“Will, jangan mengada-ngada seperti ini.” Bibir Nitara bergetar ketakutan menyaksikan sikap William yang bagaikan orang lain. Tatapan William tidak beralih dari kedua mata indah Nitara yang tidak dapat fokus menatapnya, selalu saja bola mata indah itu bergerak-gerak seolah merasakan sebuah ancaman. “Aku tidak mengada-ngada, Sayang.” Suara bariton William masih sangat sensual. “Will, aku mohon. Kita bisa melakukannya setelah menikah.” Kini, Nitara menunjukan ketakutannya dalam ekspresi bahkan bibirnya memucat. William tidak ingin menerima penolakan, tetapi karena ini Nitara-wanita yang dicintainya maka dirinya memilih mengalah. Perlahan, tubuhnya meninggalkan tubuh indah sang kekasih. “Aku minta maaf.” Pelipisnya dipegangi bersama ekspresi penuh penyesalan. Nitara segera bangkit saat William bergelut dengan penyesalan. “Will, kita pulang saja.” Bibir Nitara masih bergetar. William baru saja memerlihatkan wajahnya lagi, menatap Nitara bersama puing-puing rasa malu. “Iya, Sayang.” Tu
“Mei, apa kamu pernah tidur dengan seorang pria?” pertanyaan Nitara pada Amelia. “Hah, tidur dengan pria!” kaget Amelia saat mendapatkan panggilan telepon dari sahabatnya. Jelas saja pertanyaan Nitara membuatnya berkeringat dingin, “mak-sudnya?” Suaranya mulai gagap. “Aku grogi. Tadi William memintaku tidur dengannya!” ceplos Nitara saat bercerita selayaknya pada seorang sahabat. “O-ya.” Senyuman hambar Amelia yang masih berkeringat dingin. ‘Apa Tara tahu kalau William adalah Erland-pria yang pernah tidur denganku dan memiliki Kenzo?’ “Iya Mei ..., bagaimana ini. Apakah wajar kita melakukannya sebelum menikah, dan apakah William akan benar-benar menikahiku setelah aku memberikan segalanya?” Senyuman Amelia semakin hambar bersama rasa takut. “Tara, kamu bahas apa sih. Kenapa kamu harus menanyakannya padaku. Aku ..., mana tahu.” Senyuman lebarnya tanpa makna apapun selain kegelisahan. “Ini sih menurut pandangan kamu saja. Bagaimana, Mei?” Dari kalimat Nitara, Amelia belum bisa men
Pagi-pagi sekali William membuat keributan di kediamannya yang bak istana. “Pa, tadi William melihat pergerakan jari Erland. Apa ini pertanda Erland akan segera bangun!” Ekspresinya begitu antusias, begitupun Bagaswara padahal beberapa detik lalu dirinya sedang sangat bersedih karena keadaan istrinya yang sulit membaik. “Apa kamu yakin?” pertanyaan memburu Bagaswara. “Yakin Pa. Baru saja William melihatnya.” Tawa bahagia menjadi bagian pelengkap dalam kabar yang dibawanya. Segera, Bagaswara melangkah menuju kamar putra bungsunya. Ditatapnya Erland yang bak malaikat kecilnya dulu, di hari kelahirannya. “Nak, bangunlah, kami menantikan kehadiranmu kembali.” Tatapan penuh harapan Bagaswara, begitupun dengan William. Perawat sedang sibuk mencatat dan mengawasi. Kondisi kesehatan Erland selalu stabil walaupun tubuhnya sudah sangat kurus, terbaring selama dua tahun bukanlah hal mudah, pria ini bertahan menggunakan alat termasuk asupan gizi yang diterimanya, dirinya sudah berjuang sejauh i
