Share

10

Author: Fitri Soh
last update Last Updated: 2023-10-03 13:18:03

Aku tak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Kudekatkan gunting ke sasaran dengan dada berdebar. Sebenarnya aku tak tega. Kuhela napas dalam. Kenapa aku harus terus menggunakan perasaan sementara Mas Yoga sudah begitu jahat? Janji manis yang dulu ia ucap hanya akan bersamaku sampai tua, kini hanya tinggal janji.

Dengan cepat, kusuntikkan obat bius. Ini, yang selalu membuatku terlena selain perhatiannya yang tiada batas. Menanyai aku sudah makan belum, dan perhatian kecil lainnya yang membuatku jadi semakin tergila-gila akut pada suamiku ini. Maafkan aku Mas Yoga, aku tak siap berbagi kasih sayang, jadi terpaksa melakukan ini. Maaf.

"Mbak, buka pintunya, Mbaak!" Suara Anita terdengar semakin keras saja dan pintu kamar digedor-gedor tak sabar.

"Mbak, buka pintunya, Mbak. Aku ada perlu sebentar dengan Mas Yoga."

Tak kuhiraukan teriakan tak sabar itu. Segera dengan cepat aku menjalankan aksi.

Begitu beres, kumasukkan potongannya ke dalam plastik kecil. Kutaruh di meja lantas menulis
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Afdiani YeniAfdiabi
lanjut ...bikin deg2an
goodnovel comment avatar
Mudrika Alya
mengatasi masalah langsung ke akarnya...
goodnovel comment avatar
Jhesica Rihung
lanjut dong ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • BALAS DENDAM CANTIK    11

    HP-ku kembali berdering nyaring. Masih dari penelepon yang sama. Tetanggaku. Aku menoleh ke kanan dan kiri sambil terus mengemudi dengan jantung mengentak kuat dan tubuh yang terasa kian mendingin dan sedikit gemetar. Segera kumatikan panggilan lantas menghubungi nomer Neni. Tampak di layar HP, Neni memandang dengan senyum antusias."Kamu jadi ke sini, kan?" tanyanya pelan. "Iya, jadi!" sahutku gugup dengan jantung berdetak kencang. Hanya ke tempatnya yang menurutku aman untuk bersembunyi."Kenapa wajahmu cemas begitu?" Ia mengernyit. "Berjalan lancar kan rencana yang kamu katakan tadi, kan? Aset-aset sudah dia tandatangani belum?" Perempuan berhijab di layar HP menatapku semakin penasaran saja. Mata sipitnya sedikit menyipit."Sudah-sudah. Dan ini diluar rencanaku, En. Tetanggaku sepertinya sudah memergoki perbuatanku. Bagaimana ini?" tanyaku cemas. Aku menoleh ke belakang memperhatikan Farhan dan Caca yang sudah kembali tertidur."Tenang saja, Cin. Tak usah panik. Ikuti perkataanku

    Last Updated : 2023-10-04
  • BALAS DENDAM CANTIK    12

    "Nen, angkat telponnya, please," gumamku sambil terus mondar-mandir dengan gelisah. Sesekali aku menatap keluar yang gelap gulita, hanya terlihat pendar lampu dari kejauhan juga lampu mobil yang menyorot ke depan.Si lelaki asing, sambil terus memasukkan ikan kecil warna-warni ke dalam botol bening, menatap ke arahku sekilas sebelum akhirnya kembali fokus pada ikannya. Di sampingnya, Farhan meraih botol, mengamati hewan yang berenang di dalamnya dalam diam. Wajar kalau bocah berperawakan kurus tinggi seperti Mas Yoga itu terlihat begitu tertarik. Ikannya di rumah ada banyak. Bukan hanya ikan, tapi beberapa ekor unggas juga dipeliharanya. Aku kembali menatap ke arah pintu yang terbuka lebar, semoga Caca tidak bangun. Aku harus segera enyah dari sini daripada semakin canggung saja. Dari ekspresinya, tampaknya si lelaki asing tak suka aku berada lebih lama di sini. "Um ... em ... maaf, mau tanya. Tahu alamat ini?" Aku mendekat lalu memperlihatkan layar HP. Ia mencondongkan tubuh ke ara

