Rasa kantuk yang menguasai Jonah membuatnya langsung tertidur beberapa saat kemudian. Tanpa sadar Joshua mendekatinya dan mengambil ponsel dari genggaman tangan Jonah.
‘Siapa yang ingin dihubunginya tadi?’ gumam Joshua dalam hati saat melihat daftar panggilan terakhir adalah Arabella di tiga hari yang lalu.
Joshua lalu pelan-pelan kembali ke sleeping bag miliknya dan melanjutkan tidur.
***
Jonah bangun ketika mendengar kicauan burung yang ramai di sekeliling mereka. Sudah ada beberapa peserta yang bangun dan menggerakan badan mereka di dekat sleeping bag yang sudah dilipat dan digulung serta dimasukkan ke dalam ransel.
Dia melihat ke arah Joshua dan sepertinya lelaki itu masih tertidur nyenyak. Jonah menggeleng-gelengkan kepala. Lalu meraih ponsel yang ada di dekat kepalanya dan Jonah terdiam. Dia ingat semalam dia menelepon Kimiko dari dalam hutan, tetapi …?
“Paman, apakah kita tersesat?” tiba-tiba Jonah melontarkan pertanyaan yang membuat jantung Joshua berdegub kencang.“Ti-tidak, Jonah … hanya saja Paman kesulitan membaca peta ini. Entah mengapa peta ini ber-ubah ….” Joshua menjawab dengan peluh yang bercucuran dan jantung terus melompat tidak karuan.Jonah mengernyit heran.“Boleh aku lihat, Paman?” tanya Jonah, karena dia tahu ponsel itu terlalu berharga bagi Joshua. Dia ingin melihatnya ketika dia datang ke rumah untuk memamerkan ponsel barunya yang memiliki fitur menangkap sinyal di tempat yang tidak terjangkau ponsel biasa dan Joshua tidak mengijinkannya sewaktu Arabella sedang ke dapur membuat camilan untuk mereka.Dia mulai paham sikap Joshua padanya yang berbeda kala Arabella sedang bersama mereka dan saat dia hanya seorang diri. Dan dia semakin yakin kalau Peter adalah ayah terbaik yang dia pu
“Apa ini lokasi terakhir kau melihat Jonah?” teriak kapten regu penyelamat dari atas ATV yang menyala. Joshua melihat sekeliling. Lalu melihat sekeliling lagi … dan lagi …. Dia bingung dan tidak mengenali lokasi ini. Apakah dia melewatinya bersama Jonah?“Apa ini lokasinya? Coba perhatikan sekali lagi. Detail-detailnya? Kubangan air yang kalian lewati? Iya atau tidak?” Kapten regu penyelamat itu kembali mengulang ucapannya. Tidak heran jika masyarakat awam yang hilang ataupun terpisah dari kelompok mereka akan bingung jika diajak kembali ke sini. Tidak ada penanda apa pun di sekitar sini. Semua pohon besar menjulang tinggi sepanjang jalan, tidak ada bangunan yang bisa dikenali atau pun tidak ada jalanan atau tebing yang terlihat. Semua tertutupi rumput dan pohon. Ini membuat Joshua bingung.Tiba-tiba dia teringat Jonah memakan rotinya … tetapi dia tidak membuang sampahnya di sembaran tempat, semua
“A-apa ma-maksudmu, Joshua? … Mengapa Jonah bisa hilang? Hilang di mana dia? Apa yang kalian lakukan, Josh?” cecar Arabella dengan setumpuk pertanyaan.Bukankah Jonah dan Joshua pergi berkemah di hutan? Bagaimana mungkin anaknya menghilang? Apa yang terjadi? Tiba-tiba Arabella langsung mendapat serangan panik. Untung saat itu Peter ada di rumah selama Jonah pergi berkemah.“Maafkan aku, Ara … aku lalai tidak mengawasi Jonah dengan baik,” ucap Joshua pelan dan lirih. rasanya dia ingin menghilang dari muka bumi!Tiba-tiba di saat Joshua tengah bergelut dengan rasa bersalahnya, seorang penyelamat menyerukan sesuatu yang tidak bisa ditangkap Joshua dengan baik. seketika semua regu penyelamat mendekat ke sebuah kubangan yang tidak terlihat dasarnya dari atas.Dia menarik sesuatu dan sepertinya berat atau tersangkut sesuatu … pluugg … ti
