Share

BAB 4. PENGALAMAN PERTAMA.

Kami berciuman, saling bertukar air liur, kakiku gemetar serasa tidak kuat menopang tubuhku. Oom Bulus melepaskan ciumannya , menimbulkan suara, menurutku terdengar seksi banget. Kami saling menatap.

“Sayang, ini kencan pertama kita. Kita perlu merayakannya.” Kata oom Bulus, merengkuh ke arah dadanya, lalu mendekapku. kemudian melabuhkan ciuman di keningku.

“Kita mandi di Jacuzzi.”

“Tapi Oom, aku tidak punya baju berenang.”

“Hum, itu yang berwarna-warni, ambil sepasang, bisa jadi bikini.”kata Oom Bulus sambil melepaskan pakaiannya. Tubuh tinggi , berwarna gelap terpampang di depanku. Aku terpana melihat tubuh Oom setengah telanjang hanya memakai boster.

“Cepat ganti bajunya,airnya masih hangat. Jangan melotot melihat tubuhku,” Kata Oom.

Aku mencari bra dan pantie berwarna merah, lalu menuju ke kamar. Cepat-cepat mengganti bajuku dan memakai bra dan pantie. Aku mencoba melihat ke cermin, ada kebanggaan melihat tubuhku memakai bra dan pantie. Terlihat seksi. Malu-malu aku keluar kamar. Oom Bulus menatapku dengan tatapan yang tidak bisa kujelaskan, ada kebanggaan di wajahnya, berubah menjadi hasrat dan gairah.

"Jangan melotot melihat tubuhku yang seksi, " kataku dengan gaya peragawati berjalan di atas catwalk lalu menghampiri oom Bulus yang terus menatapku.

“You are so sexy.” Terdengar gumaman Oom Bulus lalu meraup tanganku mengajak masuk ke dalam Jacuzzi.

Terasa air hangat dan nyaman ketika aku berendam dalam kolam yang bergerak , terasa seluruh tubuh dipijat. Aku memejamkan mata, ingin merasakan kehangatan air dan kenyamanan yang dibuatnya. Seumur hidupku baru kali ini aku menikmati kemewahan yang terhidang nikmat di depanku.

Oom Bulus mengulur tangannya, mengajakku  agak ke dalam. Karena takut aku memegangnyanya kuat-kuat. Tubuh kami saling bergesekan, ada kenikmatan yang aneh menjalari seluruh tubuhku.

“Waktunya kita melepaskan kepenatan kita,” bisik Oom Bulus di telingaku. Suaranya terdengar berat sekali.

Oom Bulus memegang kedua pipiku, belaian lembut jemarinya singgah di bibirku yang tiba-tiba terbuka. Napas hangat Oom Bulus menerpa pipiku bersamaan dengan bibir kami saling mengulum. Aku membeku, getaran-getaran air di tubuhku ditambah ciuman panas kami membuat tubuhku panas dingin. Ada suatu sensasi yang mendebarkan dan menyenangkan menyusuri seluruh tubuhku.

Aku merengkuh pundak Oom Bulus, tak kuasa melawan sensasi nikmat yang kurang ajarnya tidak mau berhenti meskipun aku merapatkan kakiku kuat-kuat.

“Relax baby.” Bisik Oom Bulus.

“Oom..?”

“Kamu perlu belajar berkencan, gunakan gairah primitif yang dipunyai setiap manusia.”

Kami saling berciuman panas, aku merasakan jemari Oom Bulus merayap ke dalam bra kemudian meraup kedua payudaraku, meremas, mengulum membuatku mendesah. Tidak lama jemarinya bermain di bawah, membuatku menjerit.

“Oom.. !”

“Ini babak baru dalam hidupmu. Tadi kau mengatakan s*ks situ menjijikan. Sweety, s*ks situ indah dan menyenangkan, aku akan mengajarimu perlahan-lahan s*ks yang sebenarnya.” Kata Oom lalu keluar dari kolam.

“Oom jangan tinggalkan aku.” Teriakku.

“Tunggu, Oom akan ambil minuman.”

Tidak lama lampu di sekitar Jacuzzi mati. Aku menjerit memangil Oom. Aku melihat bayangannya  membawa nampan, menuju tepi kolam, lalu lampu warna-warni menari-nari di sekitar Jacuzzi. Oom menarik tirai, terlihat dari jauh gemerlapan lampu-lampu gedung tinggi.

