William sudah menduganya jika suatu hari nanti Erland akan menanyakan wanita yang pernah one night stand dengannya. “Jadi kau sudah mengingat wanita itu?” Senyuman tipisnya yang dipenuhi banyak makna karena bayangan Amelia menyeruak sangat sengit.“Iya, semalam aku mendapatkan ingatan tentang wanita itu.” Embusan udara dibuang Erland, “sebenarnya aku lelah dengan keadaan ini karena aku harus mengingat semuanya perlahan.” Ini adalah salah satu dampak dari komanya selama dua tahun, tetapi bukan berarti Erland menjadi seseorang hilang ingatan. Mungkin karena komanya terlalu ekstreme, memakan waktu tahunan.“Tidak masalah, jangan dijadikan beban. Banyak hal yang terjadi selama dua tahun ini, alangkah baiknya kamu mengingat hal sebelumnya dibandingkan melihat yang sekarang.” Kalimat bijak William untuk memberikan support pada kesehatan saudara kembarnya.Erland mencerna kalimat William karena memang kalimat itu sangat tepat untuknya kini. “Jadi bagaimana dengan wanita itu? Aku tidak berhas
Nitara baru saja berhasil menemukan suaminya, secangkir kopi sudah mengisi nampan tetapi ternyata William tidak sendiri. “Apa yang mereka bicarakan?” Kaca besar itu adalah satu-satunya pemisah antara ruangan tengah dan halaman belakang. Sebenarnya dua hari setelah kembalinya Erland dari koma, Nitara dibuat tidak tenang karena seiring sekali pria itu menatapnya, seolah sangat mengenalnya. Pun, saat ini kedua tangan yang memegang nampan mulai bergetar, wanita ini berbalik. “Semoga saja Erland tidak tahu kalau aku yang menaberaknya.” Bibirnya ikut bergetar maka suaranya tidak stabil.Saat ini punggung Nitara dilihat Erland. “Istri kamu.” Tatapannya segera beralih pada William. Mala, tatapan saudara kembarnya segera mengarah pada Nitara. Senyuman dibentuk.“Mungkin Nitara malu bertemu kamu.”“Sepertinya begitu karena walaupun kami di rumah yang sama, jarang sekali terjadi obrolan,” kekeh Erland saat menyimpan banyak informasi tentang Nitara.William meninggalkan duduknya. “Aku akan menemu
“Kenapa Kenzo sering tantrum?” Suara lembut William saat kedua manik matanya mengarah pada Amelia dengan tatapan senada.“Entahlah, mungkin jarang bertemu kamu.” Terdapat keluhan dalam suara Amelia.“Beberapa hari lalu aku sudah kesini.”“Mungkin Kenzo masih merindukanmu.” Kedua mata indah berbinar Amelia beradu tatapan dengan William kala Kenzo sedang berada dalam pangkuan si pria maka degupan jantung William semakin tidak karuan saja, tetapi dirinya harus menekan perasaan ini dan harus dibuang jauh-jauh dengan segera.“Aku akan lebih sering lagi kesini.” Janjinya dengan gugup.“Iya, terimakasih.” Senyuman manis Amelia yang semakin merasa kagum pada William saat memberikan perhatian pada anaknya yang bukan darah daging si pria, “bagaimana dengan Nitara?”“Tadi kepalanya pusing, wajahnya sampai pucat, tapi bibi mengurusnya sangat baik makannya aku tidak terlalu cemas meninggalkan Nitara.”“Heuh, Nitara sakit? Apa parah?” Sikap Amelia selalu di luar dugaan William karena wanita ini mem
Jantung Bagaswara terasa tertusuk pedang panas yang berhasil membakarnya. Keinginan Erland menikahi Amelia adalah mimpi buruk untuknya karena hingga saat ini di matanya Amelia tetap menjadi sosok yang tidak pantas menjadi anggota keluarga. “Nak, apa kamu yakin akan menikahi wanita itu?” Datarnya.“Tentu. Tapi ..., itu selama Amelia mau bersama Erland. Jika Amelia tidak mau iya sudah Erland tidak akan memaksa.” Terdapat sendu dalam bola matanya yang cekung dan seakan tatapannya selalu kosong sulit mendapatkan fokus, tetapi Bagaswara pikir mungkin itu karena keadaan putranya kini yang sangat kurus.“Apa kamu yakin akan menemukan bahagia jika menikahi Amelia?” Sederet pertanyaan ini sengaja disampaikan Bagaswara untuk mengetahui seberapa besar niat Erland pada Amelia.“Iya, Erland yakin bahagia karena Erland yakin jika Amelia adalah wanita yang sengaja dikirim Tuhan untuk menjadi teman hidup Erland walau mungkin cara kedatangannya berbeda. Tuhan mempertemukan kami dengan cara berbeda den