    Last Updated : 2023-10-05
  • BALAS DENDAM CANTIK    13

    Mau ke mana?" tanyaku takut-takut. Orang ini banyak diam membuatku tak enak hati. Ia tak menyahut, hanya terus melangkah menembus pekatnya malam. Aku mundur ke belakang saat tiba-tiba ia menoleh memperhatikanku sekilas, sedikit membungkuk meraih gagang kayu dengan ujung jaring lingkaran lantas menaburkan sesuatu dari plastik yang ditentengnya ke arah kolam besar.Tampak ikan-ikan besar bergerak-gerak berembut makanan. Lelaki itu memasukkan gagang kayu ke dalam kolam dan mengangkatnya, kemudian menjatuhkannya ke dalam ember yang kupegang. Beberapa ikan besar tampak remang oleh cahaya dari HP menggelepar-gelepar di dalam ember.Ya Tuhasn. Buat apa ia malam-malam mengambil ikan? Mau masak begitu? Di layar HP sudah menunjukkan pukul 2 dini hari."Mas ambil ikan malam-malam buat apa?" tanyaku takut-takut. Pasti, ia menyimpulkan aku sedang kelaparan gara-gara mendengar bunyi perutku tadi."Buat dimasak?" kataku lagi. Ia meletakkan gagang jaring di tanah lalu meraih ember yang kupegang. Seme

    Last Updated : 2023-10-06
  • BALAS DENDAM CANTIK    14

    Apa?" tanya Mas Zain seolah sedang salah dengar.Deg deg degItu bunyi jantungku yang berdetak begitu keras. Aku tegang, gugup, juga takut. Duuh, bagaimana jika ia tak mengijinkanku tinggal di rumahnya? Tidak ada yang kukenal pula di sini jadi bingung mau tinggal di mana. Aku menatapnya begitu memohon. Farhan ikut memandangnya dengan wajah terlihat berharap."Tolong bunda, Yah."Mas Zain menghela napas dalam, tampak berpikir. Lalu kembali menghela napas dalam. "Orang-orang pasti akan berpikir bahwa kamu dan aku memang seperti yang mereka tuduhkan."Aku menatapnya penuh penyesalan kenapa hal itu bisa terjadi. Farhan mendekati Caca yang menggelendot ketakutan berpegang pada lututku kemudian mengajak adeknya menuju bunga dihinggapi kupu-kupu. Aku menatap Mas Zain dengan gugup."Kenapa tidak kembali ke rumahmu saja?" Ia memicingkan matanya.Dari perkataan juga caranya memandang, terlihat bahwa ia tak menyukaiku. "Hanya sementara, aku akan beli rumah di sekitar sini." Aku memandang sekelil

    Last Updated : 2023-10-07
  • BALAS DENDAM CANTIK    15

    Aku melirik Mas Zain yang perlahan merebah. Malam semakin larut. Udara juga kian dingin membuatku bersidekap dan sebentar-sebentar mengusap telapak tangan. Sepertinya, besok harus beli selimut yang tebal agar tak kedinginan begini.Aku kembali meliriknya, ia sudah memejamkan mata tidur bersidekap di sebelahku. Mengamatinya berlama-lama, membuat perasanku waswas jadi tak menentu. Jantungku berdetak kencang seperti hendak lompat saja. Bagaimana kalau dia nanti bangun lalu berbuat macam-macam?Kalau dia normal, pasti dia tergiurlah dengan tubuhku yang indah ini, rajin perawatan luar juga sesekali minum jamu tradisional membuat tubuh dan wajah tampak segar berseri. Ngeri. Aku benar-benar takut ia akan berbuat yang tidak-tidak.Aku memperhatikannya lagi dan tersentak kaget saat bertemu tatap dengannya. Aku tersenyum kecil dengan salah tingkah kemudian berbaring miring membelakanginya, mencoba memejamkan mata. Dadaku bergemuruh dan deg-degkan. Coba bayangkan tidur seranjang dengan lelaki as

