“Aku tidak akan mengulanginya lagi, Pa,” jawab Kimiko sembari menunduk.Hal ini membuat Jonah merasa bersalah karena dia marah hanya karena hal kecil.“Maafkan aku, Paman, aku marah karena … karena ….” Kalimat Jonah tidak selesai karena semua mata memandangnya, membuat dia jadi serba salah untuk mengatakan yang sebenarnya. Sebaiknya dia menanyakan pada Arabella dulu.“Karena apa, Jonah?” tanya Arabella mengernyit heran sambil berpikir apakah ada hal lain selain jemari Kimiko tadi?“Tidak apa-apa, Ma. Pokoknya maafkan aku juga,” ucap Jonah cepat dan langsung memasukkan sepotong daging steak ke dalam mulutnya.Jonah tahu semua mata masih memandang ke arahnya dan dia dengan cepat melahap makanannya seolah-olah tidak terjadi apa-apa.Lagi pula Kimiko pasti sudah lupa ucapannya sendiri, pikir Jonah dalam hati. Lebih baik dia simpan sendiri sampai nanti setelah dia mendapatkan jawaban dari Arabella.“Peter, makanlah. Steakmu akan segera dingin kalau kau tidak cepat memakannya,” ucap Arabell
“Tapi ideku bagus, kan? Kita akan memiliki orang tua yang lengkap, Jonah. Betul tidak?” tanya Kimiko bersemangat. Dia ingin memiliki kehangatan Arabella sebagai ibunya. Dia bahagia berada di dekat wanita itu. Arabella begitu lembut dan sayang padanya. Sungguh berbeda dengan ibunya, walau tidak dipungkiri dia menyayangi ibunya juga.“Kau masih memiiki Ibu, Kimi!” sentak Jonah. Dia tidak ingin membagi ibunya dengan siapa pun!“Aku menyayangi ibuku, Jonah. Tapi memiliki orang tua yang sudah berpisah rasanya jauh berbeda memiliki orang tua yang utuh, meski mereka bukan orang tua kandung, Jonah. Kau mengerti kan kata-kataku?” ucap kimiko dengan mata berkaca-kaca.Sejak menginap beberpa kali di rumah Jonah, dia mulai memikirkan hal ini.“Kau tahu, aku sudah lama memikirkan hal ini, Jonah! Bagiamana? Kau setuju tidak?” cecar Kimiko dengan semangat.“Aku … tidak tahu, Kimi,” jawab Jonah pendek.“Coba kau bayangkan, jika papaku menikah dengan mamamu, kita bisa pergi piknik berempat. Papa, mama
“Maksud Mama, ya, Mama menyukai Paman Peter, Jonah. Seperti juga Paman Joshua, Mama juga menyukainya,” jawab Arabella yang mulai mengerti ke mana arah pertanyaan Jonah.“Tapi … apa Mama lebih menyukai Paman Peter dibandingkan Paman Joshua? Atau Mam lebh suka pada Paman Joshua?” tanya Jonah semakin ambigu.Arabella tertawa geli melihat Jonah yang menggaruk kepalanya yang entah gatal atau tidak itu.“Baiklah, katakan pada Mama, apa maksudmu menanyakan siapa yang Mama suka, Paman Peter atau Paman Joshua, Jonah?” tegas Arabella yang langsung membuat Jonah salah tingkah.“Ayo katakan pada Mama, Jonah. Apa yang sedang kau rencanakan? Bersama Kimiko?” tebak Arabella dengan tepat hingga membuat Jonah bertambah salah tingkah.Bocah lelaki itu terdiam beberapa saat tidak tahu harus berkata jujur ataukah berbohong pada ibunya.“Ayo … Jonah, jujur pada Mama, apa yang kau rencanakan bersama Kimiko? Apakah ini ide Paman Peter?” tanya Arabella seperti biasa, bertumpuk.Jonah menggeleng cepat sambi
“Papa tidak mau mencoba memenangkan hati Tante Arabella?” tanya Kimiko dengan wajah cemberut.“Astaga, Kimi! Dari mana kau dapat ucapan seperti itu? Memenangkan hati? Apa kau pikir Papa seorang petarung?” tanya Peter takjub dengan ucapan anak berusia sepuluh tahun di hadapannya itu.‘Anak ini terlalu cepat dewasa,’ pikir Peter sambil menggeleng-gelengkan kepala.“Tentu saja. Papa seorang petarung tangguh seperti highlander!” puji Kimiko dengan mata berbinar teringat pada tokoh idola kartun yang ditontonnya setiap minggu.“Highlander?” Peter terbahak kencang, “Kau terlalu banyak berkhayal, Kimi! Ayo tidur.”Setelah memadamkan lampu kamar dan berjalan meninggalkan kamar anaknya, Peter masih terus tertawa geli.***“Apa kau suka, Ara?” tanya Joshua dengan lembut sambil memasang gelang emas di tangan wanita ayu itu.“Untuk apa ini, Josh?” tanya Arabella tidak mengerti ketika siang itu Joshua menjemputnya untuk membicarakan masalah perdata di kantornya.“Hadiah. Aku melihatnya ketika sedan
