Bahagia setelah Berpisah 41
**
PoV Hamdan.
Ibu mengendus pakaian Bapak dan dia merasa ada sesuatu yang aneh.
"Pak, kenapa pakaian Bapak bau parfum wanita?!" tanya Ibu dengan netra tajam menatap Bapak.
"Ah, enggak kok. Aku tadi ke sini naik bus, agak ramai mungkin tak sengaja parfum mereka menempel!" kata Bapak beralasan. Aku berpindah duduk ke samping kasur, aku juga curiga dengan Bapak. Mungkinkah? Ah, semoga alasannya benar tetapi ini sudah malam.
"Oh," kata Ibu, dia masih menelisik Bapak dan rautnya apakah dia berbohong atau tidak. Bapak segera menjauh.
"Ambar! Buatkan Bapak kopi!" katanya pa
Bahagia Setelah Berpisah 42.**PoV Hamdan.Anak kecil berusia sekitar 8-9 tahun itu menarik tangan Bapak. Aku dan Ambar tentu saja tersentak. Karena lelaki itu adalah Bapak kami, kami tak sangka saja Bapak berjalan bersama anak kecil. Apakah itu anaknya?"Bapak!" seru ku dan Ambar bersamaan. Bapak tersentak kaget melihat kami berdua ada di apotek."Hamdan! Ambar!" sentak Bapak membulatkan netranya. Genggaman tangan anak itu dilepaskannya begitu saja."Siapa, Pa?" tanya wanita itu, usianya sepertinya tak jauh dari aku. Mengapa wanita itu memanggilnya 'Pa'.
Bahagia Setelah Berpisah 43.**PoV Yuni."Secepat itu kamu move on dari aku, Yun!" kata Mas Hamdan mendekatiku, aku hanya menatapnya datar melalui kacamataku."Tentu saja. Seperti semudah kamu mengkhianati aku!" balasku padanya. Dia menatap aku juga datar, aku tak paham arti tatapan itu."Ada masalah apa, Yun?" tanya Pak Irsyad. Aku hanya menggelengkan kapala ku."Tidak ada apapun," kataku, aku berjalan melewati Mas Hamdan untuk masuk ke ruang persidangan. Jantungku sedikit berulah menghadapi persidangan ini. Sebenarnya terlalu berlebihan sih, mereka juga ikut datang namun aku berusaha santai saja. Tante Lisna sangat antusias datang bersama Mas Irsya
Bahagia Setelah Berpisah 44.**"Jawab yang jujur, Bu. Apa keperluan Ibu datang ke sini?" kataku pada Ibu. Dia tampak resah."Ibu benar-benar kangen sama Sesil!" katanya, aku tahu dia berbohong. Ambar mengambil gawainya. Dia melihat di layar gawai itu."Sebentar, Mbak. Ada telepon penting dari teman sekampus ku," katanya padaku meminta izin untuk keluar ruangan. Dia beranjak dari duduk nya kemudian keluar ruangan ku.Aku kembali menatap Ibu. Kulihat dia sedikit bingung tidak seperti biasa yang terlihat sangat garang. Aku memanggil Asih salah satu Baby sitter ku lewat telepon. Aku memperkerjakan 3 baby sitter untuk mengurus Sesil dan mereka juga membagi shift kerja.&n
BAHAGIA Setelah Berpisah 45.**PoV Author."Bagaimana ini, Mbar. Kalau sampai kita di usir mau tinggal di mana kita?" Ibu berkata sambil terisak pada Ambar."Aku juga gak tahu, Bu. Aku pusing menghadapi ini. Bagaimana bisa rumah kita di sita. Apa kita bakal numpang sama Mas Hamdan di rumah kontrakannya yang sempit itu?""Ibu gak mau numpang di rumah dia yang sempit itu. Rumah ini nyaman dan Hamdan hanya ngontrak. Masa kita harus terusir dari rumah kita sendiri!" Bu Rowina panik. Wajahnya terlihat lesu. Dipandanginya Ambar yang juga kebingungan."Kita juga gak bisa mengharapkan Bapak, Bu! Kita harus berusaha sendiri untuk keluar dari masalah ini
Bahagia Setelah Berpisah 46**PoV AuthorNetra Bu Rowina membulat melihat suaminya bersama wanita lain dan seorang anak kecil."Bapak!" serunya dengan suara bergetar. Kaki Rowina terasa lemas. Saat itu dia rasanya ingin jatuh saja. Ambar sedang sibuk memperhatikan penjaga toko yang sedang melihat-lihat kalung emas itu."Rowina!" kata Pak Hasan terkejut serta tak sangka ada istri pertamanya di sana. Ela, istri kedua membulatkan matanya juga tak menyangka akan bertemu kakak madunya di tempat ini.Hasan menarik tangan anaknya dan dengan isyarat dia menyuruh Ela untuk pergi dari tempat itu. Dia tahu sendiri seperti apa