    Last Updated : 2023-10-08
  • BALAS DENDAM CANTIK    16

    Neni!" Panggilku sambil berjalan cepat ke arahnya. Ia tersentak kaget, matanya membulat memandangku. "Nen." Lirihku begitu tiba di hadapannya. Masih tak habis pikir bertemu dia di sini."Cin-ta! Kupikir kamu hilang. Ya Allah, Cin, aku gak nyangka bertemu kamu di sini. Tinggal di mana, kamu? Aku sangat cemas, bertanya-tanya pada orang apa ada yang melihatmu sama dua anak kecil di sekitar pasar tapi gak ada yang tau!" Ia mengulurkan kantung plastik sedikit mengembung ke orang yang berdiri di sampingku lalu melambai pada seorang perempuan muda yang langsung mendekat. Neni kemudian mendekatiku dan memelukku dengan gemas. Digesernya kursi kemudian dengan isyarat tangan menyuruhku duduk."Ke mana saja kamu selama ini, Cin? Aku mencarimu ke mana-mana." Diraihnya tanganku, diperhatikannya wajahku dalam-dalam lalu menoleh ke kanan-kiri. "Kamu gak papa, kan? Mana anak-anakmu? Apa yang terjadi sama kamu? Dua harian ini kamu tinggal di mana?" tanyanya bertubi-tubi sampai aku bingung caranya men

    Last Updated : 2023-10-10
  • BALAS DENDAM CANTIK    17

    Ada apa sebenarnya? Sikap orang-orang saat menatap Mas Zain membuatku terus bertanya-tanya. Aku mengalihkan pandang saat secara tak sengaja bersitatap dengan Mas Zain dari spions. Sepanjang jalan hanya keheningan dan aku yang ketakutan berpegang erat pada bajunya karena ia mengemudi cukup kencang.Ketika tiba di jalan dekat dengan rumahnya, Mas Zain mengurangi laju kecepatan. Tapi ia tak berhenti, melainkan terus melaju pelan menuju gerbang bertulis 'Selamat datang di Sungai Cambai. Ia memarkir motor di bibir jalan mulus cor-cor-ran lalu mengambil alih belanjaanku, meletakkannya di stang motor. Setelah itu, ia melangkah mendekati bibir sungai agak keruh dan melepas tali perahu pada tambatan yang terpacak di tepi sungai. Aku memperhatikannya dengan benak penuh tanya. Mau apa ia dengan perahunya itu?Dengan tatapannya yang tajam mengerikan itu, ia mengisyaratkan agar aku mendekat. Ia sedikit membungkuk di perahu, tangannya terulur hendak membantuku yang ragu-ragu naik."Kita mau ke mana

    Last Updated : 2023-10-10
  • BALAS DENDAM CANTIK    18

    Takut-takut, aku mendekat. Hanya nyengir kecil saat beradu tatap dengannya. Wajah Mas Zain masih terlihat begitu jengkel."Memangnya ... apa yang kubuang, Mas?"Tangannya mengambil serokan mini lalu menggerakkannya ke comberan. Setelah itu memasukkan hewan-hewan kecil dari serokan ke ember ukuran sedang. Aku mengamati hewan-hewan nyaris tak terlihat jika tak mengamatinya dengan saksama yang bergerak-gerak membuat begidik. Hiii"Memang ... itu buat apa, Mas?" Pandanganku kembali tertuju ke ember berair agak keruh dengan hewan-hewan kecil membuat bergidik. Tanpa mengatakan apa pun, ia menuju dapur. Kok aku dicueki begini, sih? Membuatku merasa semakin bersalah saja. Apa ia marah? Haruskah aku menggantinya? Apa yang kubuang itu adalah sesuatu yang ia jual?Mungkin, lebih baik aku menggantinya dengan uang daripada tak nyaman begini. Akhirnya, aku menuju ke arahnya dengan canggung. Hanya nyengir kecil sambil menggaruk rambut yang tak gatal saat kami beradu tatap. Aku bingung mau memulai pe

