“Tidak perlu. Aku akan menanganinya sendiri!” tolak tegas Erland walaupun belum tentu William mendengarkan, tetapi seharusnya saudaranya tidak melakukan apapun pada Emliy toh dia tidak terlibat dalam masalah ini. William bangkit dari duduknya. “Baiklah. Good job!” Senyumannya memang mengandung banyak sekali dukungan, hanya saja membuat Erland grogi.“Semoga saja William tidak melakukan apapun pada Emily,” ucap Erland saat saudara kembarnya telah berlalu.Di sisi lain, Emily menemui kediaman Cristy yang barusaja direnopasi. “Astaga ... untung keuangan kamu mendukung. Yang paling pasti sih untung mental kamu kuat,” kekeh wanita ini tidak dapat ditebak oleh Cristy apakah sedang memuji atau mengejek. “Ada apa?” Cristy segera meluncurkan pertanyaan saat Emily masih berada di ambang pintu.“Ah iya!” Emily segera bereaksi seolah mengingat sesuatu, tetapi sebelum menyampaikannya dia meminta masuk ke dalam rumah milik Cristy dengan manja. Maka, Cristy memersilakan wanita itu menginjakan kaki
Saat ini handphone milik Emily berdering, sebuah nomor asing masuk, tetapi dia tetap menyambungkan panggilan masih dengan nada mendayu. “Ya, siapa ya ....” “Aku!” Datar Erland. Suara yang diperdengarkannya hanya seperti ini, tetapi Emily langsung mengenali si peneleponnya. “Erland!” Antuasiasnya meletup-letup.“Aku ingin bicara!” Dingin dan datar Erland, tetapi suaranya selalu memberikan kebahagiaan untuk Emily apalagi raganya. “Ya, tentu!” jawab Emily masih dengan antuasias.“Temui aku di cafe.” “Aku akan segera tiba!” Emily segera meluncur ke cafe yang disebutkan oleh Erland hingga tidak berapa lama dirinya segera tiba. Erland sudah di sana, duduk menantinya. Maka, senyuman wanita ini mengembang. “Ada apa?” Tiba-tiba saja sikapnya berubah anggun dan malu-malu.Erland memandang datar dan dingin ke arah Emily yang duduk di hadapannya. “Polisi meminta izin padaku agar mengusut kasus bom palsu di perusahaan milikku. Aku bisa menyebutkan namamu kapanpun aku mau. Jadi jangan sesekali
Selesai makan malam, Erland menggendong Kenzo menuju ke kamarnya sekalian menggiring Amelia. Namun, sebelum beristirahat keluarga kecil ini menjemput bayi mereka terlebih dahulu. “Bi, apa Zeel menangis?” tanya Amelia saat melihat Grizelle yang masih terlelap.“Tidak, Non ...,” jawab bibi bersama senyuman, “Zeel sangat anteng. Tadi bibi juga sudah memeriksa popoknya, ternyata belum basah.”Namun, Amelia mengerutkan dahinya. “Tapi kain bedongnya seperti sudah diganti Bi. Tadi pakai warna hijau loh.”“Masa iya, Non?” Kini bibi yang mengerutkan dahinya, “sejak tadi bibi tidak meninggalkan Zeel. Eu ... apa mungkin non Tara sudah mengganti popoknya ya. Tadi sebelum non Tara menyusul ke ruang makan, non Tara lama di sini, sedangkan bibi mengasuh Kenzo.”“Sepertinya iya, Tara yang sudah mengganti popok Zeel.” Amelia menunjukan senyuman penuh syukur karena kasih sayang Nitara pada putrinya, kemudian berkata santun pada bibi yang selalu menemaninya sejak kelahiran Kenzo, “terimakasih ya Bi ...