Arabella tersentak kaget sambil memegangi pipinya yang baru saja mendapat kecupan dari Joshua. Wajahnya langsung menampakkan senyum sumringah beberapa detik kemudian.“Ada-ada saja, Josh! Terima kasih untuk kecupan hangatmu ini,” jawab Arabella salah tingkah sambil tersipu malu.Joshua tersenyum senang mendapat tanggapan positif dari Arabella. Dia baru saja bertengkar dengan Chelsea karena wanita itu ingin menjadi kekasihnya, padahal sudah beberapa kali Joshua menolaknya karena dia menginginkan Arabella.“Aku pulang dulu. Selamat malam dan tidur yang nyenyak, Arablella,” ucapnya lembut lalu berbalik menuju pintu pagar.Arabella menatapnya sampai menghilang dari pandangannya, lalu masuk dan mengunci pintu.***“Siapa yang datang semalam, Ma?” tanya Jonah keesokan pagi di meja makan. Tidak ada bungkusan makanan seperti biasanya kalau Joshua berkunjung, berarti bukan Joshua yang datang.“Paman Joshua, Sayang,” jawab Arabella lembut.Jonah mengernyit heran, “Paman Josh? Ada apa? apa dia m
Peter tertawa lebar melihat Arabella terpana di depan motor besarnya. Hari ini dia membawa motor kebanggaannya, Motor BMW K 1900 Grand Amerika. Dia bahkan pernah mengikuti touring keliling Oregon.“Kau tidak malu kan kalau naik motor?” tanya Peter melihat perubahan raut wajah Arabella yang menciut kaget.“Tidak … tidak, aku hanya tidak menyangka, Peter. Untung aku memakai celana panjang hari ini,” jawab Arabella sambil tertawa kecil, membayangkan kemarin dia memakai rok mini ke kantor.Senyum Peter melebar sambil menyerahkan helm pada wanita itu.Helm itu helm full face yang terhubung dengan intercom sehingga mereka tetap bisa berkomunikasi selama dalam perjalanan.Peter membantu Arabella mengenakan helm itu dan mengaktifkan intercom di samping telinga sebelah luar helm.“Untuk apa itu?” tanya Arabella ingin tahu. Entah mengapa hatinya berdebar-debar selama Peter membantunya mengenakan helm yang membuat keduangnya saling bersentuhan tanpa sengaja.“Intercom, untuk kita berkomunikasi s
“Merencanakan sesuatu? Maksudmu?” tanya Arabella bingung.Dalam pikirannya apakah anak-anak merencanakan liburan bersama? Atau mereka ingin ke Disnyeland di California yang tidak terlalu jauh dari Oregon? Atau?“Jonah tidak mengatakannya padamu?” tanya Peter dengan pandangan bingung karena sepengetahuan dia Jonah dan Arabella begitu dekat. Masakan hal besar seperti ini tidak ditanyakan pada ibunya?“Ya, dia memiliki banyak pertanyaan yang ditanyakannya padaku, tentang matematika, bahasa inggris, sastra … semua tentang pelajarannya,” jawab Arabella semakin bingung dan penasaran.“Kalau begitu lupakan kalau aku pernah menanyakannya padamu. Tunggu saja akan ada kejutan untukmu,” tukas Peter dengan penuh rahasia sambil tersenyum.“Kau membuatku penasaran, Peter. Katakan saja, kejutan apa yang Jonah rencanakan untukku?” tanya Arabella lagi sambil memakan gigitan terakhir burritos-nya, lalu meraih cangkir yang berisi café de olla, atau lebih mudahnya kopi panas yang dituang langsung dari p
“Mama mau?” tanya Jonah terperangah dengan mata berkaca yang sulit dijelaskan.Senyum tercetak di wajah ayu Arabella“Mengapa kau menyukai Paman Peter dibanding Paman Joshua?” tanya Arabella mengulang pertanyaan kemarin malam.“Aku tidak mengatakan tidak meyukai Paman Joshua, Ma?” kilah Jonah sambil mengatur napas.“Aku suka Paman Joshua, karena dia baik dan sering membawakan aku makanan dan mainan yang aku suka, tetapi … aku ingin seorang Papa seperti Paman Peter. Yang suka kemping, mancing di sungai, bermain air di sungai, seperi itu, Ma. Apa aku salah?” lanjut Jonah.“Tidak, tidak ada yang salah, Sayang. Tapi menurutmu apa Paman Peter menyukai Mama? Karena kau tahu Jonah, Mama belum lama untuk mengenal Paman Peter. Apakah dia akan baik terhadapmu? Tidak pilih kasih antara dirimu dan Kimiko? Belum lagi bagaimana jika Kimberly ingin memperbaiki hubungannya dengan Peter. Apa kalian pernah memikirkan hal itu?” tanya Arabella pelan, karena hal ini sama sekali bukan urusan anak-anak. Wa