    Last Updated : 2023-10-11

Latest chapter

  • BALAS DENDAM CANTIK    40

    Aku menatap ke arah pintu yang perlahan membuka. Mas Yoga masuk membawa jus wortel. Ia duduk di bibir ranjang, sambil tersenyum kecil mengulurkan gelas itu padaku. Aku terus diam menatapnya tanpa ekspresi. Semua tak lagi sama, Mas. Meskipun sekarang kamu bersikap baik, keputusan untuk cerai tak bisa diganggu gugat. Sampai kapan pun, aku tak mau dimadu.Mas Yoga memajukan gelas di tangannya lebih dekat ke arahku. Karena aku terus diam, ia akhirnya menempelkan gelas ke mulutku."Aku selalu ingat hampir tiap pagi dan malam kamu meminum ini." Tatapnya, aku berpaling darinya. Memperhatikan matahari pagi yang menyinari dedaunan."Bundaa!" Itu suara Caca. Aku menegakkan tubuh lalu merentangkan tangan saat putri kecilku itu berlari mendekat. Kucium pipinya dan memangkunya."Caca mau ikut bunda, gak?" Tatapku. Caca memandangku penuh minat."Ke mana, Bun?""Pengadilan agama."Wajah Mas Yoga menegang. Ia menegakkan tubuh. Tangannya meremas gelas cukup kuat. Aku pura-pura tak melihat."Caca tungg

  • BALAS DENDAM CANTIK    39

    Cinta memandangku dengan wajah jengkel bercampur penasaran. "Apa, Mas? Katakan saja mumpung aku masih mau mendengar."Kugelengkan kepala melihat tingkahnya. Ia bersidekap di dada dan memandangku angkuh."Ayo katakan, Mas?!""Aku menikahi Anita sebenarnya karena ...." Aku menarik napas dalam saat teringat perkataan Mas Yogi tempo hari."Kamu harus menyembunyikan ini dari istrimu. Dia mudah keceplosan. Setelah Anita melahirkan, kamu boleh menceraikannya," kata Mas Yogi kala itu sambil menatap penuh harap."Ayo cepat katakan, Mas.""Cinta, aku ...." Aku menatapnya ragu. Teringat permintaan Mas Yogi agar aku tetap bungkam membuatku bingung. Kalau mengatakannya, aku takut Cinta akan bilang pada Anita bahwa yang dinikahinya bukan Mas Yogi. Anita tipe yang meledak-ledak. Anita bisa saja langsung mendatangai rumah bapak dan mengatakan bahwa ia hamil anak Mas Yogi. Dan bapak pasti akan kecewa dua sekaligus. Pertama karena Mas Yogi berzina sampai berbuah anak di luar pernikahan, lalu kedua kare

  • BALAS DENDAM CANTIK    38

    "Apa kamu tidak merindukanku, Cin?"Hening cukup lama. Aku dan Mas Yoga saling menatap. Aku rindu, Mas. Sangat rindu. Bahkan saat ini aku sebenarnya ingin sekali memelukmu, tapi menahannya karena semua tak lagi sama. Kembali membuka mati, berarti harus siap menanggung rasa sakit lagi. "Cin?"Ditangkupnya wajahku dengan kedua tangan, tapi aku berpaling menghindari tatap dengannya. Tanganku bergerak pelan menepis tangannya."Di mana Anita?" tanyaku sambil menatap keluar kamar. Mas Yoga mengikuti arah tatapanku. Terlihat jelas bahwa Mas Yoga kecewa dengan sikapku, tapi aku bersikap cuek. Mencoba cuek walau hatiku remuk dan sakit. Perih, andai kamu tahu."Dia sedang ke rumah ibunya.""Kenapa kamu gak mengantar istri kesayanganmu itu?" Nadaku sinis. Mas Yoga memandangku terkejut."Aku sengaja tetap di rumah agar bisa menyambutmu." Ia terlihat menahan kesal.Aku memperhatikannya lama, lalu tersenyum mengejek. "Kamu gak perlu menyambut perempuan jahat sepertiku, Mas." Aku keluar dari kamar.

