Tring.... Tring... Tring.... Tangan Keyra merogoh ponsel yang terus berdering di dalam tasnya. "Ada apa?" tanya Keyra dengan mata yang masih tertutup. "Mbak Keyra? Ini Mbak Keyra? Kenapa handphone Pak Reyhan ada di anda?" pertanyaan dari sebrang sukses membuat mata Keyra terbelalak. Ternyata handphone yang berdering dari tadi adalah handphone Reyhan. "Ahhh, begini. Kemarin saya dan Pak Reyhan ada urusan bisnis. Jadi Handphone beliau tertinggal di tas saya." jawab Keyra mengelak. "Urusan bisnis? Sejak kapan Pak Reyhan bekerja saat tahun baru. Bukankah selalu Mbak Keyra yang menggantikan beliau bekerja saat tahun baru?" Yudha kembali bertanya. "Itu masalah yang sangat penting. Kenapa kita harus membicarakan hal ini. Katakan saja, kenapa kamu menelpon Pak Reyhan pagi buta begini?""Ahhh itu, mengenai project tahun ini yang berkaitan dengan perusahaan entertainment. CEO Star Amiro ingin bertemu dengan Pak Reyhan besok.""Baiklah, nanti akan aku sampaikan kepada Pak Reyhan.""Tidak pe
Pria bertubuh kekar itu mengenakankaos putih polos yang dibalut jaket hitam, celana hitam dengan garis putih nuansa olahraga khas miliknya, dan jam sporty yang melekat dipergelangan tangannya membuat pria itu terlihat gagah bak atlet profesional. Hanya saja wajahnya yang datar dan suasana hatinya yang tidak bagus terlalu kentara dengan cuaca yang cerah ceria pagi itu. Reyhan dengan tampang masam mengikuti langkah kaki istrinya yang berjalan di lapangan kompleks. "Itu mereka datang!" pekik Misun. Suaranya yang nyaring membuat sebagian besar orang-orang yang di lapangan itu menoleh ke arah Reyhan dan Keyra yang baru saja tiba. "Wah, ternyata beneran ada pasangan suami istri secantik dan setampan mereka." puji para ibu-ibu di sana. Reyhan mengernyit tak percaya melihat kerumunan orang-orang di sana. Saat perayaan tahun baru semalam mungkin ia tak melihat terlalu jelas. Tapi sekarang ia bisa melihat dengan jelas bahwa kerumunan orang-orang itu didominasi oleh orangtua dan anak-anak. Se
Reyhan yang sedari tadi berusaha tidak ingin terlibat dengan urusan Kompleks Utara dan Selatan hanya diam saja. Tapi melihat istrinya yang didorong membuatnya naik pitam. Wajah pria itu kini merah padam.Reyhan membantu Keyra berdiri kemudian menyerahkannya perlahan pada Misun dan bibi lainnya, lantas pria itu berjalan mendekat ke arah Sarkowi. Proporsi tubuh yang berbeda membuat Sarkowi mau tak mau mendongak ke arah Reyhan. "Kamu siapa ikut campur? Hebat juga ya kompleks Selatan sekarang punya anak muda? Kalian pungut dimana?" tanya Sarkowi garang. "Apa urusanmu? Kamu terus saja mengoceh. Seharusnya kamu sekarang minta maaf pada istriku. Hak apa yang kamu miliki hingga bisa mendorongnya seenakmu?" Mata Reyhan membulat sempurna, matanya yang melotot rasanya mau keluar, tangan Reyhan mengepal keras siap meninju wajah Sarkowi. Tinju Reyhan tertahan saat mempertimbangkan kondisi yang ada. "Aku yang minta maaf? Kalian yang salah kenapa aku yang minta maaf? Pajak yang kalian kumpulkan s
"Apa aku boleh tahu alasannya?" tanya Keyra lagi. Mery menatap lekat-lekat ke arah Keyra. "Kamu tahu? Hidup di kompleks ini adalah neraka bagi remaja seusiaku.""Huh?" Keyra tak percaya dengan apa yang dikatakan Mery. "Lihatlah orang-orang yang ada di kompleks ini. Bukankah didominasi oleh orangtua dan anak kecil. Tidak ada remaja seusiaku. Aku tumbuh besar di kompleks ini. Teman-teman seusiaku sudah pergi meninggalkan tempat ini. Kompleks ini tidak cocok dengan remaja seusia kami yang menyukai banyak hiburan, tidak ada tempat karoke, tidak ada tempat main game, tidak ada tempat bermain, tidak ada perpustakaan, tidak ada bioskop, tidak ada sauna, tidak ada tempat bagi kami para kaum muda. Hanya ada toko serba ada yang menjual peralatan rumah dan bahan makanan. Kompleks ini begitu sepi seperti kuburan. Bukankah itu sangat membosankan?" kata Mery menjelaskan. "Pajak di kompleks ini diberlakukan sesuai dengan jumlah anggota keluarga yang tinggal. Walaupun ada banyak rumah, tapi biasan
