Reyhan membuka pintu rumah kediamannya. Hari itu ia pulang telat karena banyak sekali pekerjaan yang harus diselesaikan, dan seperti biasa, setelah menikah dengan Keyra dia tidak pernah meminta istrinya untuk ikut kerja lembur. Reyhan berjalan menyelusuri lorong rumahnya, kakinya berhenti saat sorot matanya menangkap sosok istrinya yang masih duduk di meja kerja rumah mereka. "Apa yang kamu lakukan? Ini sudah jam 12 malam, kenapa tidak tidur?" tanya Reyhan. Keyra yang sedari tadi fokus ke layar laptopnya kini beralih menatap Reyhan, "Ah, ini aku kepikiran dengan masalah kompleks ini. Aku sedang mencari solusi." jawab Keyra cepat. Reyhan menarik dasinya yang tergantung di kerah baju, pria itu mendekat ke arah istrinya. Reyhan menatap layar monitor yang sama dengan Keyra. "Jelaskan idemu," ucap Reyhan. "Aku berniat mempromosikan kompleks ini. Permasalahan kenapa hasil pajak di kompleks ini sangat rendah karena populasi yang tinggal sangat sedikit, bahkan ada banyak perumahan yang ta
"Sebenarnya siapa istri pamanku? Apa aku cari orang suruhan untuk membuntutinya? Tapi jika ketahuan bisa-bisa paman marah besar kalau tahu," Hazel erus bergumam sendiri, "Apa jangan-jangan Kak Miki? Ahhh, pasti Kak Miki, satu-satunya wanita yang mengenal paman selain Kak Keyra kan Kak Miki. Tapi Kak Miki bukannya masih di London? Arghhh pusing," Hazel mengacak rambutnya frustasi, gadis itu bergelut kembali dengan pikiran siapa istri pamannya gegara Reyhan yang mengabari kedua orangtua Hazel bahwa mulai sekarang dia tidak akan kembali di hari wekeend karena itu hari yang harus dia habiskan dengan istrinya. Pikiran Hazel terus Bergejolak sampai dia tidak sadar bahwa Keyra beberapa kali memanggil namanya. "Hazel!" pekik Keyra. Hazel tersadar dari lamunannya, "Ada apa kak Key? Maaf tadi aku memikirkan hal lain," ucap Hazel cepat. "Tidak apa-apa, tapi tolong fokuslah bekerja," kata Keyra. Hazel mengangguk paham. "Hari ini kamu ikut rapat untuk perluasan kerjasama kita di bidang ente
Kembali beberapa menit sebelum menginjakkan kaki di restaurant Joe. Reyhan yang baru selesai dengan urusan kantor keliling mencari Keyra di ruangannya."Selamat sore Pak Reyhan," ucap Rivaldi sembari sedikit menunduk saat mendapati sosok Reyhan memasuki ruangan sekretaris. "Keyra dimana?" tanya Reyhan pada Rivaldi yang sedang bersiap-siap pulang. "Ah, mungkin Mbak Keyra sudah pulang duluan," jawab Rivaldi tak yakin. "Mm-Mbak Keyra sepertinya pergi ke restaurant Mchiles," potong Nadine dengan suara yang sedikit terbata-bata. "Selamat sore Pak Reyhan," ucap Nadine setelah memberitahukan posisi Keyra. Meski Rivaldi, Nadine dan beberapa staff sekretaris masih merasa takut dengan keberadaan Reyhan, mereka tidak akan lari kalau ada hal remeh sekalipun yang bos mereka minta. Jadi meski harus menjawab dengan suara yang terbata-bata mereka pasti akan buka suara. "Restaurant Mchiles?""Iya Pak, kebetulan hari ini saya mengajak beliau untuk ikut makan sembari meminta bimbingan beliau, tapi
"Dalam tour ini hanya ada satu syarat, tidak boleh memfoto para aktris dan aktor kami!" jelas Mario, CEO Utama Star Amiro. Setelah usai melakukan diskusi dengan para petinggi group Star Amiro Entertainment, Reyhan dan tim diajak untuk melakukan tour bersama ke setiap ruangan latihan di sana. Ruangan pertama yang mereka masuki adalah ruang latihan alat musik, dilanjutkan dengan ruangan latihan vokal, dan ruangan-ruangan lainnya sampai mereka tiba di ruangan latihan untuk para artis newbie. Sepanjang perjalanan Keyra hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah para staffnya yang terus mengerjap kagum pada setiap aktris dan aktor yang berpapasan dengan mereka di lorong. "Silahkan masuk," ucap salah satu pemandu tour G.RIO Cooperation saat mereka tiba di ruangan paling pojok di lantai empat. "Wah, wah, lihat ada Rachel, dia cantik sekali bahkan tanpa riasan, apa wajar ada manusia secantik ini?" tanya Naumi terkagum-kagum, ingin hati memfoto dan mengabadikannya di handphone prib