  • BALAS DENDAM CANTIK    37 B

    "Lima belas tahun lalu, aku masih jadi preman pasar bersama Tara dan Redi. Semua orang takut pada kami karena aku tak segan main fisik." Tatapnya."Pistol yang kutemukan itu, apa ...."Ia mengangguk. "Sebelum mengasuh Putri, aku seolah tak punya tujuan hidup, Cinta. Perempuan yang kucintai terus saja menolakku. Aku berbuat semaunya sendiri sampai meresahkan warga. Siapa pun yang berani mengusikku juga keluargaku, dia akan terima akibatnya."Sungguh mengerikan ternyata dia. Aku memilih menatap ke arah lain saat kami beradu tatap. Aku baru menatapnya saat mendengar kekehan kecil."Apa kamu akan mengurungkan niat menikah denganku?" Didongakkannya wajahku menghadapnya. Bertatapan dengan jarak yang begitu dekat, membuatku sangat malu. Aku mengalihkan pandang ke arah lain. Pada rumah-rumah panggung yang terpacak di bibir sunga. Mas Zain naik ke jembatan, ia terlibat pembicaraan pada seorang perempuan tua lalu menerima uang. Mas Zain menuju rumah dengan banyak plastik berisi kerupuk yang dig

  • BALAS DENDAM CANTIK    37

    Astagaaa, sepertinya aku akan gilaa!" Teriak Neni di pagi hari yang cerah saat aku baru selesai mandi juga memandikan Caca. Caca kini tengah makan tempe goreng sambil menonton televisi. Wajah Caca begitu riang setelah aku mengatakan besok kami akan ke Jakarta bertemu dengan ayahnya. "Ada apa, Nen? Pagi-pagi udah teriak-teriak aja." Aku menatapnya terpana saat ia menuju ke arahku dengan beberapa bunga teratai di tangan. Diulurkannya bunga putih kekuningan itu padaku."Apa ini?""Dari pangeranmu." Luwes sekali ia mengatakan Mas Zain pangeran, astaga. Aku meraih bunga darinya lantas berjalan menuju pintu, tak ada Mas Zain di depan."Dia ke rumah ibunya dulu. Nanti ke sini, katanya. Apa kalian sekarang jadi anak ingusan baru puber yang setiap hari bertemu? Sungguh seperti anak ABG." Ia menggeleng dengan wajah muak.Aku tertawa kecil melihatnya yang pura-pura pingsan di sofa. Kujitak kepalanya sambil duduk lalu menghidu bunga teratai dalam dekapan. Wanginya begitu mendamaikan. Aku terse

  • BALAS DENDAM CANTIK    36

    Ini yang terakhir aku memintanya padamu. Kamu mau jadi istriku atau tidak?" "Ummp ...."Ia mengerutkan kening. Tanpa mengatakan apa pun, aku menepis tangan agar tak lagi mengungkung tubuhku lalu berjalan ke arah meja, meraih aquarium lalu melangkah cepat meninggalkannya."Aku bertanya bukannya dijawab."Aku tak mengindahkannya."Cinta, ada yang tertinggal," katanya saat aku mencapai ambang pintu. Penasaran apa yang sebenarnya tertinggal, aku pun menoleh. Mas Zain mendekat, ia merebut aquarium dari tanganku dan meletakkan kembali ke meja."Apa yang tertinggal?" Aku menatapnya heran.Mas Zain merogoh saku celananya, lalu dengan cepat menyematkan cincin ke jari manisku. Jantungku berdetak kencang saat kami beradu tatap."Jangan pernah mengembalikan padaku lagi."Aku tak menyahut karena begitu malu. Mas Zain meraih bonsai kelapa juga pisau dan berjalan keluar. Ia menoleh di ambang pintu mengisyaratkan agar aku mengikutinya. Sementara ia duduk di bangku kecil fokus membersihkan serabut ke

