“Apa maksudmu, Chlesea?” tanya Arabella tersentak dengan pertanyaan yang dilontarkan Chelsea padanya.Jonah yang mendengar langsung menghentikan langkahnya memasukki ruang tamu. Dengan ceoat dia merapat ke dinding dan menempelkan telinganya di sana.“Aku tidak bermaksud apa-apa, Ara. Kau jangan salah sangka dulu. Aku hanya ingin tahu apakah kau membalas niat hati Joshua padamu? Dia mencintaimu, Ara. Aku tahu karena … dia kembali menolakkku, Ara .... Kau tahu kan sudah berapa lama aku menunggu Joshua untuk berpaling padaku. Tapi … ternyata aku salah, Ara, dia masih tetap mencintaimu …,” jelas Chelsea sedih. Butir-butir airmata mulai berjatuhan dari mata cokelatnya yang indah, membuat Arabella terenyuh.Keduanya terdiam, begitu juga Jonah di balik dinding. Hatinya merasa berdetak lebih kencang menantikan jawaban Arabella.“Aku … maafkan aku, Che
Peter mengajak makan malam di restoran mewah biar menjadi kenangan mereka berempat, meminta Arabella menjadi istrinya, kedua anak itu bersorak gembira setelah Arabella menerima lamaran Peter. Mereka makan malam dengan gembira. Senyum sumringah langsung tercetak di wajah tampan Peter. Ibarat kata semakin matang semakin berisi, begitulah Peter. Dia tidak pernah menutupi bahwa dia adalah seorang duda, duda tampan.“Kau yakin tidak akan kecewa karena aku seorang duda, Ara?”“Dan aku adalah seorang janda, Peter … kalau kau lupa,” balas Arabella diiringi tawa lebar. Peter tertawa mendengarnya. Dia menepuk kepalanya sendiri, seolah-olah lupa pada keadaan mereka yang seorang duda dan janda.“Kau masih terlihat seperti seorang gadis, Ara,” puji Peter tulus.“Dan kau juga tidak terlihat seperti seorang duda, Peter. Kau malah terlihat lebih muda dari usiamu,” balas Arabella tersipu kala menyadari tatapan Peter padanya, semburat merah muncul di pipinya yang halus dan lembut itu.“Kalau begitu, k
“Kau menyebalkan, Jonah!” gerutu Kimiko dengan kesal sambl berlari ke arah mobil Peter yang terlihat dari kejauhan mendekati sekolah.“Kau juga menyebalkan, Kimi!” balas Jonah sambil meleletkan lidahnya pada gadis kecil itu yang wajahnya seperti akan menangis.“Ada apa dengan Kimiko dan kau, Jonah? Apa yang terjadi? Kalian bertengkar?” tanya Arabella bertumpuk.“Aku tidak tahu, Kimiko sangat menyebalkan, Ma! Aku benci dia!” oceh Jonah dengan kesal dan mata yang berkaca-kaca.Arabella tertawa kecil. Baru saja dia dan Peter bertemu untuk membicarakan langkah yang akan mereka ambil selanjutnya karena perjodohan dua bocah ini, eh … tidak tahu ternyata mereka bertengkar. Ini menggelikan.“Apa yang kalian ributkan, Sayang? ceritakan pada Mama. Mama punya berita bagus untukmu,” hibur Arabella dengan lembut dan penuh kasih sayang.“Kimiko mau aku memanggilnya Kakak, Ma. Aku tidak mau! Kami kan satu tingkat dan berada di kelas yang sama. Tidak lucu kalau aku harus memanggilnya kakak, iya kan?”