“ Ayo minum, “ bisik oom memberikan gelas anggur kepadaku.

“Kita merayakan hari pertama kencan kita , kamu mulai saat ini harus banyak belajar hal-hal yang berhubungan dengan kenikmatan yang bersifat naluri.”

Kami saling membenturkan gelas anggur. Aku hanya menyesap sedikit, kemudian meletakkan di tepi kolam. Aku melihat ada camilan , ada buah cherry, aku mencomot buah cherry, mengulumnya langsung disambar oleh Oom Bulus dengan bibirnya. Kami berebutan buah cherry dari mulut ke mulut.

Aku menjerit , tertawa terbahak-bahak bahkan merengek manja  jika tangan Oom Bulus merayap ke dalam pantiku.  Aku merasakan lepas bebas, aku melupakan sifatku yang konservatif tentang s*ks. Aku ingin merasakan suatu kebebasan, aku ingin  merasakan  seperti yang dilakukan Sari dan Surya. Selama ini aku diajar untuk bersikap santun, bersikap sebagai perempuan terhormat. Setelah mengenal Oom Bulus yang genit, aku  menjadi bebas dalam mengungkapkan perasaanku, bebas mengucapkan kata-kata yang ada di pikiranku dan sekarang aku bebas mempertontonkan tubuhku.

“Kamu  boleh mempertontonkan tubuhmu hanya padaku.” Kata Oom sambil membelai tubuhku, membuka pantiku  kemudian memasukkan kembali jarinya .

“Oom..?” desahku manja.

“Kita melakukannya hanya di luar, aku tidak akan merusak keperawananmu.”

“Kan kita sudah melakukan di luar? Bukan di kamar?” jawabku.

Oom Bulus tertawa terbahak-bahak, menepuk pantatku, refleks aku memagutnya dan sesuatu yang keras bermain di bawah, bergerak-gerak mencari tempatnya, ingin membuka pintu kenikmatan yang tersembunyi di hutan belantaraku. Terasa aneh, menyenangkan, mendebarkan, ingin dimasuki.

Ada keinginan menggapai kenikmatan yang sudah di ujung pintu membuatku gelisah, bergerak kian kemari bagai cacing kepanasan.

“Jangan sekarang.” Bisik Oom, mengangkat tubuhku dari kolam, membaringkan tubuhku di kursi panjang dilampirkan jas kamar mandi di tubuhku. Oom Bulus duduk di ujung kursi panjang, memijat telapak kakiku, naik ke atas dan membelainya.

“Mau melihat pemandangan di luar kaca? Indah bukan ? Ini tempat yang sangat disukai owner, melepaskan penatnya di Jacuzzi sambil melihat pemandangan kota Jakarta di malam hari.”

“Oom berapa usia Oom?” tanyaku.

“Empat puluh lima.”

“Oh, aku kira Oom berumur lima puluhan. Kita berbeda dua puluh lima tahun, seperti ayah dan anak. Tapi aku merasakan kita selama ini seperti pacaran. Hum.. hari ini kita harus berjanji untuk menjaga tidak berpaling ke lain hati.”

“Lama pacarannya sesuai kontrak, siapa tahu Jeje sudah bosan sama Oom yang mulai tua, bisa cari pacar baru yang mungkin bisa menjadi suami.”

"Oom kelak akan jadi suamiku." bisikku.

"Mungkinkah?" tanya Oom Bulus.

“Oom mari kita berjanji akan setia satu sama lain.”

Aku mengambil jari kelingking Oom bulus, menautkannya,” Aku, Jessika  berjanji akan tetap setia dan taat padamu.” Lalu mengambil jari jempolnya menautkan. Ini sudah distempel kuat.

“Sekarang Oom yang buat janji.”

Aku menautkan jari kelingking pada jari kelingking Oom Bulus, “ Aku, Yanto ber..”

“Eh ! namanya Oom kan Bulus?”

“Namaku, Bulu Sriyanto, nggak enak kalau aku pakai nama Bulus. Itu pemberian si brengsek , Bimo.”

“Baiklah !” kataku.

Aku kembali menautkan jari kelingking pada jari kelilngking Oom Bulus,” Aku Sriyanto berjanji akan setia dan taat padamu, Jessika .” lalu menautkan jempolnya ke jempolku.