Reyhan membuka pintu rumah kediamannya. Hari itu ia pulang telat karena banyak sekali pekerjaan yang harus diselesaikan, dan seperti biasa, setelah menikah dengan Keyra dia tidak pernah meminta istrinya untuk ikut kerja lembur. Reyhan berjalan menyelusuri lorong rumahnya, kakinya berhenti saat sorot matanya menangkap sosok istrinya yang masih duduk di meja kerja rumah mereka. "Apa yang kamu lakukan? Ini sudah jam 12 malam, kenapa tidak tidur?" tanya Reyhan. Keyra yang sedari tadi fokus ke layar laptopnya kini beralih menatap Reyhan, "Ah, ini aku kepikiran dengan masalah kompleks ini. Aku sedang mencari solusi." jawab Keyra cepat. Reyhan menarik dasinya yang tergantung di kerah baju, pria itu mendekat ke arah istrinya. Reyhan menatap layar monitor yang sama dengan Keyra. "Jelaskan idemu," ucap Reyhan. "Aku berniat mempromosikan kompleks ini. Permasalahan kenapa hasil pajak di kompleks ini sangat rendah karena populasi yang tinggal sangat sedikit, bahkan ada banyak perumahan yang ta
"Sebenarnya siapa istri pamanku? Apa aku cari orang suruhan untuk membuntutinya? Tapi jika ketahuan bisa-bisa paman marah besar kalau tahu," Hazel erus bergumam sendiri, "Apa jangan-jangan Kak Miki? Ahhh, pasti Kak Miki, satu-satunya wanita yang mengenal paman selain Kak Keyra kan Kak Miki. Tapi Kak Miki bukannya masih di London? Arghhh pusing," Hazel mengacak rambutnya frustasi, gadis itu bergelut kembali dengan pikiran siapa istri pamannya gegara Reyhan yang mengabari kedua orangtua Hazel bahwa mulai sekarang dia tidak akan kembali di hari wekeend karena itu hari yang harus dia habiskan dengan istrinya. Pikiran Hazel terus Bergejolak sampai dia tidak sadar bahwa Keyra beberapa kali memanggil namanya. "Hazel!" pekik Keyra. Hazel tersadar dari lamunannya, "Ada apa kak Key? Maaf tadi aku memikirkan hal lain," ucap Hazel cepat. "Tidak apa-apa, tapi tolong fokuslah bekerja," kata Keyra. Hazel mengangguk paham. "Hari ini kamu ikut rapat untuk perluasan kerjasama kita di bidang ente
Kembali beberapa menit sebelum menginjakkan kaki di restaurant Joe. Reyhan yang baru selesai dengan urusan kantor keliling mencari Keyra di ruangannya."Selamat sore Pak Reyhan," ucap Rivaldi sembari sedikit menunduk saat mendapati sosok Reyhan memasuki ruangan sekretaris. "Keyra dimana?" tanya Reyhan pada Rivaldi yang sedang bersiap-siap pulang. "Ah, mungkin Mbak Keyra sudah pulang duluan," jawab Rivaldi tak yakin. "Mm-Mbak Keyra sepertinya pergi ke restaurant Mchiles," potong Nadine dengan suara yang sedikit terbata-bata. "Selamat sore Pak Reyhan," ucap Nadine setelah memberitahukan posisi Keyra. Meski Rivaldi, Nadine dan beberapa staff sekretaris masih merasa takut dengan keberadaan Reyhan, mereka tidak akan lari kalau ada hal remeh sekalipun yang bos mereka minta. Jadi meski harus menjawab dengan suara yang terbata-bata mereka pasti akan buka suara. "Restaurant Mchiles?""Iya Pak, kebetulan hari ini saya mengajak beliau untuk ikut makan sembari meminta bimbingan beliau, tapi
"Dalam tour ini hanya ada satu syarat, tidak boleh memfoto para aktris dan aktor kami!" jelas Mario, CEO Utama Star Amiro. Setelah usai melakukan diskusi dengan para petinggi group Star Amiro Entertainment, Reyhan dan tim diajak untuk melakukan tour bersama ke setiap ruangan latihan di sana. Ruangan pertama yang mereka masuki adalah ruang latihan alat musik, dilanjutkan dengan ruangan latihan vokal, dan ruangan-ruangan lainnya sampai mereka tiba di ruangan latihan untuk para artis newbie. Sepanjang perjalanan Keyra hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah para staffnya yang terus mengerjap kagum pada setiap aktris dan aktor yang berpapasan dengan mereka di lorong. "Silahkan masuk," ucap salah satu pemandu tour G.RIO Cooperation saat mereka tiba di ruangan paling pojok di lantai empat. "Wah, wah, lihat ada Rachel, dia cantik sekali bahkan tanpa riasan, apa wajar ada manusia secantik ini?" tanya Naumi terkagum-kagum, ingin hati memfoto dan mengabadikannya di handphone prib