Berita miring segera menyebar karena warga net menyimpulkan lain dari foto yang sudah tersebar ini, tetapi Amelia tidak mengetahui apapun. Namun, tidak sampai satu jam William segera mendapatkan laporan dari Tio. Pria yang notabene mantannya Amelia segera menghubungi. “Sedang apa kamu bersama Amei. Jangan bilang kau mendekatinya!” Darahnya segera mendidih.“Kamu tahu? Di mana kamu?” Tatapan William mengitari persekitarannya.“Aku di rumah. Sial sekali kalau sahabatku sendiri mengincar wanitaku!” rutuk kecil Tio saat menyindir.“Hei, jangan salah paham.” Santai William saat menjelaskan.“Lalu kenapa kalian bisa bersama?”“Katakan dulu, siapa yang memberi tahumu?”“Wajah seorang pria bernama William sudah menyebar di internet, periksa saja!”“Apa!” William segera memutus panggilan untuk memeriksa kabar tentang dirinya. Ternyata benar, wajahnya bersama Amelia dan Kenzo terpampang jelas di sana. “Sialan!”“Ada apa?” Amelia kembali menggendong Kenzo karena putranya sudah kelelahan dan bers
Di ruangan dengan penerangan minim, seorang pria mulai menunjukan reaksinya. Jemarinya bergerak. Erland mulai mendapatkan kesadarannya kembali, tetapi itu tidak bertahan lama dan sayangnya tidak satu pun mengetahui perkembangannya walau seorang perawat sudah mengawasi hampir dua puluh empat jam karena pergerakannya hanya pergerakan tipis dan singkat.Bagaswara sibuk menemani istrinya yang rutin cek kesehatan di rumah sakit terbesar di kota ini. “Bagaimana keadaan istri saya?”“Belum menunjukan perubahan baik,” tutur dokter hingga membuat Bagaswara hanya mendesah pelan.“Bagaimana caranya supaya istri saya kembali normal atau setidaknya segera membaik walau perlahan?”“Hanya waktu yang menjawab, tapi kami akan mengusahakan yang terbaik.”“Baiklah.” Bagaswara tampak sangat tidak bersemangat mendengar kabar istrinya yang selalu tidak memuaskan. Ditambah sekarang William sedang tersandung kasus, dirinya sangat takut hal ini akan semakin memperburuk keadaan Miranda serta keluarganya.Sekem
“Will, jangan mengada-ngada seperti ini.” Bibir Nitara bergetar ketakutan menyaksikan sikap William yang bagaikan orang lain. Tatapan William tidak beralih dari kedua mata indah Nitara yang tidak dapat fokus menatapnya, selalu saja bola mata indah itu bergerak-gerak seolah merasakan sebuah ancaman. “Aku tidak mengada-ngada, Sayang.” Suara bariton William masih sangat sensual. “Will, aku mohon. Kita bisa melakukannya setelah menikah.” Kini, Nitara menunjukan ketakutannya dalam ekspresi bahkan bibirnya memucat. William tidak ingin menerima penolakan, tetapi karena ini Nitara-wanita yang dicintainya maka dirinya memilih mengalah. Perlahan, tubuhnya meninggalkan tubuh indah sang kekasih. “Aku minta maaf.” Pelipisnya dipegangi bersama ekspresi penuh penyesalan. Nitara segera bangkit saat William bergelut dengan penyesalan. “Will, kita pulang saja.” Bibir Nitara masih bergetar. William baru saja memerlihatkan wajahnya lagi, menatap Nitara bersama puing-puing rasa malu. “Iya, Sayang.” Tu
“Mei, apa kamu pernah tidur dengan seorang pria?” pertanyaan Nitara pada Amelia. “Hah, tidur dengan pria!” kaget Amelia saat mendapatkan panggilan telepon dari sahabatnya. Jelas saja pertanyaan Nitara membuatnya berkeringat dingin, “mak-sudnya?” Suaranya mulai gagap. “Aku grogi. Tadi William memintaku tidur dengannya!” ceplos Nitara saat bercerita selayaknya pada seorang sahabat. “O-ya.” Senyuman hambar Amelia yang masih berkeringat dingin. ‘Apa Tara tahu kalau William adalah Erland-pria yang pernah tidur denganku dan memiliki Kenzo?’ “Iya Mei ..., bagaimana ini. Apakah wajar kita melakukannya sebelum menikah, dan apakah William akan benar-benar menikahiku setelah aku memberikan segalanya?” Senyuman Amelia semakin hambar bersama rasa takut. “Tara, kamu bahas apa sih. Kenapa kamu harus menanyakannya padaku. Aku ..., mana tahu.” Senyuman lebarnya tanpa makna apapun selain kegelisahan. “Ini sih menurut pandangan kamu saja. Bagaimana, Mei?” Dari kalimat Nitara, Amelia belum bisa men
