aku membeli paket shower dari merk terkenal, sebagai pacar Oom Bulus aku harus tetap wangi.

Aku masuk ke bathtub, memanjakan diriku. Aku tidak pernah memanjakan diriku. Suatu kemewahan jika aku memanjakan diriku. Menurutku aku mendapat berkat yang luar biasa melalui Oom Bulus, kartu kredit dengan jumlah yang besar, aku bisa membeli apa saja. Aku bertekad tidak  membeli gaun, tas, sepatu , karena aku tahu Oom Bulus akan membelinya untukku. 

Aku harus  membuat diriku  terlihat cantik di mata Oom Bulus , selalu harum jika oom Bulus memelukku. Aku ingin Oom Bulus selalu terpesona jika melihatku.  Obsesiku, ingin menunjukkan kepada Oom Bulus bahwa aku bukan wanita matre. Obsesiku  ingin Oom Bulus menjadi my sugar daddy, bukan untuk memeroti kekayaannya tapi mentransfer  hasrat dan gairahnya yang mengenakkan kepadaku.

Sedang asyik bermain busa sabun, aku mendengar pintu kamar  mandi diketuk.

“Sweetie.”

“Aku di dalam sayang. Kok cepat banget pulangnya?”

“Aku rindu.”

“Cepat buka bajunya, kita mandi bersama.” Ajakku, ketika Oom Bulus memasukkan sebagian wajahnya melalui pintu geser.

“Bolehkah?”

Aku menyemprot air shower ke arah Oom yang langsung tertawa, membuka bajunya.

“Semuanya dibuka,” perintahku.

“Siyap.”

“Kebetulan Oom cepat pulang, gosok punggungku. “ perintahku.

“Siyap tuan putri.” Terdengar suara Oom  berusaha menatap tubuhku yang berlindung di balik busa sabun.

Aku menyerahkan scrub , Oom langsung menggosok punggungku. Aku mendesah, bukan karena nikmat tapi sengaja mengeluarkan desahan.

“Mengapa mendesah?” tanya Oom.

“Enak benar cara Oom menggosok punggungku, bisakah  lebih keras?” tanyaku.

“Jangan keras-keras, bisa merah kulitmu.”

“Hmm…”

Aku membalikkan tubuhku. Seluruh tubuhku  yang sudah ditutupi busa, Oom Bulus meraba mencari  benda yang diingininya. Aku tertawa geli. Mengambil tangan Oom dan mengarahkan ke payudaraku.

Aku memejamkan mata, mendesah, “Yang keras Oom.”

Oom mengikuti perintahku, kemudian tangannya menarik shower airpun jatuh ke tubuhku menghilangkan busa yang menempel.

“Kamu semakin genit.” Bisik Oom.

“Ayo kita genit-genitan Oom.” Undangku ,ditatap dengan senyum genit  oleh Oom Bulus.

Aku mengambil scrub  menggosok tubuh Oom. Dengan duduk berhadapan kami saling menggosok tubuh yang ada di depan kami berulang-ulang. Aku mengangkat lenganku, nampak rimbunan rambut di ketiakku. Oom membelai, besok di cukur.

“Hmm.. Oom yang cukur.” Sahutku.

“Kok hanya bagian depan, punggungku juga.” Bisik Oom lalu membalikkan tubuhnya.

Aku menggosok punggungnya yang tegap, kokoh, kekar , kuat dan berbulu.

“Oom, tubuh Oom di mana-mana berbulu, di dada, di punggung, di paha, di betis. Katanya orang yang banyak bulunya itu punya nafsu s*ks tinggi.” Kataku.

Aku tersadar atas ucapanku, menggigit bibirku yang terceplos keluar tanpa sensor.

“Itu hanya mitos. Tapi kalau sweetiku mau bukti ,yuk kita lakukan?”

“Kan aku hanya mencetuskan saja, bukan minta bukti.” Sanggahku.

“Kalau mau bukti , Oom akan buktikan.”

“ Ih ! Genit !”

“Eh ! Siapa yang minta ,Ayo kita genit-genitan Oom ?”