"Siapa pria tampan ini?" tanya salah satu satpam. "Ah, apa dia pacarmu yang dari Lombok itu?" tanya yang lainnya, mereka bertiga antusias menunggu jawaban Keyra. "Dari Lombok?" tanya Reyhan. Keyra yang paham betul arah percakapan ini dengan cepat menghentikan pembicaraan. "Sepertinya saya harus kembali bekerja, saya pamit dulu," ucap Keyra cepat sembari menarik tubuh Reyhan menjauh dari sana. Terlalu beresiko jika identitas Keyra terbongkar di hadapan para petugas keamanan, Keyra berkenalan sebagai salah satu keluarga yang berasal dari Lombok. Jika mereka tahu kalau Keyra adalah sekretaris utama G.RIO Cooperation, bisa-bisa tidak ada yang mau berbagi informasi dengannya. "Kenapa kamu menarikku keluar, apa yang kalian bicarakan?" tanya Reyhan. Bukannya menjawab, Keyra malah balik bertanya. "Di mana yang lainnya? " tanya Keira saat tak melihat satu orang pun di tempat parkir, bahkan Yudha tak terlihat batang hidungnya. "Mereka sudah pulang," jawab Reyhan singkat. Reyhan dan Keyra
"Kenapa diam saja?" tanya Keyra geram. Apakah sesulit itu untuk meminta maaf saat berbuat kesalahan. Gadis-gadis itu terlihat enggan, namun mau tidak mau karena merasa terancam, mereka pun meminta maaf kepada Rachel. "Ma-maaf," ucap mereka terbata-bata. Setelah insiden tadi, Keyra mengajak Rachel keluar dari ruangan itu. "Kita mau kemana?" tanya Rachel. "Aku ingin berbicara denganmu." jawab singkat Keyra, tangannya menyeret tangan Rachel. Rachel menghentikan pergerakan tangan Keyra, "Jika ingin berbicara empat mata, jangan lakukan di gedung ini, ada banyak CCTV dan mata-mata. Mari berbicara di tempat lain," ucapnya. "Baiklah, kalau begitu ayo kita keluar dari sini," ajak Keyra. Gadis itu melangkah keluar. "Jangan lewat sana," ucapan Rachel membuat Keyra terdiam. "Ada banyak wartawan di depan, aktor senior kami baru saja kembali dari Belanda. Kita lewat pintu belakang saja." ucap Rachel. Keyra yang menyadari situasi itu hanya bisa mengikutinya. *** "Ini dimana?" tanya Ra
Dari kejauhan dapat Keyra lihat sosok Mario yang duduk dengan gelisah di sopa yang berjarak beberapa meter dari meja resepsionis. "Kamu benar-benar ya," ucap Mario saat Keyra duduk di depannya. Tidak perlu banyak penjelasan, dari rayt wajah saja sudah terlihat bahwa Mario sangat geram dengan Keyra. "Ada urusan mendesak apa Pak Mario. Saya tidak menduga seorang CEO Star Amiro akan mencari saya secara langsung ke perusahaan. Bukankah penandatanganan kontrak masih ada waktu dua minggu lagi?" tanya Keyra. Sebenarnya Keyra sangat tahu alasan utama Mario datang padanya pagi ini. Bukan perihal kontrak kerjasama. Mario pasti ingin membahas perihal Rachel dengannya. "Saya tidak datang untuk membahas kontrak," "Jadi bukan karena kontrak? Lalu hal penting apa yang membuat Anda repot-repot datang ke G.Rio Cooperation?" Keyra menyilangkan kedua tangannya. "Kamu tidak memberiku pilihan. Sejak kemarin saya sudah menghubungi anda untuk meminta bertemu. Tapi anda selalu menolak dan mengh
Mata Keyra terbuka perlahan, lantai-lantai kamar yang putih bersih dan tampak begitu asing baginya. Hening, suasana yang begitu sepi hingga hanya suara AC saja yang terdengar samar. "Apa yang terjadi? Apa aku mati?" gumam Keyra yang merasa sedikit kedinginan. Matanya menoleh ke arah tangan kanannya yang bertaut dengan selang infus. Gadis itu akhirnya sadar, ia tengah berada di salah satu ruangan VIP di rumah sakit. "Mbak Keyra sudah sadar?" tanya Yudha yang baru saja masuk ke ruangan. "Bagaimana aku bisa di sini?""Pak Reyhan yang membawa anda ke sini selepas kejadian di basement waktu itu," jelas Yudha sembari meletakkan beberapa buah segar di atas nakas samping tempat tidur Keyra. "Beliau sekarang masih ada pertemuan dengan beberapa kolega dari Eropa, sebentar lagi akan ke sini katanya," sambung Yudha lagi. Keyra mencoba bangun perlahan, "Biar saya bantu Mbak," ucap Yudha. Pria itu dengan segera mengatur kasur Keyra hingga menekuk seperti kursi duduk. "Sudah berapa lama saya t