Bagaswara mengunjungi King Scorpio, pria hebat ini berpapasan dengan Nitara di lobby maka wanita ini segera menunjukan rasa hormatnya dengan sangat propesional. Bagaswara membalasnya menggunakan anggukan kecil dan senyuman hangat sebagaimana pada seorang menantu. Kini, dirinya menuju ruangan Adhinatha. Amelia menyadari kedatangan Bagaswara kala dirinya mengunjungi salah satu karyawan karena memiliki keperluan. “Ayahnya William di sini, apa William juga?” Embusan udara tipis dibuang. ‘Harusnya papanya William adalah mertuaku dan perusahaan ini bekerjasama dengan besan.’ Amelia melanjutkan aktivitasnya, sedangkan Nitara baru saja kembali. “Eh Mei, kamu di sini,” sapanya. Tempat dirinya bekerja bersatu dengan banyak karyawan. “Iya, aku membutuhkan data,” kekeh Amelia. “Iya sudah, aku kembali ke tempatku dulu,” kekeh kecil Nitara. Beberapa karyawan tetap mencibir Nitara walau mereka sudah mengetahui jika wanita itu adalah calon nyonya besar. “Sudah mendapatkan Tuan William, tidak puas
Doa Amelia terkabul karena William tidak menunjukan batang hidungnya hingga dirinya dan Nitara berlalu. Pria ini bergumam setelah sejak tadi menyaksikan kedua wanita itu terutama Amelia. “Mungkin kamu tidak akan suka melihatku dan Nitara, mungkin kamu akan cemburu karena aku Erland di mata kamu. Aku tidak mau hal buruk terjadi karena cemburu kamu.” William menyuap sangat damai walau hanya sendiri tanpa teman bicara, tetapi itu tidak berlangsung lama karena Tio menemukannya. “Lagi-lagi kencan buta. Mama sangat menginginkanku menikah, padahal sudah aku jelaskan kalau hatiku hanya untuk Amelia.” Curahan kekesalannya. Hari ini Tio menggunakan pakaian formal sama dengan William. Tiba-tiba saja tubuhnya condong ke arah William yang sedang makan dengan santai. “Baru saja aku diangkat jadi CEO, tapi aku yakin ini adalah taktik orangtuaku karena akan menjodohkanku!” “Bukannya bagus. Setelah kamu jadi CEO pasti orangtuamu memberikan jodoh terbaik, sepadan.” Seiringai mengejek William karena di
Amelia tinggal sendiri di dalam ruangannya. “Kalau aku sudah gila, aku akan memaksa William menikahiku demi Kenzo, tapi bagaimana ya, Nitara yang menjadi calonnya William. Andaikan orang asing mungkin aku akan berbuat hal gila!” raungannya karena pikirannya mulai terpengaruh oleh ucapan karyawan yang baru saja bergossip dengan dirinya. Amelia memilih membuka laptopnya untuk mengalihkan pemikirannya tentang William yang mungkin tidak lama lagi akan menikah dengan Nitara. Sebuah data dibukanya, itu adalah laporan yang dikirimkan seorang karyawan yang memiliki jabatan di bidang keuangan. “Tunggu, apa ini, sepertinya sangat janggal!” Terdapat pengeluaran besar dalam beberapa hari padahal dirinya tidak mengadakan program apapun atau bisnis yang melibatkan pengeluaran membengkak. Segera, panggilan mengudara pada bagian keuangan. “Apa maksudnya ini, selama tiga hari pengeluaran perusahaan sebesar ini?” tunjuknya. “Maaf nona, jika tentang itu saya tidak tahu. Karena beberapa hari ke belakang
“Apa kak, tapi ... yang Amei dengar itu punya papa,” kaget dan heran Amelia yang tidak ingin berprasangka buruk karena hanya akan membuat pikirannya tidak tenang. “Benar Mei, itu punya pemerintah yang didedikasikan untuk rakyat. Katanya pemandian itu juga gratis hingga beberapa tahun ke depan,” penjelasan Amanda yang belum menebak dampak dari kesalahpahaman Amelia pada pria kepercayaan Adhinatha. “Kak, bawahannya papa yang bilang pada Amei. Uang perusahaan sudah keluar sangat banyak. Bagaimana ini, ternyata Amei ditipu sama karyawan sendiri!” paniknya hingga titik-titik keringat dingin bermunculan begitu saja. “Tenang Mei, kamu sudah memastikan pada bawahan itu?” “Tidak perlu memastikan lagi kak, orang itu sudah menjelaskan dengan detail. Kak, bagaimana ini. Bagaimana cara Amei mengatasi kebocoran dana dan bagaimana cara Amei memergoki kejahatan orang itu!” Rasa panik semakin berlipat. “Tenang Mei ....” Amanda memberikan segelas air pada Amelia, dirinya menunggu hingga majikannya
