Sopia merasa pembahasan ini menjadi sendu dan dia merasa telah salah bicara, maka secepatnya dihentikan. “Mama doa kan yang terbaik buat Amei dan Kenzo.” Senyuman hangatnya. Kini, dirinya memulai topik baru, tentu saja dengan lebih hati-hati supaya tidak melakukan kesalahan untuk kedua kalinya.Acara makan malam sangat hangat dan lancar, tawa selalu menjadi bahan kedua dalam komposisi kebahagiaan mereka. Kini, Kenzo sudah terlelap maka Amelia berpamitan terlebih dahulu. Namun, Sopia segera menyusul beberapa menit kemudian karena dirinya takut putrinya akan kembali berbicara dengan bibi. “Mei, kalau malam Kenzo menangis kamu boleh bawa Kenzo ke kamar mama sama papa.”“Iya Ma, tapi Amei selalu bisa mengatasi Kenzo.” Senyuman kecilnya.“Hm, kamu memang ibu yang sempurna buat Kenzo.” Tatapan Sopia kembali menggoreskan rasa iri karena sedekat ini Amelia dengan anaknya, berbeda dengan dirinya yang ternyata tidak bisa sedekat itu dengan putrinya sendiri. “Mei, ajarkan Mama menjadi orangtua y
Tanpa sengaja Tio memasuki ruang perawatan Erland hingga dirinya mengetahui kenyataan ini. Langkahnya semakin masuk saja hingga kakinya berpijak tepat di sisi tempat tidur si pria. “Apa yang terjadi? Aku kira kamu sedang di luar negeri.” Raut wajahnya memucat perlahan hingga hampir sama dengan warna wajah Erland, “kau sangat kurus, sejak kapan terbaring seperti ini. Sepertinya ... sudah lama, kan.”Namun, Tio tidak dapat memercayai pemandangan mengerikan ini, dia pikir mungkin efek minuman keras masih banyak tertinggal hingga menimbulkan imajinasi.Plak!Pipinya ditampar cukup keras hingga menimbulkan sedikit bekas kemerahan. “Aku tidak sedang bermimpi!” Tetapi karena keadaan Erland sangat mengerikan, Tio masih mencoba menyangkal penglihatannya. Dikuceknya kedua mata dengan kasar, tetapi pemandangan itu tidak hilang sama sekali hingga dirinya tersungkur sangat kaget. “Jadi itu benar kamu, Erland!” Udara yang keluar dari mulutnya sangat dingin padahal udara di ruangan ini cukup hangat.
“Tio sudah diatasi, Papa tenang saja.” Kalimat yang disampaikan William saat dirinya kembali.“Bagus. Pastikan juga mulutnya terkunci.”“William sudah memastikannya.” Pria ini segera menemui istrinya yang sedang mengaduk makanan di dapur. “Sayang, kenapa memasak? Sudah banyak asisten di sini.”“Aku mau membuatkan sesuatu buat kamu, papa dan mama. Sejak aku menikah denganmu, aku belum melakukan apapun.”William tersipu. “Baiklah, buatkan sesuatu pasti papa dan mama akan semakin bangga mempunyai menantu seperti kamu.” Kecupan didaratkan sebelum berlalu.Namun, saat Nitara telah menyelesaikan menu, Amelia menghubungi William, mengatakan jika Kenzo sedang tantrum. “Aku minta maaf karena meneleponmu di jam-jam tidak tepat. Tapi aku, mama dan papa tidak bisa menangani Kenzo, lalu mama menyarankan untuk memanggil kamu kesini mungkin pertemuan kalian bisa menenangkan Kenzo ....”“Harus sekarang, Sayang?” William telah salah bicara karena memanggil Amelia dengan sebutan sayang. Saat ini wanita