BAHAGIA Setelah Berpisah 47.**PoV Yuni.Aku begitu kasihan melihat tangisan anakku. Seumur-umur dia tak pernah bersedih seperti ini. Ketika menziarahi makam Bapaknya saja dia tak menangis, namun saat ini dia menangis karena uang yang di kumpulkan sedikit-sedikit itu hilang.Uang itu sudah di belikan nya perhiasan buat ku. Aku begitu terharu karena kebaikan Fatih dan hatiku merasa sedih ketika pemberiannya itu hilang."Lantas bagaimana?" tanya Wira dengan panik. Dia merasa kasihan juga melihat Fatih."Kalian periksa CCTV!" perintahku."Di kamar tak di pasang CCTV, Mbak?" tanya Rosita. Aku
Bahagia Setelah Berpisah 48.**PoV Yuni"Mbak kayak nya dia sakit benaran!" Teriak Wira padaku. Ambar juga menatap aku memelas."Hubungi Mas Hamdan sana, mengapa kau melihat aku seperti itu!" kataku ketus padanya. Masih bisa aku lihat raut wajah tak setuju nya namun dia tetap melakukannya. Dihubunginya Mas Hamdan agar membawa Ibunya ke rumah sakit."Mas, Ibu sakit, Mas. Segera pulang!""Mas masih jauh di perjalanan. Kamu segera bawa saja nanti Mas akan datang ke rumah sakit segera setelah pulang!"Ambar tak dapat berkata-kata, dia mematikan sepihak sambungan telepon itu. Dia diliputi rasa kebin
Bahagia Setelah Berpisah 49.**PoV Yuni"Yuni!" panggil Lia wanita yang sekarang menjadi gundik suamiku itu. Aku berhenti setelah dia memanggilku."Apa!" Dia mendekatiku."Aku ingin berbicara denganmu!" Aku hanya tersenyum sinis ke dia."Aku gak ada waktu!" kataku sambil berlalu. Dia menahan ku."Sebentar saja, Yun. Sebentar saja. Aku butuh bicara padamu sebagai sesama wanita!" Wajahnya terlihat serius, apa yang diinginkan wanita ini."Apa mau mu, pembicaraan sesama wanita itu seperti apa?!" tanyaku sedi
Bahagia Setelah Berpisah 98.**Irsyad sedang menunggu Yuni sang istri untuk pergi mengelilingi kota Seoul. Dia sendiri sudah rapi dengan gaya casual khas lelaki modern. Sementara menunggu dia duduk di balkon sambil melihat beberapa email dari perusahaannya."Sayang, sudah siap apa belum?" tanya nya dengan suara nyaring."Udah, Mas," kata Yuni menghampiri sang suami. Melihat Yuni yang rapi dengan tersenyum manis Irsyad mendekat."Kamu cantik banget, sayang." pujinya. Yuni hanya mengulas senyum menerima dengan bahagia pujian sang suami."Kamu juga gagah dan keren," cicit wanita itu malu-malu. Irsyad lalu tertawa kecil lalu dia mengambil tangan Yuni dan mereka berjalan ke luar kamar
Bahagia Setelah Berpisah 97.**PoV Yuni.Mas Irsyad memberi kejutan manis padaku dengan mengajakku pergi ke negara Ginseng. Katanya berlibur di sana lebih dekat dan kami bisa memanfaatkan waktu berdua. Sepanjang perjalanan aku menyandarkan kepalaku di bahunya. Dia menautkan jari jemari kami."Kamu bahagia, Yun?" tanya nya. Aku tetap menyandarkan kepalaku sambil mengangguk."Aku bahagia sekali," ucapku padanya. Dia juga ikut tertawa mendengarkan."Mas. Kamu sering ya jalan-jalan ke luar negeri?" tanyaku."Beberapa kali untuk urusan bisnis dan selebihnya pergi dengan keluarga," sahutnya.&nb
Bahagia setelah berpisah 96.**Yuni menggeliatkan tubuhnya. Dia merasa badannya pegal. Saat netra sudah terbuka penuh, ternyata Irsyad sudah ada di sampingnya. Lelaki itu sekarang yang menjadi suaminya. Semuanya terasa bagaikan mimpi. Di cintai oleh Irsyad Yuni tak pernah membayangkan.Dia hanyalah seorang wanita mantan TKW. Tidak di sangka kehidupan berubah begitu cepat. Lelaki ini sangat manis dan juga tampan. Sekarang Irsyad menjadi suaminya. Yuni memperhatikan lebih dekat sosok sang suami yang sedang tertidur lelap. Dia mengulas senyum masih teringat kejadian tadi malam yang membuatnya malu.Irsyad ternyata sosok lelaki yang sangat agresif. Sudah lama Yuni tidak melakukan hubungan itu lagi. Jikapun dulu melakukannya tersimpan rasa sakit di hati dan kar