Satu jam kemudian, William dan Kenzo tiba di kediaman Bagaswara. Ini adalah pertama kalinya si pria hebat melihat cucunya secara langsung maka rangkulan sayang segera mendekap malaikat kecil. “Kakek sangat merindukan Kenzo.” Kecupan mendarat di pipi si balita. “Syukurnya Amei percaya sama William.” “Harus, bagaimanapun caranya kamu harus membuat Amelia percaya karena Kenzo adalah segalanya untuk Papa sama seperti kedua putra Papa,” pengakuan Bagaswara dengan lantang. “Tapi besok Papa harus mengembalikan Kenzo. William sudah berjanji pada Amelia.” “Tidak!” Bagaswara memberikan jawaban yang sudah mampu ditebak oleh William, tetapi pria muda ini tidak setega itu memisahkan ibu dan anak. “Pa, kalau Kenzo tidak dikembalikan bagaimana jika berdampak buruk. Amelia akan mencari untuk memerjuangkan Kenzo. Amelia akan menggunakan segala cara termasuk menghancurkan pernikahan William dengan Nitara, itu bisa saja terjadi kan, Pa.” Ini adalah kalimat untuk membujuk Bagaswara walau kemungkinan
“Eu ... lumayan. Tidak salah kan, Zeel berdekatan sama tantenya.” Saat ini jantung Amelia mulai tidak tenang karena mungkin dirinya salah telah membicarakan hal ini dengan Erland. “Tidak, tidak salah sama sekali. Yang salah adalah jika terlalu dekat. Jangan sampai Zeel menganggap Tara sebagai ibunya. Kamu tahu sendiri seorang bayi akan mengenali aroma ibunya, jika Tara terlalu dekat dan sering berdekatan dengan Zeel bukankah ada kemungkinan Zeel akan nyaman dengan tubuh Tara dan salah mengenali aroma tubuh tantenya sebagai aroma tubuh ibunya.” Tatapan Erland sangat serius kala membahas hal yang tidak disukainya. “I-ya. Tapi itu tidak akan terjadi.” Senyuman hambar Amelia yang mulai gagap hingga Erland mampu membaca hal tidak beres, tetapi dia tidak akan menginterograsi Amelia karena tidak seharusnya seorang istri yang telah melahirkan anak-anaknya mendapatkan pertanyaan memojokan. Justru Erland memberikan kecupan hangat di dahi Amelia. “Beristirahatlah ..., tapi aku tinggal sebenta
Amanda kembali pada Amelia, tetapi tidak mengatakan apapun walaupun mungkin keputusannya kurang tepat. “Kak?” sapa Amelia yang melihat kebingungan di wajah Amanda, “ada apa? Kakak lagi bingung ya, kenapa? Eh, tapi bukan Amei mau ikut campur ya Kak. Hihi ... tapi Kakak bisa berbagi apapun kok sama Amei. Jangan sungkan.”Amanda mendesah. “Iya, ada hal yang membuat Kakak bingung. Apa itu terlihat sangat jelas?” Bukan hanya raut wajahnya saja yang mengatakan isi hatinya, tetapi juga tatapan matanya.Amelia terkekeh sebelum berkata, “Iya Kak, terlihat sangat jelas. Apalagi kita sudah sangat dekat, jadi sepertinya Amei bisa melihat hal sekecil apapun dari Kakak. Hihi ....” Kekeh kecilnya ditambahkan, kemudian memandangi Amanda penuh peduli, “Apa itu, Kak? Cerita saja sama Amei. Jangan sungkan.”Amanda kembali mendesah. “Itu ... tentang hal besar Mei. Kakak masih memikirkannya karena Kakak tidak yakin apa prasangka Kakak benar. Tapi ... Kakak rasa memang benar.”“Ikuti saja kata hati Kakak,