Maka malam ini Erland bermalam di dalam kamar saudara kembarnya. Dirinya hanya duduk di atas sofa seiring menahan rasa kantuk yang sesekali menyerang, sedangkan perawat dan beberapa pelayan bergantian tidur dan terjaga. “Aku tidak tahu apakah ini awal dari kembalinya Erland ataukah ....” Selain memikirkan kemungkinan baik, dalam benak William juga terdapat kemungkinan paling buruk yang sangat keluarganya takuti. Secepat kilat pria ini menggelengkan kepalanya, “tidak! Kamu baik-baik saja Erland, kamu akan bangun dan menjadi Erland yang dulu!” Optimis ditanamkan.Tepatnya pukul dua pagi seuatu terjadi dan hampir saja tidak disadari karena saat ini William lengah, dirinya baru saja beranjak dari duduknya menuju kamar mandi, tetapi seorang pelayan menyuarakan rasa kaget luar biasa. “Tuan Erland!” Sontak, suara itu menyita perhatian William hingga dirinya memutar leher dengan cepat ke arah sumber suara.Kedua mata hitam legam milik seorang William membelalak kala menatap sepasang mata sayu
William sudah menduganya jika suatu hari nanti Erland akan menanyakan wanita yang pernah one night stand dengannya. “Jadi kau sudah mengingat wanita itu?” Senyuman tipisnya yang dipenuhi banyak makna karena bayangan Amelia menyeruak sangat sengit.“Iya, semalam aku mendapatkan ingatan tentang wanita itu.” Embusan udara dibuang Erland, “sebenarnya aku lelah dengan keadaan ini karena aku harus mengingat semuanya perlahan.” Ini adalah salah satu dampak dari komanya selama dua tahun, tetapi bukan berarti Erland menjadi seseorang hilang ingatan. Mungkin karena komanya terlalu ekstreme, memakan waktu tahunan.“Tidak masalah, jangan dijadikan beban. Banyak hal yang terjadi selama dua tahun ini, alangkah baiknya kamu mengingat hal sebelumnya dibandingkan melihat yang sekarang.” Kalimat bijak William untuk memberikan support pada kesehatan saudara kembarnya.Erland mencerna kalimat William karena memang kalimat itu sangat tepat untuknya kini. “Jadi bagaimana dengan wanita itu? Aku tidak berhas
Nitara baru saja berhasil menemukan suaminya, secangkir kopi sudah mengisi nampan tetapi ternyata William tidak sendiri. “Apa yang mereka bicarakan?” Kaca besar itu adalah satu-satunya pemisah antara ruangan tengah dan halaman belakang. Sebenarnya dua hari setelah kembalinya Erland dari koma, Nitara dibuat tidak tenang karena seiring sekali pria itu menatapnya, seolah sangat mengenalnya. Pun, saat ini kedua tangan yang memegang nampan mulai bergetar, wanita ini berbalik. “Semoga saja Erland tidak tahu kalau aku yang menaberaknya.” Bibirnya ikut bergetar maka suaranya tidak stabil.Saat ini punggung Nitara dilihat Erland. “Istri kamu.” Tatapannya segera beralih pada William. Mala, tatapan saudara kembarnya segera mengarah pada Nitara. Senyuman dibentuk.“Mungkin Nitara malu bertemu kamu.”“Sepertinya begitu karena walaupun kami di rumah yang sama, jarang sekali terjadi obrolan,” kekeh Erland saat menyimpan banyak informasi tentang Nitara.William meninggalkan duduknya. “Aku akan menemu
“Kenapa Kenzo sering tantrum?” Suara lembut William saat kedua manik matanya mengarah pada Amelia dengan tatapan senada.“Entahlah, mungkin jarang bertemu kamu.” Terdapat keluhan dalam suara Amelia.“Beberapa hari lalu aku sudah kesini.”“Mungkin Kenzo masih merindukanmu.” Kedua mata indah berbinar Amelia beradu tatapan dengan William kala Kenzo sedang berada dalam pangkuan si pria maka degupan jantung William semakin tidak karuan saja, tetapi dirinya harus menekan perasaan ini dan harus dibuang jauh-jauh dengan segera.“Aku akan lebih sering lagi kesini.” Janjinya dengan gugup.“Iya, terimakasih.” Senyuman manis Amelia yang semakin merasa kagum pada William saat memberikan perhatian pada anaknya yang bukan darah daging si pria, “bagaimana dengan Nitara?”“Tadi kepalanya pusing, wajahnya sampai pucat, tapi bibi mengurusnya sangat baik makannya aku tidak terlalu cemas meninggalkan Nitara.”“Heuh, Nitara sakit? Apa parah?” Sikap Amelia selalu di luar dugaan William karena wanita ini mem
