“Ayo selesaikan dulu sarapanmu, Jonah,” tukas Peter cepat ketika tahu Joshua sudah datang menjemput.
“Iya, Pa,” jawab Jonah sambil mengambil sesendok penuh makaroni dengan sedikit kuah mac dan cheese yang lezat.
“Hai, Joshua, ayo masuk. Kau sudah sarapan?” sapa Peter ramah saat melihat Joshua masuk beriringan dengan Arabella.
Raut wajah Joshua langsung berubah begitu melihat Peter duduk di meja di seberang Jonah dan satu piring yang masih berisi makaroni yang langsung diyakininya milik Arabella. Pikirannya langsung berspekulasi, Arabella dan Peter sudah tinggal bersama!
“Tidak, terima kasih. Aku sudah makan,” jawab Joshua kaku. Ekor matanya terus menatap Peter yang dengan sabar mengambilkan Jonah minum dan tisu untuk membersihkan mulutnya.
“Aku sudah siap. Ayo Paman Josh,” ajak Jonah dengan tidak sabar dan mulut yang mas
“Hem … beruntung sekali anak-anak pergi, Ara,” tukas Peter sembari bermalas-malasan di atas ranjang setelah melewati pertempuran panas untuk pertama kalinya bersama Arabella.Arabella tertawa.“Aku harus mandi! Sebentar lagi ada klien yang akan datang ke kantor, Peter. Maafkan aku,” balas Arabella sedih. Dia pun ingin bermalas-malasan hari ini, hanya hari ini.Peter tertawa.“Kenapa meminta maaf padaku? Memangnya kau salah apa?” tanya Peter lagi.“Aku … iya ya, kenapa aku meminta maaf?” Arabella balik bertanya sambil terkekeh.“Ah iya, aku menganggu waktu bersama kita,” bisik Arabella sambil mengecup cuping telinga Peter hingga lelaki muda itu menggelinjang kegelian.“Kau mulai nakal, Ara. Apa kau mau mengulangi lagi pertempuran kita?” tanya Peter tertawa.“Mau … tapi aku harus ke kantor. Dan kau pun harus ke perpustakaan. I
“Hari sudah malam, Jonah! Kau lagi apa di luar? Nanti kau sakit dan mamamu akan menyalahkan aku karena tidak mengingatkanmu!” seru Joshua dengan suara tinggi di depan tenda hingga membuat Jonah tersentak.“Aku … aku sedang memotret bintang, Paman. Aku ingin menjadikannya contoh untuk langit-langit kamarku nanti. Sebentar lagi aku akan masuk, Paman. Maaf,” ucap Jonah tersentak kaget. Dia tidak menyangka kalau Joshua marah hanya karena masalah sepele. Lagi pula selama ini Joshua begitu baik padanya.Joshua diam sesaat, memikirkan kenapa dia bisa tiba-tiba emosi seperti itu.“Maafkan, Paman, Jonah. Paman sedang banyak pikiran,” jawab Joshua beralasan. Padahal dia berencana untuk menarik hati Jonah biar Arabella berpaling padanya. Sekali dia memukul kepalanya sendiri. Dia belum pernah loss control seperti ini.“Tidak apa-apa, Paman. Paman benar, a
Jonah menoleh ke arah suara yang memanggilnya. Dia mengira Joshua yang memanggilnya, ternyata seorang lelaki yang dikenalinya juga mengikuti acara ini.“Ya, Paman. Ada apa?” tanya Jonah ramah.“Kemana Joshua? Dari tadi aku tidak melihatnya?” tanya lelaki itu, dia mungkin seumuran dengan Joshua dan Peter.“Oh, Paman Joshua mengatakan dia akan segera menyusulku setelah bangun tadi. Sepertinya dia masih sangat mengantuk tadi,” jelas Jonah sambil tertawa kecil.“Oh begitu. Kau berjalan sendirian?” tanyanya lagi dengan nada khawatir.“Tidak … tidak, aku bersama Angelene dan kakak sepupunya. Kemarin kami mendirikan tenda di area yang sama,” jawab Jonah menenangkan.“Oh begitu. Baiklah, berhati-hatilah di dalam hutan nanti, karena area yang akan kita lanjutkan ke pos tiga agak rawan. Banyak per
Hampir tiga puluh menit Joshua menguping pembicaraan Jonah dan Arabella, dan dia bergidik gembira saat tahu Arabella sedang ribut dengan Peter entah karena apa. Ini hal baik .. tidak, sangat baik malah.Dia bersenyum sumringah di antara para peserta yang mulai berkumpul di tenda itu karena cuaca di luar masih turun hujan dengan sangat deras.“Jonah, apa yang terjadi dengan ibumu?” tanya Joshua pura-pura peduli, padahal dia penasaran dan ingi tahu.“Tidak apa-apa, Paman, hanya salah paham. Biasa, orang tua,” jawab Jonah sambil memutar bola matanya kesal.“Maksudmu?” tanya Joshua lagi dengan pandangan menyelidik tajam.“Oh iya, Paman belum pernah menjadi orang tua, pasti tidak tahu,” tukas Jonah dengan nada meremehkan dan ketus.Joshua menelan ludah, tidak biasanya bocah ini berbicara seperti itu.