Bersama-sama kami ucapkan “ Sah !” dilanjutkan dengan ciuman.

*****

Berbalut jas kamar, Oom Bulus menggendongku, kami masuk  kamar tidur yang super mewah. Seluruh dindingnya dari kaca, apa yang kami lakukan tersaji lengkap di dinding. Oom Bulus membaringkan tubuhku, mengeluarkan jas kamar , refleks aku menutup gundukan yang dipenuhi hutan belantara dengan kedua tanganku.

“Sweety, kita perlu  saling mengenal  luar dalam. Aku sudah mengenal dirimu dari luar. Kadang-kadang aku berpikir, pakaianmu yang unfashionable  pasti menutupi sesuatu yang indah di dalamnya. Ternyata yang kubayangkan benar adanya. You look so sexy and adorable.” Bisik Oom Bulus.

Aku menatap Oom Bulus yang setengah berbaring di sampingku, kami saling berhadapan, saling menatap, Oom Bulus memainkan hidungnya yang mancung ke hidungku.

“Aku ingin memakanmu, ingin memasukimu, tapi hati kecilku melarangnya.”

“Oom, tadi Oom bilang kita main di luar saja, maksudnya?” tanyaku .

“Hum, Oom tidak memasukimu, hanya memainkan seperti ini.” Lalu memasukkan jarinya ke milikku, bermain di sekitar, menyentuh yang sangat sensitif membuatku menggelinjang.

“Oom hanya memainkan payudaramu dan di sekitar milikmu, tidak menerobos ke dalam.” Bisik Oom.

Oom lalu membenamkan wajahnya ke payudaraku, melumat, menggigit lembut membuatku mengerang.Menyentuh di tempat yang paling rahasia dalam tubuhku, menyentuhnya lembut dengan kedua jarinya , menyentuh pucuk kecil yang aku rasakan berdenyut-denyut minta terus dimainkan.

“Oom…?” erangku.

“Hum..Oom akan melakukannya dengan lembut, Oom membuatmu adaptasi dulu yang lebih kecil, nanti jika waktunya tiba kamu akan merasakan sensasi dari yang lebih besar dari jariku.” Bisik Oom dengan suara parau.

“Oom…” erangku.

“Jangan panggil Oom, kita kan pacaran.”

“Sayang..” desahku lalu mendesis-desis ketika jemari Oom terus bermain cantik di bawah.

Aku menggeliat, tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang mengganjal di antara dua pahaku. Mataku membelalak melihat ke bawah, sesuatu yang besar bergetar, terlihat membesar dan berdiri tegak.

“Oom…eh.. sayang..”

"Oom akan memperkenalkanmu  nikmat yang tak terjangkau." bisik Oom Bulus.

Kulit tubuh kami saling menyentuh, membuat tubuh kami bagaikan bara yang dihembuskan angin menjadi kobaran api . Tubuh Oom terus menggosok ke tubuhku, bibirnya bermain di bibirku , turun ke leher dan payudaraku membuatku aku blingsatan di bawah kungkungannya.

“Sayang…” erangku.

“Sweety.” Erang Oom Bulus.

Bara cinta terlarang tidak mampu menghentikan akal sehatku. Aku terbuai dengan kenikmatan yang disuguhkan Oom kepadaku. Ada keinginan sesuatu yang lebih, lebih dari sekedar menggesekkan tubuh, melumat payudaraku dan mengulum. Aku merengkuh pinggang Oom Bulus memautkan tubuhku lebih dekat ke dalam.

Oom menatapku dengan tatapan sayang,”Aku menginginkanmu, apa kamu siap?” tanya Oom Bulus.

Mendengarnya aku gugup, kulepaskan tanganku yang merengkuh pinggangnya, mendorong tubuh Oom Bulus yang langsung melenguh. Aku merasakan ada basah di antara pahaku dan di bedcover.

“ OMG. Aku khilaf.” Bisik Oom Bulus.

Aku menatap tajam pada netra Oom Bulus yang sayu dan berkabut penyesalan.

“ Kita akan melakukannya jika aku siap,” bisikku di telinganya, meskipun ada rasa greget karena tidak menyelesaikan secara tuntas. Keinginan gairahku bisa kulawan dengan akal sehatku, kontrak teman kencan bukan kontrak pernikahan, batinku.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status