Matahari sudah redup ketika Peter memasukkan semua perlengkapan yang akan dibawa ke rumah sakit sebentar lagi.Saat Peter akan memanaskan mobil, ponsel di kantong celananya bergetar. Dia segera meraih ponsel itu yang ternyata beberapa pesan masuk. Pantas saja ponsel itu terus bergetar.DIa berdiri dan mulai membuka ponselnya.[Peter? Boleh aku memanggilmu begitu? Aku Chelsea, teman Arabella.Jangan katakan pada Arabella kalau aku mengirimimu pesan, ya. Aku hanya ingin mencari teman baru karena aku jelek sekali, tidak ada yang mau menjadi temanku.Berbeda dengan Arabella, semua orang mau menjadi temannya]Peter mengernyit heran membaca pesan itu.Lalu dia membaca pesan selanjutnya.[Ini nomorku, Pete … boleh aku memanggilmu Pete? Terdengar lebih akrab, ya. Terima kasih.Kalau kau tidak berminat berteman denganku, langsung hapus saja
“Joshua sainganku?” tanya Peter tergelak.“Kenapa kau tertawa?” balas Arabella heran, matanya menyipit menatap Peter yang tertawa begitu hebat seolah hal itu benar-benar lucu.“Aku sudah tahu, Ara, kalau Joshua adalah sainganku. Sebelum aku melamarmu, aku sudah memastikan apa kau sedang terlibat hubungan dengan seseorang atau tidak. Kedua anak itu membantuku dengan semua informasi yang aku butuhkan, Ara. Aku juga pernah melihatmu bersama Joshua ke kafe dekat perpustakaan, iya kan?” cerita Joshua diiringi senyuman manisnya diakhir cerita.Arabella tertawa. Dia sendiri tidak ingat kapan dia pernah bersama Joshua ke kafe dekat perpustakaan Peter. Ini menggelikan.“Aku sungguh tidak menduga semua ini rencana Jonah dan Kimiko. Mereka memang anak-anak yang baik dan patuh,” puji Arabella tetapi beberapa saat kemudian dia teringat anaknya bahkan masih bel
“Belum waktu besuk, Kimiko,” jawab Peter sambil melirik ke jam di pergelangan tangannya.“Sebentar lagi, Kimiko, Sayang. Duduklah dulu, ceritakan pada Mama bagaimana pengalamanmu selama di Jepang? Pasti menyenangkan, ya?” ucap Arabella sambil membelai rambut Kimiko yang panjang keemasan.“Lumayan. Tidak bisa dibilang menyenangkan, tetapi juga tidak bisa dibilang tidak menyenangkan, Ma,” jawab Kimiko ambigu.Peter tertawa kecil mendengar jawaban Kimiko.“Maksudmu, Sayang?” tanya Arabella bingung tanpa maksud ingin mengulang kisah Kimiko yang pergi tanpa pamit dan pesan pada kakek nenek dan ibunya.“Mama sudah tahu ‘kan, aku pergi meninggalkan rumah saat aku dan Mama Kim bertengkar hebar? Sudahlah tidak usah dibahas aku masih kesal jika mengingatnya …. Heran, kenapa orang dewasa bisa begitu egois?” gerutu Kimi
“Sungguhkah?” Kimiko tersentak mendengar kabar yang disampaikan perawat itu, lalu cepat memakai pakaian khusus dan masuk ke ruangan ICU.Sampai di sana dia melihat Jonah membuka matanya beberapa saat, memperhatikan sekelilingnya dengan perlahan. Ada dua orang dokter yang mendampinginya.“Jonah!” seru Kimiko pelan dengan wajah sumringah tidak percaya.Jonah menoleh pada suara itu dan melihat Kimiko di sana dengan pandangan tidak percaya.“Ini aku, Kimiko, Jonah. Apa kau tidak mengenaliku?” tanya Kimiko tidak percaya. Apa mungkin Jonah kehilangan ingatannya?Jonah mengangguk pelan, air mata mengalir perlahan dari sudut matanya. Dia pasti sedang bermimpi bertemu dengan Kimiko, sahabat sekaligus saudaranya … tapi di mana Mama? Mengapa Mama tidak ada? Dia kembali meihat ke sekeliling. Jonah bingung dan kepalanya menjadi sakit … s
Tiba-tiba seseorang memeluk pinggang Peter dari belakang hingga dia terkejut dan hampir saja mengempaskan pelukan itu … sesaat dia tersadar, tangan kecil itu tangan anaknya … Kimiko.“Kimi, kau membuat Papa terkejut!” seru Peter yang langsung memutuskan sambungan telepon itu.“Papa sedang menelepon siapa? Tadi aku sudah memanggilmu, Pa, tapi Papa tidak mendengarkanku. Makanya aku berinisiatif memeluk Papa,” jawab Kimiko jujur.“Haa? Kau memanggil Papa? Mengapa Papa tidak mendengarmu memanggil?” tanya Peter heran.“Mana aku tahu. Mungkin Papa terlalu serius dengan orang yang di telepon itu? Siapa dia? Apa yang dia inginkan sampai Papa tidak mendengar panggilanku?” jawab Kimiko bersungut.“Hanya teman, Kimi. DIa tadi ingin meminta Papa untuk mengantarkannya ke suatu tempat, tapi Papa belum mengiyakan dan terputus g