Amelia menyegerakan membawakan pakaian untuk Grizelle. “Tidak perlu digendong ... nanti juga nangisnya berhenti sendiri, Zeel tidak pernah menangis lama.”“Kasihan ... Zeel kedinginan.” Pelukan Nitara sangat tulus, tetapi dia masih mengabaikan Galaxy. Amelia segera meraih Grizelle dalam pangkuan iparnya. “Kasihan Galaxy menangis, mungkin cemburu,” kekehnya saat berkelakar. Ketika Grizelle sudah berada dalam pangkuan Amelia, barulah Nitara menyadari keberadaan Galaxy hingga bayinya diraup penuh kasih sayang serta penyesalan. “Maaf ya, Sayang ....” Kalimat Nitara yang mewakilkan semua kelalaiannya. Saat ini Amelia melirik sesaat pada Nitara, tidak ada yang aneh apalagi saat wanita itu memainta maaf pada putranya maka hingga saat ini dia tidak tahu jika iparnya telah tenggelam pada putrinya. Selama Amelia memakaian baju pada bayinya, Nitara memerhatikan Grizelle seiring menyusui Kenzo. “Apa Zeel pernah mencakar pipinya?” pertanyaan pertama Nitara. Amelia melirik saat memberikan jawab
Jawaban Tio bukanlah jawaban, tetapi peringatan hingga Cristy bungkam selama beberapa saat. Lalu melanjutkan pertanyaan karena penasaran pada alasan si pria, “Kenapa?”“Seharusnya kamu tidak perlu bertanya kenapa. Sudah jelas kan, kalau aku ingin selalu melihat Amei tersenyum. Amei bahagia dengan Erland, apalagi ada anak-anak di tengah-tengah mereka, aku tidak ingin siapapun menghancurkan kebahagiaan Amei!” tutur tegas Tio disertai dengan pengakuan.Cristy membuang udara cukup panjang. ‘Aku mencintai orang yang tidak boleh aku cintai. Ternyata ... kamu juga melarangku!’Kini, Cristy kembali mengajukan pertanyaan sensitif, “Apa sampai detik ini kamu masih mencintai Amei?”“Tidak!” jawaban tegas dan lugas Tio.“Heuh!” Cristy mengerjap mendengar jawaban Tio yang seakan mustahil.“Level perasaanku sudah melebihi dari sekedar cinta,” penuturan Tio dengan santai, “tapi aku juga tidak tahu apa itu, hanya saja aku akan membahagiakan Amei dengan cara apapun termasuk membiarkannya bahagia denga
Nitara barusaja menyusul bersama Galaxy. “Mei, sedang apa? Tadi aku ke kamar kamu, tapi kamu tidak ada, ternyata di sini,” kekeh kecil Nitara.“Aku sedang mengasuh Zeel, takutnya bosan kalau terus di kamar.”“Iya sih, gerah juga kan karena udara kamar biasanya lebih hangat dari ruangan lain walaupun sudah pakai ac dan membuka jendela,” sahut hangat Nitara.“Begitulah ...,” kekeh kecil Amelia. Saat ini Nitara mengganti saluran.“Aku sedang mencari acara musik. Aku sedang ingin mendengarkan musik,” ungkap Nitara saat tanpa ragu mengambil alih remot tv, tetapi Amelia memang tidak keberatan toh tidak ada acara khusus yang sedang disaksikannya. “Mungkin kita harus mendengarkan lagu santai, bermanfaat juga buat Galaxy sama Zeel,” saran Amelia. “Aku akan mencarinya.” Saat ini Nitara memang sudah menguasai gaya hidup berkelas. Televisi adalah hal mudah, semua peralatan canggih di rumah ini sudah dia kuasai walaupun tidak ada alat semacam itu di rumahnya bahkan hingga saat ini karena Sania d
Di ruangan lain, William juga melarang Nitara untuk hamil di waktu dekat. “Kamu harus melakukan pemulihan secara maximal walaupun misalnya dokter mengizinkan untuk hamil. Aku tidak mau akhirnya kamu merasakan efek samping, apalagi kalau misalnya akhirnya kasih sayang kita terbagi begitu cepat pada adiknya Galaxy.”Nitara tidak keberatan sama sekali pada keputusan William. “Baiklah, kita sayangi Galaxy tanpa harus terbagi dengan adiknya.”“Iya, Sayang ....” William memberikan pelukan hangat nan penuh kasih sayang. ‘Bukannya aku tidak mau memberikan Galaxy seorang adik, hanya saja keadaan Galaxy membutuhkan kasih sayang dan perhatian penuh. Aku tidak mau akhirnya Galaxy merasa kurang disayangi karena mungkin anak kita akan berpikir semuanya karena keadaan fisiknya. Apalagi jika fisik adiknya normal. Biarkan saja Galaxy merasakan kebahagiaan menjadi anak satu-satunya hingga dia sendiri yang meminta seorang adik.’William mencoba merasakan isi hati putranya, maka mungkin itu yang dirasaka
Bukan hanya William saja yang mengkhawatirkan keadaan Galaxy di masa depan, tetapi Nitara juga. Apalagi wanita itu adalah orang yang melahirkan sang buah hati, tentu saja rasa cemas yang bersemayam dalam dadanya melebihi William. Hanya saja wanita ini tidak mengungkapkannya karena terlalu takut akan mempengaruhi pola pikir otaknya dengan sugesti dirinya sendiri, apalagi jika mendengar kata orang. Nitara tidak akan menyukai hal seperti itu. Saat ini Galaxy dan Grizelle akan mengunjungi posyandu di daerah setempat. Ini adalah lingkungan elit, maka tentu saja anak-anak yang hadir adalah keturunan keluarga berkelas. Ini adalah pengalaman pertama Nitara akan bertatap muka dengan para ibu-ibu istri dari suami mereka yang bergelimang harta. Maka untuk menjaga nama William, dia memakai pakaian terbaik walaupun semua sandang miliknya adalah yang terbaik. “Ma, Tara sudah siap.” Senyuman indah nan manis dipasang.“Ya Tuhan ... cantik sekali menantu Mama,” pujian Miranda yang justru berpakaian b