Jantung Bagaswara terasa tertusuk pedang panas yang berhasil membakarnya. Keinginan Erland menikahi Amelia adalah mimpi buruk untuknya karena hingga saat ini di matanya Amelia tetap menjadi sosok yang tidak pantas menjadi anggota keluarga. “Nak, apa kamu yakin akan menikahi wanita itu?” Datarnya.“Tentu. Tapi ..., itu selama Amelia mau bersama Erland. Jika Amelia tidak mau iya sudah Erland tidak akan memaksa.” Terdapat sendu dalam bola matanya yang cekung dan seakan tatapannya selalu kosong sulit mendapatkan fokus, tetapi Bagaswara pikir mungkin itu karena keadaan putranya kini yang sangat kurus.“Apa kamu yakin akan menemukan bahagia jika menikahi Amelia?” Sederet pertanyaan ini sengaja disampaikan Bagaswara untuk mengetahui seberapa besar niat Erland pada Amelia.“Iya, Erland yakin bahagia karena Erland yakin jika Amelia adalah wanita yang sengaja dikirim Tuhan untuk menjadi teman hidup Erland walau mungkin cara kedatangannya berbeda. Tuhan mempertemukan kami dengan cara berbeda den
“Eu ... lumayan. Tidak salah kan, Zeel berdekatan sama tantenya.” Saat ini jantung Amelia mulai tidak tenang karena mungkin dirinya salah telah membicarakan hal ini dengan Erland. “Tidak, tidak salah sama sekali. Yang salah adalah jika terlalu dekat. Jangan sampai Zeel menganggap Tara sebagai ibunya. Kamu tahu sendiri seorang bayi akan mengenali aroma ibunya, jika Tara terlalu dekat dan sering berdekatan dengan Zeel bukankah ada kemungkinan Zeel akan nyaman dengan tubuh Tara dan salah mengenali aroma tubuh tantenya sebagai aroma tubuh ibunya.” Tatapan Erland sangat serius kala membahas hal yang tidak disukainya. “I-ya. Tapi itu tidak akan terjadi.” Senyuman hambar Amelia yang mulai gagap hingga Erland mampu membaca hal tidak beres, tetapi dia tidak akan menginterograsi Amelia karena tidak seharusnya seorang istri yang telah melahirkan anak-anaknya mendapatkan pertanyaan memojokan. Justru Erland memberikan kecupan hangat di dahi Amelia. “Beristirahatlah ..., tapi aku tinggal sebenta
Amanda kembali pada Amelia, tetapi tidak mengatakan apapun walaupun mungkin keputusannya kurang tepat. “Kak?” sapa Amelia yang melihat kebingungan di wajah Amanda, “ada apa? Kakak lagi bingung ya, kenapa? Eh, tapi bukan Amei mau ikut campur ya Kak. Hihi ... tapi Kakak bisa berbagi apapun kok sama Amei. Jangan sungkan.”Amanda mendesah. “Iya, ada hal yang membuat Kakak bingung. Apa itu terlihat sangat jelas?” Bukan hanya raut wajahnya saja yang mengatakan isi hatinya, tetapi juga tatapan matanya.Amelia terkekeh sebelum berkata, “Iya Kak, terlihat sangat jelas. Apalagi kita sudah sangat dekat, jadi sepertinya Amei bisa melihat hal sekecil apapun dari Kakak. Hihi ....” Kekeh kecilnya ditambahkan, kemudian memandangi Amanda penuh peduli, “Apa itu, Kak? Cerita saja sama Amei. Jangan sungkan.”Amanda kembali mendesah. “Itu ... tentang hal besar Mei. Kakak masih memikirkannya karena Kakak tidak yakin apa prasangka Kakak benar. Tapi ... Kakak rasa memang benar.”“Ikuti saja kata hati Kakak,