Aku mencubit pinggang Oom yang langsung menggelinjang, membalikkan tubuhnya, kami kembali berhadapan. Oom dengan jarinya mengelus bibirku yang langsung terbuka, mengulum bibirku, menyedot lidahku. Aku mendorong tubuh Oom.

“Oom sejak  Oom mengenalkanku kenikmatan semu, aku terobsesi ingin merasakan sesuatu yang lebih dari sekedar semu. Aku ingin sesuatu  yang nyata , yang nikmat.  Aku ingin sesuatu yang lebih dari ini.” Bisikku.

“Hum..Aku tahu dari gestur tubuhmu. Pikiranmu tercetus dalam perilakumu, akhir-akhir ini kamu banyak ngelamun. Obsesi seksualmu ingin kamu wujudkan. Tidak baik jika kau terus dalam fantasi  seksual, bisa berdampak tidak baik bagi dirimu.”

“Oom mengetahuinya?” tanyaku.

“Itulah , Oom pulang cepat ingin memberitahukan kepadamu, siapkan dirimu. Oom akan mewujudkan fantasi seksualmu sekarang.”

“Oom…?”

“Jangan panggil Oom..”

Aku tidak tahu apa yang dilakukan Oom terhadap tubuhku, aku terus menerus merintih, mendesah, mengerang dan menggelepar dalam kungkungan tubuhnya yang kuat dan perkasa. Sesuatu yang besar dan kuat  berdenyut di pahaku.  Aku  memejamkan mataku ketika  jemarinya masuk  perlahan-lahan, membungkam  denyutan .  Aku membuka mataku menatap pria yang membuatku  melayang yang menatapku dengan tatapan hasrat, gairah dan ada cinta di matanya.

Aku terus menatap mata yang menghipnotis diriku, gelisah, resah di bawah tubuhnya . Aku bagaikan terhipnotis mengikuti irama goyangan jemarinya, mendesah, mengerang dan mendesis.

Tubuh kekar itu mengangkat tubuhku yang masih melengket pada tubuhnya , membawaku ke kamar tidur dan kami melanjutkan dengan intens di kasur empuk yang seprainya baru aku ganti. Gemerisik seprai terdengar di telingaku, dengusan pria yang kucintai menyentuh seluruh kulit tubuhku.Aku merasakan sesuatu yang tegang di antara pahaku, kemudian masuk membungkam seluruh indera di dalamnya, satu yang kurasakan nyeri. Aku meringis, merintih, “Sakit.”

“Aku akan masuk perlahan-lahan. ”

Aku hanya mengangguk , menatapnya dan dia menatapku dengan tatapan sayu. Sesuatu yang keras mencoba masuk membuka kunci pintu kenikmatan surga. Akhirnya setelah bergulat  keluar masuk berulang kali, akhirnya benda keras itu bisa menerosobos  pintu kenikmatan , langsung  melesak ke dalam lubang sempit sampai aku merasakan sesuatu terbenam dalam lorong sempitku.

“Ouuhhh !” jeritku.

Pria yang kucintai, bergerak perlahan, mengayun pinggulnya lalu mengeluarkannya dan kembali memasukkan dengan hentakan kuat serta berirama. Serasa nyawaku terbang ke angkasa, melayang dalam rasa yang sulit aku gambarkan.

“Akhhh.., sayang” aku mengerang, mencengkeram erat lengan kekasihku.

Aku menggigit bibir bawahku, berusaha menahan perih ketika benda keras dan tumpul terus menerobos ke dalam tubuhku .

“Sayang, perihh..” lirihku.

“Sweetie…” erang lelaki itu .

Memagutku kuat-kuat dan tetap intens menggoyangkan pinggulnya membuat aku mengikuti iramanya , merasakan nikmat menjalari seluruh tubuhku. Rasa perih lenyap, berganti dengan sensasi aneh.  Nikmat dari atas , dimana bibirnya membungkamku dengan lumatan lembut yang melenakan,  turun ke leher menuju ke dua payudaraku, di bawah terus berpacu membuatku menjadi liar di atas ranjang.

Kami  terus mendaki , naik ke atas, mencari puncak kenikmatan yang bagiku  baru pertama kalinya aku rasakan.

