Beranda / CEO / Ayah Untuk Anakku / 47. Rahasia masa kecil

Share

47. Rahasia masa kecil

Penulis: bigelbul
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-21 11:00:06

"K-kau tahu?"

Rania menganggukkan kepalanya dan sedikit menggeser tubuhnya untuk berbalik menatap Renan yang ada di belakang punggungnya. Dia tersenyum saat melihat wajah Renan yang kebingungan. Rupanya, Renan benar-benar tidak tahu sampai sekarang siapa Rania.

Sebelum mengatakan kebenarannya, Rania berusaha mengambil napas dan membuangnya pelan. "Renan, aku adalah putri dari Dirta Bagyo," ungkap Rania dengan pelan, dia tahu Renan pasti sangat terkejut mendengar fakta yang dituturkan oleh Rania barusan.

Tas!

Tangan Renan membeku dengan mulut yang membisu mendengar ucapan Rania. Sesuatu yang sangat membuat laki-laki itu tertampar dan mati rasa.

"K-kau--"

Rania mengangguk dan berdiri menghadap Renan dengan senyuman manis yang masih terpatri dari wajah kecilnya. "Aku, Akak Anya .…"

Deg!

Detakan jantung milik Renan kembali membludak lebih cepat dari sebelumnya. Dia awalnya menundukkan kepala dan mencerna apa yang dika
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ayah Untuk Anakku   48. Memories

    Bandung, 22 tahun yang lalu. Seorang wanita berusia 30 tahun tengah menatap anak bayinya yang sedang berada dalam gendongan hangatnya. Ada rasa iba melihat sang putra tampak berceloteh kecil dan asik dengan dunianya sendiri. "Aku menitipkan anakku padamu. Nanti, jika sudah waktunya, laki-laki brengsek itu akan menjemputnya." Wanita itu mengalihkan gendongan bayinya ke tangan Dirta. Ada sedikit tangannya bergetar, seperti tidak rela jika Renan kecilnya diasuh oleh orang lain untuk saat ini. "Anak laki-laki yang tampan. Nona, aku akan bilang pada tuan Aditama bahwa cucunya harus di beri marga Aditama. Marga Atmadja hanya akan membuatnya susah dikemudian hari," kelakar Dirta memberi saran pada ibu si kecil. Adisa tersenyum simpul dengan wajah pucatnya. "Terima kasih, Dirta," ungkapnya, enggan membahas marga apa yang akan diberikan untuk di kecil nantinya. Dirta hanya menganggukkan kepalanya, dia memahami perasaan Adisa. Setelahnya, Adis

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-21
  • Ayah Untuk Anakku   49. Ada yang ditunggu?

    Setelah dua minggu berada di Bandung, Renan melakukan pekerjaannya dengan baik sebagai seorang manager. Dia dibantu oleh Nindi yang menjabat sebagai asisten tuan Damar, penanggung jawab perusahaan Atmadja Groups di Bandung. Renan sangat diterima oleh orang-orang-orang disana, mereka menghormati Renan sebagai tamu istimewa. Bukan hanya sekedar karena dia anak pemilik perusahaan Atmadja Groups, dia juga dipuji karena kecerdasan otaknya yang mampu mengatasi permasalahan yang terjadi akhir-akhir ini di perusahaan. Sore itu, di sebuah taman kecil yang cukup sepi, salah satu tempat paling nyaman untuk mengobrol sore hari dengan pasangan atau teman sebaya. Seorang pria dan wanita tengah bercengkrama di dekat Sungai tersebut. Mereka sesekali tertawa terbahak-bahak karena lelucon yang diciptakan wanita itu. Mereka terlihat sangat bahagia dan saling melepas penat akibat pekerjaan di kantor yang sangat padat dan membuat lelah. "Kau memang sangat lucu ya, Nindi," u

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-22
  • Ayah Untuk Anakku   50. Handukan

    "Bukannya dia terlihat cocok dengan wanita cantik itu? Sangat serasi daripada dengan wanita yang memiliki dua anak." Rania memasukkan foto-foto tersebut ke dalam amplopnya dengan tangan yang sedikit kaku. Foto yang menunjukkan kedekatan Renan dan Nindi. Ada sedikit rasa kecewa dan cemburu di saat bersamaan, tapi jika memang itu pilihan Renan, Rania juga tidak bisa berbuat banyak. Matanya yang sayu mulai terpejam karena perasaan hatinya yang sudah gundah. Kini, handphone-nya bergetar di atas nakas, sebuah pesan masuk terpampang dari Haru Atmadja. Laki-laki itu selalu membuat hati Rania tak tenang, ada saja yang ia coba lakukan agar Rania menjauh dari putra-putra Atmadja. 'Putra-putraku tidak beruntung jika bersama denganmu. Lihat sendiri, gadis cantik itu yang pantas jadi menantuku. Jangan buta, lihat bagaimana Renan lebih senang berada disana bersama wanita itu. Biar aku kasih tahu padamu, kau itu tidak pantas bahagia, kau hanya kotoran yang memenuhi bumi ini.'