  • BALAS DENDAM CANTIK    35 B

    Sepertinya, aku baru saja terlelap saat terdengar suara Neni memanggil. Sahabatku itu masih memakai mukena saat aku menghampirinya di kamar salat."Sudah pagi, salat dulu."Aku mengangguk. Selesai melaksanakan salat subuh, aku menuju dapur membantu Ibu dan Neni. Ibu tengah membuat bumbu sementara Neni memetik kacang panjang. Ia mendongak saat aku mendekat padanya. Aku duduk dan segera membantu Neni memotong kacang panjang."Jangan sedih terus," gumam Neni.Aku menggelengkan kepala. "Aku gak sedih. Hanya ngantuk masih baru bangun tidur."Ibu Neni menghampiriku dan meletakkan susu di meja. Aku mengangguk lalu mengucap terima kasih."Biar aku sama Cinta aja yang masak, Bu."Ibu memandangku dan Neni bergantian. Ia akhirnya mengambil dedak untuk pakan ayam di sudut dapur dan keluar rumah. Tak lama kemudian, terdengar suara nyaringnya.Kur kur kur kuuur"Cin, wajahmu gak bisa dibohongi. Kalau kamu cinta padanya, maka jangan dilepas."Aku mengibaskan tangan. "Sok tau kamu."Neni menggelengka

  • BALAS DENDAM CANTIK    35 A

    POV ZainSepanjang jalan menuju Simpang pematang, kami terus dalam keheningan. Sesekali aku menoleh ke belakang dan Cinta langsung berpaling, sepertinya ia kecewa karena tindakanku barusan. Bukannya aku ingin menolaknya, hanya saja aku tak mau nanti sampai terlewat batas. Ciuman itu bisa menjadi jalan menuju hubungan terlarang. Cukup hanya Putri, anak yang dilahirkan tanpa pernikahan. Cukup sudah semua orang menuduhku pengecut karena aku tak menikahi Talita. Bukan tak mau, tapi Talita yang menolak keras. Aku tak ingin seperti dulu lagi. Aku ingin menjadi tauladan yang baik untuk Putri.Kini, kami tiba di alun-alun Simpang Pematang. Tampak muda-mudi bercengkerama, sebagaian menatap ke arahku. Aku turun dari motor dan berjalan bersisian dengan Cinta yang sepertinya sengaja mengalihkan tatap dariku."Mau makan apa?" Aku memandangnya."Terserah," sahutnya datar.Pasti dia benar-benar tersinggung dengan tindakanku tadi. Aku menghela napas dan berjalan menuju penjual ketoprak."Dua." Aku me

  • BALAS DENDAM CANTIK    34 B

    Neni memandangku lama. "Masa lalunya memang kelam, Cin. Tapi bukan berarti semua tentangnya jelek semuanya.""Iya juga, sih." Aku memandangnya. Merasa deg deg kan saat membayangkan akan menjalani hubungan serius dengannya."Menurutmu, apa dia bisa jadi ayah yang baik untuk Caca dan Farhan?"Neni memperhatikanku lama. Lalu mengangguk perlahan. "Aku sudah tanya banyak hal sama istri saudaraku, katanya, Mas Zain sangat sayang pada Putri. Sejauh ini, apa dia bersikap baik sama Farhan?"Aku mengangguk. Bahkan saat pertama bertemu, ia langsung dekat dengan Farhan. Padahal denganku begitu dingin.Neni memandang ke jariku yang tersemat cincin dari Mas Zain. "Saranku, kamu pikirkan dulu, Cin. Pernikahan itu untuk seumur hidup. Aku setuju kamu cerai dengan si penghianat itu, tapi untuk menikah dengan Mas Zain ... emmp ... kamu harus memikirkannya masak-masak. Kamu benar-benar merasa cocok padanya atau tidak.""Aku sudah memikirkannya, Nen. Aku akan membuka hati. Kami akan saling mengenal dulu,

DMCA.com Protection Status