“Aku akan keluarkan benih cintaku, “ bisiknya parau.

Akupun menggelepar tak berdaya dalam gelombang dasyat kenikmatan primitif  yang merangsek  ke dalam tubuhku. Tubuhku dalam kungkungan kekasihku, membuat di bawah berdenyut menyakitkan seiringan dengan cairan hangat meluncur. Membasahi seprai, beriringan dengan ledakan kenikmatan menjalari seluruh tubuhku, membuatku lupa bahwa yang kulakukan adalah cinta terlarang.

“Sayang… Ohhh !”

“Sweetie.. Ouuggh !” erang kekasihku.

Puncak kenikmatan dapat kami raih bersama-sama. Tubuhku bergetar hebat, menggelepar tak berdaya di bawah tubuh kekasihku dengan napas memburu. Kami saling berpelukan menikmati sisa-sisa percintaan kami yang menurutku super nikmat dan dashyat. Aku tetap memeluk tubuh kekasihku, tidak ingin tubuh ini menjauh dari tubuhku. Kekasihku merengkuh pinggangku ke dalam dekapan membiarkan tubuh polos  kami tetap memamerkan kesenangan yang baru direngkuh.

“Bagaimana? Kamu puas?  “

Aku menatap kekasihku, seolah mengetahui isi hatiku dari sorot mataku, kekasihku mencium lembut keningku.

“Aku puas , kamu masih perawan. Sulit mendapatkan perawan di jaman sekarang.”

“Kamu sangat piawai, tentunya banyak perempuan yang sudah kau taklukan.” Cicitku menatapnya dengan tatapan menuduh.

“ Aku tidak munafik. Memang banyak wanita yang aku sudah taklukkan. Tapi satu yang membuatku takluk hanya kamu. Mereka semua sampah, tidak mampu memberikan keperawanannya kepadaku. Kamu satu-satunya yang memberikan  nikmat yang luar biasa. Untuk memasukimu aku butuh perjuangan, keluar masuk dan akhirnya bisa menerobos masuk dengan iringan rintihanmu . Terima kasih sweetieku.”

“Terima kasih , mengerti obsesiku. Aku tahu bahwa yang kita lakukan sangat indah dan menyenangkan.” kataku.

“Menjijikan?” tanya kekasihku dengan nada menggoda.

“Enak.” Bisikku lirih, disambut dengan memelukku kuat-kuat.

“Kita lakukan lagi?” tanyanya.

“Terserah..” balasku.

“Rasanya euphoria nikmat ingin kurengguk lagi.”kata kekasihku , binar cinta terpancar di matanya.

Kami melakukannya lagi, sekarang kami melakukan dengan gila-gilaan, di luar kendali. Setiap rintihan, desisan, desahan dan erangan membuat kami lepas kendali mencari puncak kenikmatan untuk kedua kalinya. Akhirnya kami terhempas di ranjang dengan kelelahan, keringat membasahi tubuh kami disertai cairan yang membasahi kedua pahaku dan paha kekasihku.

Kami memagut tubuh kami dalam satu penyatuan kuat, sulit melepaskan nikmat yang masih tersisa di seluruh tubuh kami. Bara nikmat semakin lenyap dari tubuh kami, tidak diiringi dengan  bara cinta terlarang  yang meredup. Bara cinta terlarangku semakin berkobar-kobar , ingin terus merengguk nikmat cinta terlarang. 

Aku menatap tubuh yang sedang tertidur lelap di sampingku, kubelai dadanya, kubelai rambutnya yang sudah dipenuhi uban, aku  tidak peduli dengan usianya.  Bagiku Oom Bulus adalah kekasihku , my daddy, my sugar daddy. Materi yang diberikan kepadaku hanyalah untuk memuaskan hatinya, tidak memuaskan hatiku. Uang yang ditransfer setiap bulan ke rekeningku tidak aku pedulikan, yang penting bisa kuberikan ke mama untuk biaya hidup dan uang sekolah adik-adikku.  Obsesiku, adalah transfer  hasrat dan gairah  tubuh Oom Bulus  ke tubuhku, my sugar daddy.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status