“Maafkan aku, Kimi. Aku akan memanggil kakak padamu. Karena memang usiamu lebih tua dariku,” tukas Jonah dengan wajah cemberut.“Aku juga, maafkan aku Jonah. Papa memarahiku karena aku jadi berlagak ‘sok tua’ kata Papa. Kita satu kelas dan satu tingkat, jadi panggil aku seperti biasa,” jawab Kimiko juga dengan wajah yang bersungut-sungut.Jonah tersenyum miring, “Sepertinya kita sama-sama kena marah hanya karena masalah sepele, Kimi.”Kimiko menganguk setuju.“Ayo lupakan pertengkaran kemarin. Kita harus segera membuat kejutan untuk papaku dan mamamu,” ajak Kimiko kemudian. Wajahnya sudah berubah menjadi berseri-seri. Anak-anak memang selalu cepat melupakan masalah dan kembali ceria.“Kau punya ide?” tanya Jonah bingung. Memangnya apa yang akan mereka perbuat? Kejutan macam apa?“Ak
Arabella terdiam sesaat karena dia mengenal suara itu.“Paman Joshua? Kenapa Paman bisa berada di sini? Dengan Bibi Chelsea, ya?” tanya Jonah lincah.“Iya, Paman Joshua ada di sana,” jawab Chelsea sambil menunjuk pada Jonah di mana Joshua berada.“Kau mengajak Joshua kemari?” tanya Arabella dengan nada meninggi. Dia tidak menyangka Chelsea akan membocorkan rahasia ini pada Joshua. Lagi pula apa urusannya dengan Chelsea. Harusnya dia bisa memanfaatkan momen untuk lebih dekat pada Joshua!“Aku tidak mengajaknya. Aku hanya menceritakan ke mana kau malam ini karena dia terus menanyainya sejak kemarin itu,” jawab Chelsea berpura-pura sedih.Arabella tidak dapat berkata-kata lagi.“Baiklah kalau begitu, sampaikan saja salamku pada Joshua. Peter sudah menungguku, aku pergi dulu,” jawab Arabella cepat dan langsung mengajak Jonah pergi ke ruangan VIP tempat yang dipesannya.Sampai di ruangan itu terlihat Peter dan Kimiko sudah menunggu dengan pakaian resmi, jas dan Kimiko menggunakan gaun bere
“Lalu kita akan tinggal di mana?” ucap Jonah setelah selesai makan dan sedang menunggu makanan penutup diantar.Hari ini hidangan penutup adalah puding cokelat kesukaan kedua bocah dan fruit pie, kesukaan semuanya.Mata Arabella dan Peter sambil bertemu pandang. Mereka tidak pernah memikirkan akan tinggal di mana mereka berempat nanti.“Kalian ingin tinggal di mana?” tanya Peter melemparkan pertanyaan bukannya menjawab pertanyaan.“Aku ingin tinggal di rumah,” jawab Jonah sambil menaikkan teunjuknya.“Aku juga ingin tinggal di rumah,” jawab Kimiko tidak mau kalah.Jawab keduanya membuat Arabella tertawa.“Bagaimana ini, kalian masing-masing ingin tinggal di rumah masing-masing. Jadi untuk apa menjodohkan Papa dan Mama?” tanya Arabella balik bertanya pada kedua bocah.Peter tertawa.Kedua bocah itu saling pandang dan bingung.“Aku tidak ingin pindah, Ma. Ada banyak kenanangan Papa di rumah kita,” jawab Jonah lirih.“Baiklah kalau begitu, kita akan tinggal di rumah Mama saja, bagaimana
“Ara, aku dengar kau kemarin dilamar kekasihmu? Kenapa kau merahasiakan kekasihmu? Tidak memperkenalkan dia padaku, padahal sempat bertemu ketika Jonah pergi berkemah?” tanya Joshua di telepon keesokan paginya. Dia berusaha menekan rasa cemburu dan mengatur nadanya seperti biasa, walau rasa iri dan kesal bergejolak di dalam dada.Arabella terdiam sesaat, tidak menduga akan dikonfrontasi Joshua seperti ini.“Kau tidak mengucapkan selamat padaku?” tanya Arabella diiringi tawa kecil.Gantian Joshua yang terdiam, tidak menduga pertanyaan Arabella yang to the point itu.“Aku … selamat, Ara. Semoga kau berbahagia dengan dia,” jawab Joshua akhirnya dengan nada pelan dan tertahan.“Terima kasih, Josh. Ini adalah kemauan anak-anak. Mereka yang menjodohkan kami berdua,” jelas Arabella menceritakan bagaimana awal mula dia dan Peter bisa memutuskan menikah.“Ohya? Luar biasa, tapi kau tidak mungkin tidak memiliki rasa pada lelaki itu ‘kan?” tanya Joshua iri.Arabella tertawa.“Ya, kalau sekarang
Pagi ini Kimiko akan berangkat ke Jepang bersama Kimberly dan adik Kimiko yang baru berusia satu tahun. Peter berbaik hati mengantar mereka ke bandara.“Jangan lupa bawakan aku angin Jepang, Kimi!” seru Jonah ketika gadis kecil itu akan masuk ke terminal keberangkatan bersama Kimberly dan bayinya.Kimiko tertawa geli memikirkan apa yang dipinta Jonah darinya.“Baiklah, semoga aku bisa, ya,” jawab Kimiko dengan wajah berseri senang melihat Peter bersama Arabella dan Jonah mengantar keberangkatannya.Apalagi Peter berjanji bahwa dia dan Arabella tidak akan menikah kalau gadis kecil itu belum kembali. Tiba-tiba Kimiko merasa dirinya penting di antara mereka.“Jangan sembarangan berjalan di tempat yang tidak kau kenal, Kimi,” pesan Peter dan Kimiko mengangguk patuh.“Hati-hati Kimiko, Mama akan menunggumu kembali, Sayang,” bisik Arabella sambil memberinya ciuman sayang di pipinya yang kemerahan seperti buah apel ranum.Kimiko mengangguk dan membalas ciuman Arabella, lalu memeluk dan menci