Bahagia Setelah Berpisah 95.**PoV Hamdan.Sehari sebelum Yuni menikah aku tak bisa tidur sama sekali. Teringat masa-masa manis dan pahit yang kami lewati bersama-sama walau terlalu banyak pahitnya dari pada manisnya.Untuk membuat kegalauan ini sirna. Aku pergi ke rumah sakit jiwa. Aku akan mengunjungi Ambar di sana. Dia sudah lama di rawat di sana tetapi belum ada tanda-tanda dia akan sembuh."Bagaimana kabar kamu, Mbar?" tanyaku saat kami duduk di taman rumah sakit. Tak jauh dari kami ada dua perawat yang memantau. Ambar hanya memandang lurus ke depan dengan pandangan kosong. Benar-benar menyedihkan melihat kondisinya."Mbar, besok Yun
Bahagia Setelah Berpisah 94.**Yuni menitikkan air mata saat para saksi mengucapkan kata 'sah'. Dia sah menjadi Nyonya Irsyad. Rasa membuncah bahagia luar biasa tak bisa di lukis kan dengan kata-kata.Irsyad menatapnya dengan wajah sendu. Pria itu manis sekali dan juga tampan. Yuni tersipu merasa malu walaupun usia Irsyad sudah empat puluh tahun lebih tetapi dia masih gagah.Prosesi di lanjutkan dengan sungkeman ke orang tua. Sudah duduk dengan manis kedua orang tua Irsyad dan Bapak Yuni serta adiknya Wira bersama Rosita sementara anak-anak Yuni dan Rosita bersama baby sitter. Hanya Fatih yang juga duduk manis di sana. Dia menyuruh Sigit mengambil rekaman untuk di masukkan ke aplikasi merah.
Bahagia Setelah Berpisah 93.**PoV AuthorHamdan terkejut melihat kedua mantan istrinya sudah ada di depannya."Yuni, Lia." katanya berjalan perlahan. Mereka berdiri menatap Hamdan tak sangka kalau lelaki di depannya adalah mantan suami mereka."Kami menunggumu dari tadi," ucap Lia. Dahinya mengernyit."Menunggu, ada perlu apa? Kalian datang mau meminta uang?" tanya nya heran. Pasalnya Hamdan memang belum memberi anak-anak mereka uang."Tidak, kok. Mari duduk," sahut Yuni. Hamdan lalu duduk di dekat mereka berdua."Aku datang mau bersilaturahmi kebetulan bertemu Lia di Mall dan
Bahagia Setelah Berpisah 92. ** Yuni merasa sangat bahagia dia tak menyangka akan mendapatkan kejutan manis seperti ini. Tiba-tiba, ada yang datang membawa bolu dan menyanyikan lagu ulang tahun untuknya. Yuni tersentak karena itu suara Wira, Rosita dan Bapaknya. Segera Yuni meluncur memeluk Bapaknya, bergantian Wira dan Rosita. Dia mengelap kasar air yang membasahi netranya tak sangka di hari ulang tahunnya Irsyad melamar dan ada keluarganya juga menyaksikan di belakang sebagai bagian dari surprise indah untuknya. "Dah lah, jangan nangis Mbak!" kata Wira mengulas senyum untuk Yuni. Wanita itu memukul kecil adiknya.
Bahagia Setelah Berpisah 91.**PoV Author.Ambar menatap Yuni sengit. Darah sudah keluar dari selang infusnya dan Yuni menjadi takut. Dia bersembunyi di belakang tubuh Irsyad."Mbak, Yuni. Keluar kamu! Kalau kamu mau ngetawain aku datang ke sini. Aku gak sudi kamu jenguk. Kamu senang, 'kan aku kayak gini!" sentaknya marah.Perlahan Yuni melirik lewat bahu Irsyad. Seperti nya Ambar tidak gila seperti kata Hamdan. Buktinya dia masih mengenal Yuni. Yuni berjalan pelan ke Ambar, dia sudah tak takut lagi karena Ambar tidaklah gila.&nb
Bahagia Setelah Berpisah 90.**PoV Author.Irsyad memberikan sesuatu berupa hadiah untuk Hamdan. Yuni membantu untuk membungkusnya. Sambil mengulas senyum pria itu memberikannya pada Hamdan."Terimalah, Mas. Mas Irsyad memesan ini khusus untukmu," kata Yuni juga mengulas senyum setelah meletakkan buah-buahan yang di belinya sebagai buah tangan menjenguk orang sakit."Apa ini?""Kamu buka saja dulu," kata Yuni lagi sambil mengambil kursi untuk duduk. Hamdan menghela napas merasa malas karena kata Yuni ini adalah pemberian Irsyad. Tetapi tak apalah dia membukanya saja jika tak berguna maka Hamdan akan membuangnya diam-diam.