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-22
  • Ayah Untuk Anakku   51. Pasar malam

    Mereka bertiga pergi ke pasar malam dengan menggunakan mobil Raihan. Vano yang dipangku oleh Rania sangat heboh bercerita tentang keasikannya pertama kali mandi bersama handanya. Bahkan, Vano belum pernah mandi bersama handa Enan, lantaran handa Enannya jarang menginap di apartemen Rania. Jadinya, ini pengalaman pertama Vano, makanya dia antusias menceritakan pada Buna. "Ano becok ingin becal kaya handa, Bun," ucapnya pada Buna yang sedang menatap ke arah luar jendela mobil. Mendengar itu, Rania menarik dua sudut bibirnya ke atas. Anak itu ingin sekali ya menjadi seperti ayahnya. "Iya, Vano besok akan tumbuh besar seperti handa, kok," jawab Rania seadanya. Raihan yang ada di sebelahnya hanya berani melirik dari ujung ekor mata. Akibat kejadian tadi sore, ada rasa canggung dan malu yang menyelimuti hati laki-laki itu. Padahal mungkin, Rania sudah melupakannya. "Apa Ano akan tapan cepelti handa?" Lagi, anak kecil itu gemar menanyai ibunya dengan

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-22
  • Ayah Untuk Anakku   52. Bianglala

    "Jangan melewatkan makan malammu atau kau akan membuat aku mati berdiri oleh ayahmu?" "Katakan padanya, aku sudah berusaha Tapi dia belum sepenuhnya mencintaiku." Gadis itu menarik selimutnya sampai ke atas kepala, dia tidak ingin melihat laki-laki yang seperti mayat hidup dan kaku tersebut tengah berdiri di dekat ranjangnya. "Aku harus apa?" Kembali pria itu memasang raut wajah dinginnya dan bertanya dia harus apa jika sudah begini. "Aku mencintai dua orang laki-laki di saat bersamaan. Tapi, sekarang aku pikir ... mencintai satu saja sudah cukup. Aku ja-" "Kau mencintai Raihan, selamanya akan begitu," potong Yogi dengan cepat. Dia malas mendengar perkataan selanjutnya dari gadis itu. Hatinya sedang lelah untuk memikirkan kisah asmara yang tak kunjung usai. Jihan membuka selimutnya dan menatap Yogi dengan tajam. "Bawa aku pergi, Mas! Aku ingin dinikahi olehmu saja! Aku tidak ingin mencintai mas Raihan terlalu jauh dan pada akhirnya a

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-22
  • Ayah Untuk Anakku   53. Rania dibawa kabur Raihan?

    "Cepatlah, sebelum bianglalanya bertambah kecepatan." Raihan menarik lengan Rania untuk dudu di sampingnya. Dia berjanji, akan membuat ibunya Vano merasa aman. Mau tidak mau Rania berpindah menjadi duduk di sebelah Raihan. Bunanya Vano sekarang sudah masuk ke dalam dekapan lengan Handa Vano. Lega, itulah yang dirasakan wanita dengan lesung pipi yang manis setelah lengan laki-laki kekar itu mengapit tubuhnya, pertanda sedang dilindungi. Ada rasa aman dan tentu dia sangat berterima kasih pada Raihan nantinya. Tiba-tiba, Raihan sedikit menundukkan kepalanya untuk berbicara pada Rania. "Jangan takut, Handa akan melindungi Buna dan Vano," janjinya dengan sebuah usapan lembut di bahu wanita itu. Rania hanya mengangguk pasrah dan menerbitkan senyum manisnya yang kelewat teduh jika diperhatikan. "Terima kasih, Mas." Setelah selesai dengan asiknya bianglala, mereka melanjutkan lagi menjelajahi permainan dan mencoba tantangan baru dari wahana lain. Vano juga membeli banyak mainan dan jajana

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-23
  • Ayah Untuk Anakku   53. Rania dibawa kabur Raihan?