Saat ini sulit untuk William memberikan alasan logis, tetapi bukan William-si pria hebat jika tidak dapat mengelak dari masalah. “Bukan, Sayang. Gendongan ini punya Kenzo, ternyata tertinggal di kamar Erland. Dulu papa sempat menggendong Kenzo kesini.” Senyuman lebar dipasang, tetapi dibuat sangat meyakinkan karena wajah jujur ikut dalam aktingnya.“Oh ..., tapi tidak seharusnya kamu pakai kan?” Nitara masih merasa heran.“Hm ..., ingin saja.” William segera membelai perut Nitara, “aku mau latihan untuk nanti saat kita punya anak.” Kalimat dan raut wajahnya sangat selaras, sangat teduh dan menyentuh hingga bagaimana bisa Nitara tidak luluh. Jadi, akhirnya William terlepas dari interogerasi istrinya.Sementara, di dalam sana Erland dan Kenzo sedang menghabiskan rindu satu sama lain. Erland bukan orang baru di mata si balita maka mereka akran dengan cepat. Kini, Erland hanya satu-satunya tuan pemilik rumah besar ini saat keluarganya berlalu. Perawat serta pelayan selalu mendampingi, apa
Amelia tidak kaget sama sekali dengan kedatangan Tio yang mendadak, tanpa angin dan badai. Gelas berkaki diraihnya sangat anggun, kemudian memberikan jawaban sangat santai, “Hubungan kami baik-baik saja.” Air jeruk di dalamnya disesap perlahan.“Ternyata aku salah menilai kalian,” kekeh Tio seakan kehadirannya disyukuri, seakan dirinya adalah manusia paling menyenangkan di mata semua orang. Namun, sejurus kemudian pria ini berdeham pelan karena guyonannya tidak ditanggapi, kemudian melambaikan tangan, meminta sebuah jus pada pelayan. Seiring menunggu, basa-basi diperlukan. “Mei, bagaimana kabar kamu hari ini, apa setelah ini kamu ada waktu?”“Setelah ini aku tetap bersama papa. Aku akan kembali ke perusahaan.”“Ah ..., begitu rupanya, jadi intinya hari ini kamu tidak punya waktu senggang.” Tio mengusap-usap dagunya. Wajah dan penampilannya memang tidak buruk, setidaknya itu adalah penilain para wanita yang pernah terlibat kencan buta dengannya, kumpulan wanita yang ditolak mentah-ment
Satpam diperintahkan untuk tidak memberi tahukan informasi apapun tentang Erland, mereka juga mendapatkan tugas supaya Kenzo tetap berada di dalam area tanpa boleh disentuh orang luar kecuali Amelia. “Iya, balita itu bernama Kenzo.”“Saya harus menemui cucu saya. Kenapa Kenzo bisa bersama pria yang tidak bisa berjalan!” cemas Sopia hingga dirinya ingin menelesup lewat celah dua orang bodyguard itu tetapi jelas usahanya gagal.“Maaf Nyonya. Tuan dan nyonya besar sedang tidak di tempat, kami tidak bisa meloloskan siapapun.” Santun satpam, tetapi tetap bersama sikap tegas.“Tapi yang di dalam itu cucu saya. Dan kalian sangat tidak sopan menahan saya di sini, saya besannya nyonya Miranda dan tuan Bagaswara!” lantang Sopia. Namun, sayangnya tidak satu pun dari pria ini yang percaya karena yang mereka tahu besan tuan dan nyonya besar hanya orangtuanya Nitara, sedangkan pernikahan William dan Amelia tidak bocor pada siapapun termasuk satpam.“Maaf Nyonya, jika Nyonya ingin menemui tuan dan n
William adalah orang yang senyumannya paling cerah. “Tara, kamu hamil?”“Eu, entahlah ....” Nitara tidak dapat memberikan jawaban pasti karena alasan tidak nafsu makannya karena perang dingin dengan Erland, tetapi andaipun benar hamil dirasa tidak aneh karena sudah beberapa bulan mereka menikah.“Besok kita periksa, ya.” Senyuman William semakin cerah merona saja.“Iya ....” Malu Nitara bersama ketidak yakinan. Adhinatha dan Miranda dibuat sangat bahagia andai menantunya hamil dengan cepat, tetapi lain halnya dengan Erland.‘Aku bahagia saat saudaraku bahagia, tapi haruskan kamu mendapatkan seorang anak dari wanita jahat?’Malam ini semua orang sangat bahagia kecuali Erland dan Nitara dengan alasan berbeda. Namun, setidaknya Erland dapat menemukan kebahagiaannya kembali saat bermain dengan buah hatinya dan tidur bersamanya.Keesokan paginya, seperti biasa Nitara dan William hendak pergi ke perusahaan, tetapi sayangnya kali ini Miranda tetap berada di rumah maka Kenzo tidak dapat disem