Saat ini Nitara sedang menyaksikan Amelia saat bersama dengan Grizelle. Miranda sudah turun lebih dulu, tetapi wanita ini ingin menyaksikan malaikat kecil dari atas sini karena wajahnya begitu manis dan cantik dengan sentuhan kehangatan. Dia menilai jika bayi perempuan itu akan tumbuh menjadi manusia yang sangat ramah. “Sayang ...,” panggilan Miranda saat beberapa anak tangga sudah dipijaknya seiring menggendong Galaxy. “Eu-iya Ma.” Nitara segera bergegas menuju punggung Miranda. Tangga rumah ini cukup luas, bisa langsung dipijak tiga sampai empat orang sekaligus, hanya saja Nitara tetap ingin berada di belakang mertuanya dibandingkan di sisinya supaya tetap dapat menyaksikan wajah Grizelle. ‘Andai kamu menjadi anakku. Bagaimanapun caranya, jadilah anakku.’Kini, Nitara dan Miranda sudah bergabung dengan Amelia dan Sopia yang asik mengasuh Grizelle. Saat Galaxy tiba, tentunya semua orang merasa lebih bahagia. Saat ini Sopia menyisipkan kata pamitannya pada sang besan. “Saya akan pu
Saat ini hati Cristy bergetar, entah mengapa?“Astaga ... sepertinya karena aku sering bertemu Tio jadi sekalinya tidak bertemu akhirnya seperti ini. Aku memikirkannya. Ck!” Cristy tidak menyukai perasaan seperti ini, tetapi terpaksa harus menjalaninya karena sudah menjadi ketentuan alam. Wanita ini sedang merias bunga kertas di rumahnya untuk nantinya sekalian dijajakan di butik. “Tio bisa melibatkanku dalam acara amalnya, tapi aku tidak mau bukan tidak bisa melibatkan Tio dalam kegiatanku, biarkan saja dia beristirahat di masa pemulihannya.” Udara panjang dibuang.Namun, karena isi kepalanya sering mengarah pada Tio akhirnya Cristy mencoba menghubungi saat menuju butiknya. “Hi, apa kabar hari ini?” kekeh kecilnya.Di luar dugaan Cristy, karena Tio terkekeh ceria, “Aku suka mendapatkan panggilan darimu. Jadi sudah dapat disimpulkan jika aku baik-baik saja.”“Ayolah ... yang serius, jangan menggoda. Bukan waktunya!” Cristy tidak luluh karena saat ini dia sedang ingin mendengar kabar p
Bibi tidak meninggalkan kamar Amelia karena Kenzo asik bermain mobilannya di sana. Maka, saat Amelia menyelesaikan mandinya wanita ini kembali bertemu dengan anak sulungnya. “Kenzo lagi apa ... Mama jemput Zeel ya sebentar biar kalian main berdua,” kekeh bahagianya karena kehidupannya penuh warna dan cerita. Amelia segera menuju anak keduanya setelah wanita ini membersihkan diri, tetapi dia belum memompa asi, lagipula Grizelle barusaja menyusu pada Nitara, asinya juga belum terkumpul banyak, terlalu tanggung jika harus dipompa sekarang. Di ambang pintu, dia kembali menyaksikan jika Nitara bersenandung untuk putrinya walaupun Grizelle terlelap sangat nyenyak. Senyuman melengkung. “Sesayang itu Tara sama Zeel ....” Amelia merasa sosok Nitara tidak akan ditemuinya pada diri orang lain. Saat ini Galaxy menangis, maka Nitara segera menyuruh babysitter menggendong putranya sekalian menghangatkan susu. Saat ini Amelia sedikit keheranan karena seharusnya Galaxy bisa menyusu langsung pada ib
Bibi menghampiri Amelia yang sedang bersiap-siap mandi sekalian memompa asi. “Non, sedang sibuk?” tanya santai wanita ini seiring menuntun Kenzo masuk ke dalam kamar Amelia.“Tidak Bi, ada apa, Kenzo rewel mau sama Amei?” tebak Amelia karena bibi tiba bersama putranya walaupun itu tidak aneh, Kenzo adalah tanggung jawab bibi selama dirinya dan keluarganya tidak dapat memerhatikan malaikat kecil satu ini. “Tidak Non. Bibi hanya mau bicara sebentar, apa Non Amei ada waktu?” Sedekat apapun wanita ini dengan nyonya muda Amelia, dia tetap harus mengingat posisinya, dan walaupun dirinya mendapatkan kepercayaan penuh menjaga Kenzo. Maka, sikapnya tidak pernah berlebihan, selalu di dalam batas. “Silakan, Bi ....” Amelia tidak akan pernah menolak kehadiran wanita itu. Maka, kini keduanya duduk bersebelahan di atas sofa yang sama, sedangkan Kenzo anteng bermain di karpet empuk di dekat kaki ibunya. Tidak lupa, wanita ini menjamu bibi. Jadi, keduanya meminum teh bersama. “Apa yang akan bibi bi