    "Cepatlah, sebelum bianglalanya bertambah kecepatan." Raihan menarik lengan Rania untuk dudu di sampingnya. Dia berjanji, akan membuat ibunya Vano merasa aman. Mau tidak mau Rania berpindah menjadi duduk di sebelah Raihan. Bunanya Vano sekarang sudah masuk ke dalam dekapan lengan Handa Vano. Lega, itulah yang dirasakan wanita dengan lesung pipi yang manis setelah lengan laki-laki kekar itu mengapit tubuhnya, pertanda sedang dilindungi. Ada rasa aman dan tentu dia sangat berterima kasih pada Raihan nantinya. Tiba-tiba, Raihan sedikit menundukkan kepalanya untuk berbicara pada Rania. "Jangan takut, Handa akan melindungi Buna dan Vano," janjinya dengan sebuah usapan lembut di bahu wanita itu. Rania hanya mengangguk pasrah dan menerbitkan senyum manisnya yang kelewat teduh jika diperhatikan. "Terima kasih, Mas." Setelah selesai dengan asiknya bianglala, mereka melanjutkan lagi menjelajahi permainan dan mencoba tantangan baru dari wahana lain. Vano juga membeli banyak mainan dan jajana

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-23
  • Ayah Untuk Anakku   54. Ambisi Renan

    Renan • - Besok aku pulang ke Jakarta, aku harap kau tidak melupakan janjimu, Rania. Aku mencintaimu, kau harus tahu itu - Rania meremat ponselnya saat membaca pesan yang berasal dari Renan. Dia tidak siap bertemu dengan pria itu dalam waktu dekat ini. Jika mereka bertemu, itu akan membuat hati Rania semakin labil dan tidak teguh pada pendiriannya. Dia berniat ingin menjauh saja dari kehidupan Renan mulai saat ini. Niatnya, tidak ingin merepotkan laki-laki itu. Rania • - Terserah. Jangan menemuiku lagi, Ren. Aku rasa kita tidak perlu melanjutkan apa yang baru kita mulai, cukup sampai disini saja. Kau, carilah kebahagianmu dan wanita yang tentu jauh lebih sempurna dariku - Renan • - Apa yang kau katakan? Jangan mengacaukanku lagi, Rania. Aku tidak ingin mengetahui omong kosongmu itu. Aku tetap akan kembali menemuimu - Setelahnya, Rania tidak menjawab pesan dari Renan lagi, memilih mendiamkan saja. Dia fokus pada pekerjaannya sekarang, tangannya lihai memasak makanan untuk tamu pe

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-23

Bab terbaru

  • Ayah Untuk Anakku   121. End

    "Eunghh- eohh!" Alvaro tampak akan menangis saat melihat wajah ayahnya. Tangan mungilnya terkepal saat sedang ingin dimandikan oleh nininya. "Renan," tegur Hani karena Renan terus melakukan permainan cilukba pada Varo. "Cilup, baaaaa," goda Renan lagi sambil membuka tutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. "Eungg- eoh- engg engg." "Renan! Anakmu ini masih berumur 14 hari! Belum bisa diajak bermain peek a boo!" marah Hani karena Renan tidak mengindahkan nasehatnya sejak tadi. "Uhuuuu, nini Varo suka malah-malah, ya sayang …," kilah Renan sambil menciumi perut Varo yang menggemaskan. "Eunghhh eohh," respon Varo dengan suara khas anak bayinya. "Kau menggoda cucuku terus. Bunanya sedang makan di dalam kamar, jika dia menangis kau sendiri yang akan membuat buna Varo terhalang untuk mengisi nutrisi di tubuhnya," ucap Hani sambil menjewer telinga Renan. "Aduh duh ... Varo liat ninimu sangat galak pada Handa ...." "Egh," respon si kecil pecah saat melihat handanya di jewer oleh

  • Ayah Untuk Anakku   120. Rania lahiran

    "S-sayang ... apa begitu sakit?" tanya Renan dengan suara yang bergemetaran. Wajahnya penuh keringat dingin dengan pancaran kecemasan yang luar biasa. Apalagi saat Rania berusaha memompa perutnya ke bawah dengan susah payah, semakin Renan tidak tahan untuk menumpahkan air mata pilu. "Euhhh ... huhhhh ... hahhhh!" Rania membuang napas sesuai anjuran perawat. Persalinan ini bukan yang pertama untuknya, sehingga Rania tidak terlalu cemas menjalaninya. Tapi .... Lihat, suaminya. Kaki laki-laki itu menjadi gemetaran dan tidak mampu berdiri lebih lama. Pertama kalinya dia melihat kekaguman luar biasa dari seorang wanita yang sedang bertaruh nyawa untuk melahirkan kehidupan baru. "Ibu tarik napas dan hentakkan ke bawah, pelan-pelan saja. Tidak perlu terburu-buru ...." pinta sang perawat di sisi kiri Rania. Perawat itu sejak tadi menggenggam tangan Rania dan diusap lembut sebagai penenang. "Hmmmmhhhh." Rania menarik napas dalam-dalam. "Haaaaaahhhhhh." "Lagi, Ibu ...." "Huhhhhhh ... hahh

