“Lalu kita akan tinggal di mana?” ucap Jonah setelah selesai makan dan sedang menunggu makanan penutup diantar.Hari ini hidangan penutup adalah puding cokelat kesukaan kedua bocah dan fruit pie, kesukaan semuanya.Mata Arabella dan Peter sambil bertemu pandang. Mereka tidak pernah memikirkan akan tinggal di mana mereka berempat nanti.“Kalian ingin tinggal di mana?” tanya Peter melemparkan pertanyaan bukannya menjawab pertanyaan.“Aku ingin tinggal di rumah,” jawab Jonah sambil menaikkan teunjuknya.“Aku juga ingin tinggal di rumah,” jawab Kimiko tidak mau kalah.Jawab keduanya membuat Arabella tertawa.“Bagaimana ini, kalian masing-masing ingin tinggal di rumah masing-masing. Jadi untuk apa menjodohkan Papa dan Mama?” tanya Arabella balik bertanya pada kedua bocah.Peter tertawa.Kedua bocah itu saling pandang dan bingung.“Aku tidak ingin pindah, Ma. Ada banyak kenanangan Papa di rumah kita,” jawab Jonah lirih.“Baiklah kalau begitu, kita akan tinggal di rumah Mama saja, bagaimana
“Ara, aku dengar kau kemarin dilamar kekasihmu? Kenapa kau merahasiakan kekasihmu? Tidak memperkenalkan dia padaku, padahal sempat bertemu ketika Jonah pergi berkemah?” tanya Joshua di telepon keesokan paginya. Dia berusaha menekan rasa cemburu dan mengatur nadanya seperti biasa, walau rasa iri dan kesal bergejolak di dalam dada.Arabella terdiam sesaat, tidak menduga akan dikonfrontasi Joshua seperti ini.“Kau tidak mengucapkan selamat padaku?” tanya Arabella diiringi tawa kecil.Gantian Joshua yang terdiam, tidak menduga pertanyaan Arabella yang to the point itu.“Aku … selamat, Ara. Semoga kau berbahagia dengan dia,” jawab Joshua akhirnya dengan nada pelan dan tertahan.“Terima kasih, Josh. Ini adalah kemauan anak-anak. Mereka yang menjodohkan kami berdua,” jelas Arabella menceritakan bagaimana awal mula dia dan Peter bisa memutuskan menikah.“Ohya? Luar biasa, tapi kau tidak mungkin tidak memiliki rasa pada lelaki itu ‘kan?” tanya Joshua iri.Arabella tertawa.“Ya, kalau sekarang
Pagi ini Kimiko akan berangkat ke Jepang bersama Kimberly dan adik Kimiko yang baru berusia satu tahun. Peter berbaik hati mengantar mereka ke bandara.“Jangan lupa bawakan aku angin Jepang, Kimi!” seru Jonah ketika gadis kecil itu akan masuk ke terminal keberangkatan bersama Kimberly dan bayinya.Kimiko tertawa geli memikirkan apa yang dipinta Jonah darinya.“Baiklah, semoga aku bisa, ya,” jawab Kimiko dengan wajah berseri senang melihat Peter bersama Arabella dan Jonah mengantar keberangkatannya.Apalagi Peter berjanji bahwa dia dan Arabella tidak akan menikah kalau gadis kecil itu belum kembali. Tiba-tiba Kimiko merasa dirinya penting di antara mereka.“Jangan sembarangan berjalan di tempat yang tidak kau kenal, Kimi,” pesan Peter dan Kimiko mengangguk patuh.“Hati-hati Kimiko, Mama akan menunggumu kembali, Sayang,” bisik Arabella sambil memberinya ciuman sayang di pipinya yang kemerahan seperti buah apel ranum.Kimiko mengangguk dan membalas ciuman Arabella, lalu memeluk dan menci
“Boleh, Ma, Pa?” tanya Jonah dengan penuh harap.Peter tersenyum bijak sambil mengangguk.“Tentu saja boleh, Jonah. Kau bahkan sudah mengenal Paman Joshua lebih dulu sebelum kau mengenal Papa, Jonah,” tukas Peter bijak sambil menatap wajah ayu di hadapannya.“Kalau Papa mengijikan, tentu saja Mama juga mengijinkan, Jonah. Tetapi … ada sesuatu yang harus Mama pastikan,” tukas Arabella dengan sedikit keraguan di dalam suaranya.“Apa itu?” tanya Jonah berbarengan dengan Peter.Arabella terkekeh melihat keduanya mengajukan pertanyaan yang sama.“Kau tahu, Jonah, Paman Joshua dia baik. Tetapi dia tidak sepenuh hati sayang padamu. Karena itu kau harus hati-hati saat berada di alam liar. Utamakan keselamatanmu, kau mengerti?” ucap Arabella pelan.Jonah memiringkan kepalanya menco