William dan Erland tiba bersamaan ke kediaman Bagaswara. Keduanya membawa makanan buah tangan dari restoran milik Tio hingga Amelia dan Nitara antuasias menyambut karena sudah cukup lama keduanya tidak merasakan cita rasa menu dari restoran berbintang itu. “Aku rasa Tio sukses mengguncang dunia kuliner,” kekeh Erland saat berkelakar. Amelia segera menyahut saat menyuap, “Memangnya kenapa, apa restoran Tio menjadi sangat viral?” Kekeh ditambahkan. “Aku rasa hanya Tio yang mengadakan acara amal di restoran. Itu sangat bagus, gerakan yang dilakukannya sangat bermanfaat untuk banyak orang. Apalagi untuk orang-orang jalanan karena Tio tidak pandang bulu saat memberi,” penjelasan terperinci diberikan Erland bersama pujiannya. “Ya, itu bagus sekali.” Pun, Amelia melanjutkan kalimat pujian suaminya, tetapi saat ini terdapat tatapan tidak suka Sopia.‘Kamu ini Mei. Memuji mantan pacar di hadapan suami!’ Ingin sekali segera menyampaikan kalimat itu, tetapi suasana makan tidak boleh dirusak
Sopia barusaja kembali pada sore hari karena kegiatannya hari ini bukan hanya bertemu dengan ibunya Tio saja. Wanita ini menceritakan aksi sosial pemuda itu pada Amelia, tetapi bukan berarti mengagumi, dirinya hanya merasa heran karena Tio membagikan makanan gratis sebanyak itu. Maka, Amelia menyahut sesuai dengan pandangannya. “Bagus kan, Ma. Lagian tidak aneh kok Tio berbagi. Dari dulu Tio memang begitu. Cuma yang Amei tahu tidak sebanyak dan sebesar itu sikap sosialnya.” “Sayang sih kalau menurut Mama. Terlalu mubajir.”“Ya ampun Ma ... tidak ada kebaikan yang mubajir.” Bukan mencerami ibunya, Amelia hanya sedang mengingatkan.Namun, pembahasan Sopia beralih. “Mama jadi khawatir pada pemuda itu. Bukan Mama menyumpahi, hanya saja apakah usianya masih panjang?” ceplosnya bersama keraguan karena kalimatnya cukup kasar.“Ish, Mama. Jangan bilang begitu dong!” Tentu saja Amelia langsung memerotes.“Tiba-tiba saja Mama kepikiran kesana saat mamanya Tio bercerita.” Sopia sudah bisa mene
Acara amal yang diselenggarakan Tio berlangsung sangat lancar, banyak sekali peminat, tetapi semuanya berbaris dengan rapih bahkan tidak sedikit orang yang tidak mendapatkan meja, maka pihak restoran mengemas makanannya dengan sangat rapih.Cukup lama Sopia berada di sana karena ibunya Tio mengajaknya berbicara ini dan itu termasuk menanyakan Amelia, “Bagaimana kabar Amei sekarang dan anak keduanya?”“Baik-baik saja ... Grizelle tumbuh dengan pesat,” kekeh bahagia Sopia.“Syukurlah ... saya ikut senang mendengarnya.”“Sudah beberapa hari ini Amei dan Grizelle tinggal di kediaman mertuanya, jadi kali ini saya dan suami menginap untuk melepas rindu pada kedua cucu kami,” kekeh bahagia Sopia lagi.“Pasti kalian tidak dapat berjauhan dengan cucu,” kekeh wanita ini, “andai Tio sudah menikah, kami juga akan menimang cucu,” desahnya kemudian.Sopia tersenyum kecil. “Mungkin tidak akan lama lagi.”Saat ini tanpa sengaja Jesica mendengar kalimat ibunya. Maka hatinya kembali bersedih. ‘Kalau ka