  • Ayah Untuk Anakku   119. Mau lahiran

    Rania masih setia berada di dekapan sang suami pagi itu. Pikirannya masih bercabang akibat kejadian yang menimpanya barusan, tangannya masih terasa lemas dan sedikit bergetar. Sadar akan hal itu, Renan menggenggam telapak tangan istrinya dengan lembut. "Ibu sedang dalam perjalanan kesini, nanti aku antarkan pulang sebelum ke kantor," ucap Renan memulai percakapan lebih dulu. Rania menggeleng. "J-jangan ke kantor, izin saja. Ku mohon ...." Renan menghela napas. "Iya, aku hanya absen sebentar." Laki-laki itu merapikan rambut istrinya yang sedikit berantakan. "Bagaimana perasaanmu, sudah mendingan?" "Masih sedikit nyeri di bagian pantat ...," rengeknya dengan manja, mengadu pada sang suami bahwa tulang pantatnya sedikit sakit. "Nanti, aku oleskan salap pereda nyeri yang diberi dokter tadi." Rania mengangguk dan matanya menjadi lelah seperti ingin tertidur. "Mengantuk ... Buna mengantuk, Handa." "Ayo berbaring, Handa akan membantu Buna berbaring." Renan sudah bersiap untuk melepask

  • Ayah Untuk Anakku   118. Wanita baru?

    "Raihan punya pilihan sendiri, walupun tidak yakin untuk, tapi Raihan akan mencoba ...." Raihan memandang ayah dan bergantian. "S-siapa?" Hani ragu-ragu. "I-itu, sekretaris pribadi Raihan yang baru." Hani merasakan merasakan lega di hati. "Raisya? Yang kemarin siang dokumen ke rumah?" Raihan menggaruk belakang kepalanya, dia menjadi salah tingkah dan malu untuk merespon pertanyaan ibunya. "Tidak apa-apa. Anaknya sopan dan baik seperti Rania. Ayah setuju saja," ucap Haru yang mengerti kegugupan anaknya. "A-ah itu ... Raihan masih tidak yakin apa dia mau menerima Raihan ...." Hani menyentuh punggung tangan Raihan dan diusap lembut. "Berjuanglah, jalanmu lebih mudah sekarang, Nak ...." ungkap Hani menyemangati anaknya. Benar, jalan Raihan sekarang lebih mudah karena tidak ada halangan, tidak seperti dulu banyak penghalangnya antara dia dan Rania. "Terima kasih Ayah, Ibu ... Raihan akan mencoba membuka hati dan berjuang untuk gadis itu." *** Grup Atmadja. "Raisya, apa?" tanya

  • Ayah Untuk Anakku   117. Naik kuda

    Suatu hari di kediaman Renan dengan pemandangan senja yang menyenangkan dari jendela unitnya. "Enan sayang ....." Renan tidak melepaskan penglihatannya dari karikatur superman yang kepala dan tubuhnya secara terpisah. "Buna pasti ada maunya kalau sudah panggil sayang-sayang. Ada apa? Tas gucci lagi? Atau jaket gucci?" "Issss, memangnya Handa merasa diporotin ya kalau Buna minta barang-barang bermerek seperti itu?" Rania berjalan mendekati Renan yang sedang fokus pada karikatur superman tersebut. "Handa bekerja untuk Buna, kenapa Handa harus merasa diporotin? Memangnya kemana lagi uang Handa kalau bukan buat Buna?" Rania berusaha jongkok dan memeluk punggung laki-laki itu. "Buna, si kecil terjepit, apa tidak sesak seperti itu?" "Lembang village. Buna ingin ke lembang village ...." "Mau lihat apa disana? Mending ke kebun binatang, lebih jelas banyak binatang yang bisa dilihat." Rania terus memeluk punggung Renan. "Mau naik kuda, Buna ingin naik kuda di Lembang village." "Loh?"