Rasa kantuk yang menguasai Jonah membuatnya langsung tertidur beberapa saat kemudian. Tanpa sadar Joshua mendekatinya dan mengambil ponsel dari genggaman tangan Jonah.‘Siapa yang ingin dihubunginya tadi?’ gumam Joshua dalam hati saat melihat daftar panggilan terakhir adalah Arabella di tiga hari yang lalu.Joshua lalu pelan-pelan kembali ke sleeping bag miliknya dan melanjutkan tidur.***Jonah bangun ketika mendengar kicauan burung yang ramai di sekeliling mereka. Sudah ada beberapa peserta yang bangun dan menggerakan badan mereka di dekat sleeping bag yang sudah dilipat dan digulung serta dimasukkan ke dalam ransel.Dia melihat ke arah Joshua dan sepertinya lelaki itu masih tertidur nyenyak. Jonah menggeleng-gelengkan kepala. Lalu meraih ponsel yang ada di dekat kepalanya dan Jonah terdiam. Dia ingat semalam dia menelepon Kimiko dari dalam hutan, tetapi …?
“Paman, apakah kita tersesat?” tiba-tiba Jonah melontarkan pertanyaan yang membuat jantung Joshua berdegub kencang.“Ti-tidak, Jonah … hanya saja Paman kesulitan membaca peta ini. Entah mengapa peta ini ber-ubah ….” Joshua menjawab dengan peluh yang bercucuran dan jantung terus melompat tidak karuan.Jonah mengernyit heran.“Boleh aku lihat, Paman?” tanya Jonah, karena dia tahu ponsel itu terlalu berharga bagi Joshua. Dia ingin melihatnya ketika dia datang ke rumah untuk memamerkan ponsel barunya yang memiliki fitur menangkap sinyal di tempat yang tidak terjangkau ponsel biasa dan Joshua tidak mengijinkannya sewaktu Arabella sedang ke dapur membuat camilan untuk mereka.Dia mulai paham sikap Joshua padanya yang berbeda kala Arabella sedang bersama mereka dan saat dia hanya seorang diri. Dan dia semakin yakin kalau Peter adalah ayah terbaik yang dia pu
“Apa ini lokasi terakhir kau melihat Jonah?” teriak kapten regu penyelamat dari atas ATV yang menyala. Joshua melihat sekeliling. Lalu melihat sekeliling lagi … dan lagi …. Dia bingung dan tidak mengenali lokasi ini. Apakah dia melewatinya bersama Jonah?“Apa ini lokasinya? Coba perhatikan sekali lagi. Detail-detailnya? Kubangan air yang kalian lewati? Iya atau tidak?” Kapten regu penyelamat itu kembali mengulang ucapannya. Tidak heran jika masyarakat awam yang hilang ataupun terpisah dari kelompok mereka akan bingung jika diajak kembali ke sini. Tidak ada penanda apa pun di sekitar sini. Semua pohon besar menjulang tinggi sepanjang jalan, tidak ada bangunan yang bisa dikenali atau pun tidak ada jalanan atau tebing yang terlihat. Semua tertutupi rumput dan pohon. Ini membuat Joshua bingung.Tiba-tiba dia teringat Jonah memakan rotinya … tetapi dia tidak membuang sampahnya di sembaran tempat, semua
“A-apa ma-maksudmu, Joshua? … Mengapa Jonah bisa hilang? Hilang di mana dia? Apa yang kalian lakukan, Josh?” cecar Arabella dengan setumpuk pertanyaan.Bukankah Jonah dan Joshua pergi berkemah di hutan? Bagaimana mungkin anaknya menghilang? Apa yang terjadi? Tiba-tiba Arabella langsung mendapat serangan panik. Untung saat itu Peter ada di rumah selama Jonah pergi berkemah.“Maafkan aku, Ara … aku lalai tidak mengawasi Jonah dengan baik,” ucap Joshua pelan dan lirih. rasanya dia ingin menghilang dari muka bumi!Tiba-tiba di saat Joshua tengah bergelut dengan rasa bersalahnya, seorang penyelamat menyerukan sesuatu yang tidak bisa ditangkap Joshua dengan baik. seketika semua regu penyelamat mendekat ke sebuah kubangan yang tidak terlihat dasarnya dari atas.Dia menarik sesuatu dan sepertinya berat atau tersangkut sesuatu … pluugg … ti