Saat ini Nitara sedang menyaksikan Amelia saat bersama dengan Grizelle. Miranda sudah turun lebih dulu, tetapi wanita ini ingin menyaksikan malaikat kecil dari atas sini karena wajahnya begitu manis dan cantik dengan sentuhan kehangatan. Dia menilai jika bayi perempuan itu akan tumbuh menjadi manusia yang sangat ramah. “Sayang ...,” panggilan Miranda saat beberapa anak tangga sudah dipijaknya seiring menggendong Galaxy. “Eu-iya Ma.” Nitara segera bergegas menuju punggung Miranda. Tangga rumah ini cukup luas, bisa langsung dipijak tiga sampai empat orang sekaligus, hanya saja Nitara tetap ingin berada di belakang mertuanya dibandingkan di sisinya supaya tetap dapat menyaksikan wajah Grizelle. ‘Andai kamu menjadi anakku. Bagaimanapun caranya, jadilah anakku.’Kini, Nitara dan Miranda sudah bergabung dengan Amelia dan Sopia yang asik mengasuh Grizelle. Saat Galaxy tiba, tentunya semua orang merasa lebih bahagia. Saat ini Sopia menyisipkan kata pamitannya pada sang besan. “Saya akan pu
Saat ini hati Cristy bergetar, entah mengapa?“Astaga ... sepertinya karena aku sering bertemu Tio jadi sekalinya tidak bertemu akhirnya seperti ini. Aku memikirkannya. Ck!” Cristy tidak menyukai perasaan seperti ini, tetapi terpaksa harus menjalaninya karena sudah menjadi ketentuan alam. Wanita ini sedang merias bunga kertas di rumahnya untuk nantinya sekalian dijajakan di butik. “Tio bisa melibatkanku dalam acara amalnya, tapi aku tidak mau bukan tidak bisa melibatkan Tio dalam kegiatanku, biarkan saja dia beristirahat di masa pemulihannya.” Udara panjang dibuang.Namun, karena isi kepalanya sering mengarah pada Tio akhirnya Cristy mencoba menghubungi saat menuju butiknya. “Hi, apa kabar hari ini?” kekeh kecilnya.Di luar dugaan Cristy, karena Tio terkekeh ceria, “Aku suka mendapatkan panggilan darimu. Jadi sudah dapat disimpulkan jika aku baik-baik saja.”“Ayolah ... yang serius, jangan menggoda. Bukan waktunya!” Cristy tidak luluh karena saat ini dia sedang ingin mendengar kabar p
Bibi tidak meninggalkan kamar Amelia karena Kenzo asik bermain mobilannya di sana. Maka, saat Amelia menyelesaikan mandinya wanita ini kembali bertemu dengan anak sulungnya. “Kenzo lagi apa ... Mama jemput Zeel ya sebentar biar kalian main berdua,” kekeh bahagianya karena kehidupannya penuh warna dan cerita. Amelia segera menuju anak keduanya setelah wanita ini membersihkan diri, tetapi dia belum memompa asi, lagipula Grizelle barusaja menyusu pada Nitara, asinya juga belum terkumpul banyak, terlalu tanggung jika harus dipompa sekarang. Di ambang pintu, dia kembali menyaksikan jika Nitara bersenandung untuk putrinya walaupun Grizelle terlelap sangat nyenyak. Senyuman melengkung. “Sesayang itu Tara sama Zeel ....” Amelia merasa sosok Nitara tidak akan ditemuinya pada diri orang lain. Saat ini Galaxy menangis, maka Nitara segera menyuruh babysitter menggendong putranya sekalian menghangatkan susu. Saat ini Amelia sedikit keheranan karena seharusnya Galaxy bisa menyusu langsung pada ib
Bibi menghampiri Amelia yang sedang bersiap-siap mandi sekalian memompa asi. “Non, sedang sibuk?” tanya santai wanita ini seiring menuntun Kenzo masuk ke dalam kamar Amelia.“Tidak Bi, ada apa, Kenzo rewel mau sama Amei?” tebak Amelia karena bibi tiba bersama putranya walaupun itu tidak aneh, Kenzo adalah tanggung jawab bibi selama dirinya dan keluarganya tidak dapat memerhatikan malaikat kecil satu ini. “Tidak Non. Bibi hanya mau bicara sebentar, apa Non Amei ada waktu?” Sedekat apapun wanita ini dengan nyonya muda Amelia, dia tetap harus mengingat posisinya, dan walaupun dirinya mendapatkan kepercayaan penuh menjaga Kenzo. Maka, sikapnya tidak pernah berlebihan, selalu di dalam batas. “Silakan, Bi ....” Amelia tidak akan pernah menolak kehadiran wanita itu. Maka, kini keduanya duduk bersebelahan di atas sofa yang sama, sedangkan Kenzo anteng bermain di karpet empuk di dekat kaki ibunya. Tidak lupa, wanita ini menjamu bibi. Jadi, keduanya meminum teh bersama. “Apa yang akan bibi bi