  • Ayah Untuk Anakku   116. Perkara nafsu

    Renan menjadi diam seribu bahasa. Perkataan Rania sungguh ada benarnya. Setelah menikah, bahkan Rania tidak melakukan apa-apa pun Renan tetap bernafsu. Renan kembali memandang Rania dengan keberanian dan tatapan yang teduh. "A-aku bisa jamin itu, aku tidak akan melakukan sesuatu yang membuatmu khawatir." "Ini sudah sore, kau akan meninggalkan istrimu yang juga sedang hamil demi temanmu itu?" "Buna, tidak. Handa hanya sebentar melihat keadaannya. Hanya sebentar ...." "Ren, tidak bisakah kau mengerti perasaanku sedikit saja?" "Aku tahu aku salah." Rania menarik napasnya dengan dalam, lagi-lagi dia mengalah. "Pergilah, aku tidak melarang. Dari pada bayiku terguncang pertumbuhannya karena aku yang terus-terusan emosi, lebih baik aku diam." Rania menarik gagang pintu kamarnya dan masuk tanpa melihat Renan lagi. "B-buna ...." Stak. Pintu kamar tertutup rapat, bahkan bunyi pintu itu tidak keras. Biasanya orang yang suka emosi akan menutup pintu secara kasar. Yah, Rania membuat seoran

  • Ayah Untuk Anakku   115. Pemotretan Rania

    Slit! Cekrek! Bunyi jepretan tercipta dari kamera seorang fotografer yang sedang mengambil foto seorang Rania Arsita. Di usia kandungannya yang sudah menginjak tiga bulan, Renan masih memperbolehkan Rania mengambil job menjadi seorang model dengan catatan job yang diambil harus di seleksi oleh Renan sendiri. "Tolong, ya, istri saya jangan dipegang-pegang seperti itu," kesal Renan karena seorang model laki-laki tidak sengaja menyentuh bahu istrinya. "Bapam, model kami tidak melakukan pelecehan, kenapa kau sangat sensitif sekali?" "Itu istriku, Nyonya. Di perjanjian kontrak tidak ada aku menyetujui berfoto bersama model laki-laki." Nanda menghela nafas pasrah, sudah dijelaskan berulang kali pada Renan, tapi tetap laki-laki itu bersikukuh tidak mau tahu. "Bapak, sudah saya katakan, foto ini untuk bagian depan sampul majalah brand kami. Tentu istri Bapak akan mendapat gaji lebih karena sudah menerima tawaran untuk menjadi cover majalah kami." Renan tampak kesal dan menautkan kedua

  • Ayah Untuk Anakku   114. Rania hamil

    "Iya, ini sebentar lagi selesai .... sabar dulu, ya," bujuk Rania saat tali baju tidurnya ditarik-tarik oleh Renan. "Tadi sebentar, sekarang sebentar, kapan selesainya, Bun …," rengek laki-laki itu yang berjongkok di bawah untuk memeluki kaki Rania. "Iya, ini Buna belum siap mengetiknya. Handa jangan seperti bayi, ah. Sini duduk disamping Buna." Rania masih terus fokus pada laptopnya, dia mengambil job sebagai model untuk iklan skincare. "Buna lama sekali, kapan akan memulai nananinanya?" "Tidak ada nananina malam ini Handa, Buna sangat lelah." "Seperti orang hamil saja cepat lelah," sindir Renan karena sampai saat ini Rania belum memberitahu tentang testpack itu. Tap! Jari-jari Rania berhenti mengetik saat mendengar ucapan Renan. Lalu, melanjutkan lagi dan pura-pura tidak mendengar apa yang diucapkan Renan barusan. "Ck!" decih Renan, dia berdiri dan menutup laptop Rania paksa. "Selalu tidak ingin memberitahuku duluan, apa kau akan memberitahu pada Jeffrey dulu?" "Apa maksudm

  • Ayah Untuk Anakku   113. Mengunjungi David

    "Kau itu tidak cocok naik bus, cocoknya naik mobil mewah saja," sindir Rania saat melihat wajah Renan sedikit pucat. Laki-laki itu mengatur nafasnya karena merasa mual saat berada di dalam bus tadi. Mereka duduk di bawah pohon di dekat area hamparan tanaman jeruk yang sangat luas. Belum sampai di pemberhentian bus pertama, Renan secara asal memberhentikan sopir karena merasa tidak nyaman berlama-lama di dalam sana. Alhasil, mereka belum sampai menemui David karena daerah agensi Jeffrey cukup jauh dari kepadatan kota Jakarta. Renan menggeser duduknya merapat ke samping istrinya yang sedang mengeluarkan kotak makan. "A-aku bukan tidak bisa naik bus, aku lapar dan menjadi mual mencium aroma bus," adu Renan sambil menyenderkan kepalanya di bahu Rania. Rania membuka kotak nasinya dan memberikan pada Renan. "Ini makan dulu, biar enakan," titahnya agar Renan menuruti. "Suapi, Bunnnnnn …," pintanya karena Rania terlihat asik sendiri dengan kotak makan yang lain. "Uh, manja sekali kau ini

DMCA.com Protection Status