Jonah menoleh ke arah suara yang memanggilnya. Dia mengira Joshua yang memanggilnya, ternyata seorang lelaki yang dikenalinya juga mengikuti acara ini.
“Ya, Paman. Ada apa?” tanya Jonah ramah.
“Kemana Joshua? Dari tadi aku tidak melihatnya?” tanya lelaki itu, dia mungkin seumuran dengan Joshua dan Peter.
“Oh, Paman Joshua mengatakan dia akan segera menyusulku setelah bangun tadi. Sepertinya dia masih sangat mengantuk tadi,” jelas Jonah sambil tertawa kecil.
“Oh begitu. Kau berjalan sendirian?” tanyanya lagi dengan nada khawatir.
“Tidak … tidak, aku bersama Angelene dan kakak sepupunya. Kemarin kami mendirikan tenda di area yang sama,” jawab Jonah menenangkan.
“Oh begitu. Baiklah, berhati-hatilah di dalam hutan nanti, karena area yang akan kita lanjutkan ke pos tiga agak rawan. Banyak per
Hampir tiga puluh menit Joshua menguping pembicaraan Jonah dan Arabella, dan dia bergidik gembira saat tahu Arabella sedang ribut dengan Peter entah karena apa. Ini hal baik .. tidak, sangat baik malah.Dia bersenyum sumringah di antara para peserta yang mulai berkumpul di tenda itu karena cuaca di luar masih turun hujan dengan sangat deras.“Jonah, apa yang terjadi dengan ibumu?” tanya Joshua pura-pura peduli, padahal dia penasaran dan ingi tahu.“Tidak apa-apa, Paman, hanya salah paham. Biasa, orang tua,” jawab Jonah sambil memutar bola matanya kesal.“Maksudmu?” tanya Joshua lagi dengan pandangan menyelidik tajam.“Oh iya, Paman belum pernah menjadi orang tua, pasti tidak tahu,” tukas Jonah dengan nada meremehkan dan ketus.Joshua menelan ludah, tidak biasanya bocah ini berbicara seperti itu.
Rasa kantuk yang menguasai Jonah membuatnya langsung tertidur beberapa saat kemudian. Tanpa sadar Joshua mendekatinya dan mengambil ponsel dari genggaman tangan Jonah.‘Siapa yang ingin dihubunginya tadi?’ gumam Joshua dalam hati saat melihat daftar panggilan terakhir adalah Arabella di tiga hari yang lalu.Joshua lalu pelan-pelan kembali ke sleeping bag miliknya dan melanjutkan tidur.***Jonah bangun ketika mendengar kicauan burung yang ramai di sekeliling mereka. Sudah ada beberapa peserta yang bangun dan menggerakan badan mereka di dekat sleeping bag yang sudah dilipat dan digulung serta dimasukkan ke dalam ransel.Dia melihat ke arah Joshua dan sepertinya lelaki itu masih tertidur nyenyak. Jonah menggeleng-gelengkan kepala. Lalu meraih ponsel yang ada di dekat kepalanya dan Jonah terdiam. Dia ingat semalam dia menelepon Kimiko dari dalam hutan, tetapi …?
“Paman, apakah kita tersesat?” tiba-tiba Jonah melontarkan pertanyaan yang membuat jantung Joshua berdegub kencang.“Ti-tidak, Jonah … hanya saja Paman kesulitan membaca peta ini. Entah mengapa peta ini ber-ubah ….” Joshua menjawab dengan peluh yang bercucuran dan jantung terus melompat tidak karuan.Jonah mengernyit heran.“Boleh aku lihat, Paman?” tanya Jonah, karena dia tahu ponsel itu terlalu berharga bagi Joshua. Dia ingin melihatnya ketika dia datang ke rumah untuk memamerkan ponsel barunya yang memiliki fitur menangkap sinyal di tempat yang tidak terjangkau ponsel biasa dan Joshua tidak mengijinkannya sewaktu Arabella sedang ke dapur membuat camilan untuk mereka.Dia mulai paham sikap Joshua padanya yang berbeda kala Arabella sedang bersama mereka dan saat dia hanya seorang diri. Dan dia semakin yakin kalau Peter adalah ayah terbaik yang dia pu
“Apa ini lokasi terakhir kau melihat Jonah?” teriak kapten regu penyelamat dari atas ATV yang menyala. Joshua melihat sekeliling. Lalu melihat sekeliling lagi … dan lagi …. Dia bingung dan tidak mengenali lokasi ini. Apakah dia melewatinya bersama Jonah?“Apa ini lokasinya? Coba perhatikan sekali lagi. Detail-detailnya? Kubangan air yang kalian lewati? Iya atau tidak?” Kapten regu penyelamat itu kembali mengulang ucapannya. Tidak heran jika masyarakat awam yang hilang ataupun terpisah dari kelompok mereka akan bingung jika diajak kembali ke sini. Tidak ada penanda apa pun di sekitar sini. Semua pohon besar menjulang tinggi sepanjang jalan, tidak ada bangunan yang bisa dikenali atau pun tidak ada jalanan atau tebing yang terlihat. Semua tertutupi rumput dan pohon. Ini membuat Joshua bingung.Tiba-tiba dia teringat Jonah memakan rotinya … tetapi dia tidak membuang sampahnya di sembaran tempat, semua