Pagi-pagi sekali William membuat keributan di kediamannya yang bak istana. “Pa, tadi William melihat pergerakan jari Erland. Apa ini pertanda Erland akan segera bangun!” Ekspresinya begitu antusias, begitupun Bagaswara padahal beberapa detik lalu dirinya sedang sangat bersedih karena keadaan istrinya yang sulit membaik. “Apa kamu yakin?” pertanyaan memburu Bagaswara. “Yakin Pa. Baru saja William melihatnya.” Tawa bahagia menjadi bagian pelengkap dalam kabar yang dibawanya. Segera, Bagaswara melangkah menuju kamar putra bungsunya. Ditatapnya Erland yang bak malaikat kecilnya dulu, di hari kelahirannya. “Nak, bangunlah, kami menantikan kehadiranmu kembali.” Tatapan penuh harapan Bagaswara, begitupun dengan William. Perawat sedang sibuk mencatat dan mengawasi. Kondisi kesehatan Erland selalu stabil walaupun tubuhnya sudah sangat kurus, terbaring selama dua tahun bukanlah hal mudah, pria ini bertahan menggunakan alat termasuk asupan gizi yang diterimanya, dirinya sudah berjuang sejauh i
Bagaswara mengunjungi King Scorpio, pria hebat ini berpapasan dengan Nitara di lobby maka wanita ini segera menunjukan rasa hormatnya dengan sangat propesional. Bagaswara membalasnya menggunakan anggukan kecil dan senyuman hangat sebagaimana pada seorang menantu. Kini, dirinya menuju ruangan Adhinatha. Amelia menyadari kedatangan Bagaswara kala dirinya mengunjungi salah satu karyawan karena memiliki keperluan. “Ayahnya William di sini, apa William juga?” Embusan udara tipis dibuang. ‘Harusnya papanya William adalah mertuaku dan perusahaan ini bekerjasama dengan besan.’ Amelia melanjutkan aktivitasnya, sedangkan Nitara baru saja kembali. “Eh Mei, kamu di sini,” sapanya. Tempat dirinya bekerja bersatu dengan banyak karyawan. “Iya, aku membutuhkan data,” kekeh Amelia. “Iya sudah, aku kembali ke tempatku dulu,” kekeh kecil Nitara. Beberapa karyawan tetap mencibir Nitara walau mereka sudah mengetahui jika wanita itu adalah calon nyonya besar. “Sudah mendapatkan Tuan William, tidak puas
Doa Amelia terkabul karena William tidak menunjukan batang hidungnya hingga dirinya dan Nitara berlalu. Pria ini bergumam setelah sejak tadi menyaksikan kedua wanita itu terutama Amelia. “Mungkin kamu tidak akan suka melihatku dan Nitara, mungkin kamu akan cemburu karena aku Erland di mata kamu. Aku tidak mau hal buruk terjadi karena cemburu kamu.” William menyuap sangat damai walau hanya sendiri tanpa teman bicara, tetapi itu tidak berlangsung lama karena Tio menemukannya. “Lagi-lagi kencan buta. Mama sangat menginginkanku menikah, padahal sudah aku jelaskan kalau hatiku hanya untuk Amelia.” Curahan kekesalannya. Hari ini Tio menggunakan pakaian formal sama dengan William. Tiba-tiba saja tubuhnya condong ke arah William yang sedang makan dengan santai. “Baru saja aku diangkat jadi CEO, tapi aku yakin ini adalah taktik orangtuaku karena akan menjodohkanku!” “Bukannya bagus. Setelah kamu jadi CEO pasti orangtuamu memberikan jodoh terbaik, sepadan.” Seiringai mengejek William karena di
Amelia tinggal sendiri di dalam ruangannya. “Kalau aku sudah gila, aku akan memaksa William menikahiku demi Kenzo, tapi bagaimana ya, Nitara yang menjadi calonnya William. Andaikan orang asing mungkin aku akan berbuat hal gila!” raungannya karena pikirannya mulai terpengaruh oleh ucapan karyawan yang baru saja bergossip dengan dirinya. Amelia memilih membuka laptopnya untuk mengalihkan pemikirannya tentang William yang mungkin tidak lama lagi akan menikah dengan Nitara. Sebuah data dibukanya, itu adalah laporan yang dikirimkan seorang karyawan yang memiliki jabatan di bidang keuangan. “Tunggu, apa ini, sepertinya sangat janggal!” Terdapat pengeluaran besar dalam beberapa hari padahal dirinya tidak mengadakan program apapun atau bisnis yang melibatkan pengeluaran membengkak. Segera, panggilan mengudara pada bagian keuangan. “Apa maksudnya ini, selama tiga hari pengeluaran perusahaan sebesar ini?” tunjuknya. “Maaf nona, jika tentang itu saya tidak tahu. Karena beberapa hari ke belakang