Arabella tertawa. “Karena saat ini di Jepang sudah pagi, Sayang.”Jonah manggut-manggut mengerti.“Kalian sudah siap?” tanya Peter dari balik jendela yang masih terbuka.“Peter! Kau sudah datang! Tunggu aku sebentar, ya,” ucap Arabella cepat yang langsung bergegas ke dapur untuk mengunci pintu dan jendela, serta mamastikan kompor sudah dimatikan dengan benar. Lalu memeriksa jendela di ruang makan yang biasanya selalu terbuka untuk sirkulasi udara.“Pa … Kimi baru saja meneleponku. Aku menceritakan rencanaku untuk mengikuti acara ‘Earth Day’ bersama Paman Joshua. Dan, Papa tahu apa yang dikomentari Kimi?”cerita Jonah dengan penuh semangat.Peter tersenyum mendengar antusias Jonah dan kedekatan kedua anak-anaknya itu.“Komentar apa dia? Kau tidak meminta oleh-oleh padanya?” tanya Pet
“Ayo selesaikan dulu sarapanmu, Jonah,” tukas Peter cepat ketika tahu Joshua sudah datang menjemput.“Iya, Pa,” jawab Jonah sambil mengambil sesendok penuh makaroni dengan sedikit kuah mac dan cheese yang lezat.“Hai, Joshua, ayo masuk. Kau sudah sarapan?” sapa Peter ramah saat melihat Joshua masuk beriringan dengan Arabella.Raut wajah Joshua langsung berubah begitu melihat Peter duduk di meja di seberang Jonah dan satu piring yang masih berisi makaroni yang langsung diyakininya milik Arabella. Pikirannya langsung berspekulasi, Arabella dan Peter sudah tinggal bersama!“Tidak, terima kasih. Aku sudah makan,” jawab Joshua kaku. Ekor matanya terus menatap Peter yang dengan sabar mengambilkan Jonah minum dan tisu untuk membersihkan mulutnya.“Aku sudah siap. Ayo Paman Josh,” ajak Jonah dengan tidak sabar dan mulut yang mas
“Hem … beruntung sekali anak-anak pergi, Ara,” tukas Peter sembari bermalas-malasan di atas ranjang setelah melewati pertempuran panas untuk pertama kalinya bersama Arabella.Arabella tertawa.“Aku harus mandi! Sebentar lagi ada klien yang akan datang ke kantor, Peter. Maafkan aku,” balas Arabella sedih. Dia pun ingin bermalas-malasan hari ini, hanya hari ini.Peter tertawa.“Kenapa meminta maaf padaku? Memangnya kau salah apa?” tanya Peter lagi.“Aku … iya ya, kenapa aku meminta maaf?” Arabella balik bertanya sambil terkekeh.“Ah iya, aku menganggu waktu bersama kita,” bisik Arabella sambil mengecup cuping telinga Peter hingga lelaki muda itu menggelinjang kegelian.“Kau mulai nakal, Ara. Apa kau mau mengulangi lagi pertempuran kita?” tanya Peter tertawa.“Mau … tapi aku harus ke kantor. Dan kau pun harus ke perpustakaan. I
“Hari sudah malam, Jonah! Kau lagi apa di luar? Nanti kau sakit dan mamamu akan menyalahkan aku karena tidak mengingatkanmu!” seru Joshua dengan suara tinggi di depan tenda hingga membuat Jonah tersentak.“Aku … aku sedang memotret bintang, Paman. Aku ingin menjadikannya contoh untuk langit-langit kamarku nanti. Sebentar lagi aku akan masuk, Paman. Maaf,” ucap Jonah tersentak kaget. Dia tidak menyangka kalau Joshua marah hanya karena masalah sepele. Lagi pula selama ini Joshua begitu baik padanya.Joshua diam sesaat, memikirkan kenapa dia bisa tiba-tiba emosi seperti itu.“Maafkan, Paman, Jonah. Paman sedang banyak pikiran,” jawab Joshua beralasan. Padahal dia berencana untuk menarik hati Jonah biar Arabella berpaling padanya. Sekali dia memukul kepalanya sendiri. Dia belum pernah loss control seperti ini.“Tidak apa-apa, Paman. Paman benar, a