“A-apa ma-maksudmu, Joshua? … Mengapa Jonah bisa hilang? Hilang di mana dia? Apa yang kalian lakukan, Josh?” cecar Arabella dengan setumpuk pertanyaan.Bukankah Jonah dan Joshua pergi berkemah di hutan? Bagaimana mungkin anaknya menghilang? Apa yang terjadi? Tiba-tiba Arabella langsung mendapat serangan panik. Untung saat itu Peter ada di rumah selama Jonah pergi berkemah.“Maafkan aku, Ara … aku lalai tidak mengawasi Jonah dengan baik,” ucap Joshua pelan dan lirih. rasanya dia ingin menghilang dari muka bumi!Tiba-tiba di saat Joshua tengah bergelut dengan rasa bersalahnya, seorang penyelamat menyerukan sesuatu yang tidak bisa ditangkap Joshua dengan baik. seketika semua regu penyelamat mendekat ke sebuah kubangan yang tidak terlihat dasarnya dari atas.Dia menarik sesuatu dan sepertinya berat atau tersangkut sesuatu … pluugg … ti
Matahari sudah redup ketika Peter memasukkan semua perlengkapan yang akan dibawa ke rumah sakit sebentar lagi.Saat Peter akan memanaskan mobil, ponsel di kantong celananya bergetar. Dia segera meraih ponsel itu yang ternyata beberapa pesan masuk. Pantas saja ponsel itu terus bergetar.DIa berdiri dan mulai membuka ponselnya.[Peter? Boleh aku memanggilmu begitu? Aku Chelsea, teman Arabella.Jangan katakan pada Arabella kalau aku mengirimimu pesan, ya. Aku hanya ingin mencari teman baru karena aku jelek sekali, tidak ada yang mau menjadi temanku.Berbeda dengan Arabella, semua orang mau menjadi temannya]Peter mengernyit heran membaca pesan itu.Lalu dia membaca pesan selanjutnya.[Ini nomorku, Pete … boleh aku memanggilmu Pete? Terdengar lebih akrab, ya. Terima kasih.Kalau kau tidak berminat berteman denganku, langsung hapus saja
“Joshua sainganku?” tanya Peter tergelak.“Kenapa kau tertawa?” balas Arabella heran, matanya menyipit menatap Peter yang tertawa begitu hebat seolah hal itu benar-benar lucu.“Aku sudah tahu, Ara, kalau Joshua adalah sainganku. Sebelum aku melamarmu, aku sudah memastikan apa kau sedang terlibat hubungan dengan seseorang atau tidak. Kedua anak itu membantuku dengan semua informasi yang aku butuhkan, Ara. Aku juga pernah melihatmu bersama Joshua ke kafe dekat perpustakaan, iya kan?” cerita Joshua diiringi senyuman manisnya diakhir cerita.Arabella tertawa. Dia sendiri tidak ingat kapan dia pernah bersama Joshua ke kafe dekat perpustakaan Peter. Ini menggelikan.“Aku sungguh tidak menduga semua ini rencana Jonah dan Kimiko. Mereka memang anak-anak yang baik dan patuh,” puji Arabella tetapi beberapa saat kemudian dia teringat anaknya bahkan masih bel
“Belum waktu besuk, Kimiko,” jawab Peter sambil melirik ke jam di pergelangan tangannya.“Sebentar lagi, Kimiko, Sayang. Duduklah dulu, ceritakan pada Mama bagaimana pengalamanmu selama di Jepang? Pasti menyenangkan, ya?” ucap Arabella sambil membelai rambut Kimiko yang panjang keemasan.“Lumayan. Tidak bisa dibilang menyenangkan, tetapi juga tidak bisa dibilang tidak menyenangkan, Ma,” jawab Kimiko ambigu.Peter tertawa kecil mendengar jawaban Kimiko.“Maksudmu, Sayang?” tanya Arabella bingung tanpa maksud ingin mengulang kisah Kimiko yang pergi tanpa pamit dan pesan pada kakek nenek dan ibunya.“Mama sudah tahu ‘kan, aku pergi meninggalkan rumah saat aku dan Mama Kim bertengkar hebar? Sudahlah tidak usah dibahas aku masih kesal jika mengingatnya …. Heran, kenapa orang dewasa bisa begitu egois?” gerutu Kimi