William dan Erland tiba bersamaan ke kediaman Bagaswara. Keduanya membawa makanan buah tangan dari restoran milik Tio hingga Amelia dan Nitara antuasias menyambut karena sudah cukup lama keduanya tidak merasakan cita rasa menu dari restoran berbintang itu. “Aku rasa Tio sukses mengguncang dunia kuliner,” kekeh Erland saat berkelakar. Amelia segera menyahut saat menyuap, “Memangnya kenapa, apa restoran Tio menjadi sangat viral?” Kekeh ditambahkan. “Aku rasa hanya Tio yang mengadakan acara amal di restoran. Itu sangat bagus, gerakan yang dilakukannya sangat bermanfaat untuk banyak orang. Apalagi untuk orang-orang jalanan karena Tio tidak pandang bulu saat memberi,” penjelasan terperinci diberikan Erland bersama pujiannya. “Ya, itu bagus sekali.” Pun, Amelia melanjutkan kalimat pujian suaminya, tetapi saat ini terdapat tatapan tidak suka Sopia.‘Kamu ini Mei. Memuji mantan pacar di hadapan suami!’ Ingin sekali segera menyampaikan kalimat itu, tetapi suasana makan tidak boleh dirusak
Sopia barusaja kembali pada sore hari karena kegiatannya hari ini bukan hanya bertemu dengan ibunya Tio saja. Wanita ini menceritakan aksi sosial pemuda itu pada Amelia, tetapi bukan berarti mengagumi, dirinya hanya merasa heran karena Tio membagikan makanan gratis sebanyak itu. Maka, Amelia menyahut sesuai dengan pandangannya. “Bagus kan, Ma. Lagian tidak aneh kok Tio berbagi. Dari dulu Tio memang begitu. Cuma yang Amei tahu tidak sebanyak dan sebesar itu sikap sosialnya.” “Sayang sih kalau menurut Mama. Terlalu mubajir.”“Ya ampun Ma ... tidak ada kebaikan yang mubajir.” Bukan mencerami ibunya, Amelia hanya sedang mengingatkan.Namun, pembahasan Sopia beralih. “Mama jadi khawatir pada pemuda itu. Bukan Mama menyumpahi, hanya saja apakah usianya masih panjang?” ceplosnya bersama keraguan karena kalimatnya cukup kasar.“Ish, Mama. Jangan bilang begitu dong!” Tentu saja Amelia langsung memerotes.“Tiba-tiba saja Mama kepikiran kesana saat mamanya Tio bercerita.” Sopia sudah bisa mene
Acara amal yang diselenggarakan Tio berlangsung sangat lancar, banyak sekali peminat, tetapi semuanya berbaris dengan rapih bahkan tidak sedikit orang yang tidak mendapatkan meja, maka pihak restoran mengemas makanannya dengan sangat rapih.Cukup lama Sopia berada di sana karena ibunya Tio mengajaknya berbicara ini dan itu termasuk menanyakan Amelia, “Bagaimana kabar Amei sekarang dan anak keduanya?”“Baik-baik saja ... Grizelle tumbuh dengan pesat,” kekeh bahagia Sopia.“Syukurlah ... saya ikut senang mendengarnya.”“Sudah beberapa hari ini Amei dan Grizelle tinggal di kediaman mertuanya, jadi kali ini saya dan suami menginap untuk melepas rindu pada kedua cucu kami,” kekeh bahagia Sopia lagi.“Pasti kalian tidak dapat berjauhan dengan cucu,” kekeh wanita ini, “andai Tio sudah menikah, kami juga akan menimang cucu,” desahnya kemudian.Sopia tersenyum kecil. “Mungkin tidak akan lama lagi.”Saat ini tanpa sengaja Jesica mendengar kalimat ibunya. Maka hatinya kembali bersedih. ‘Kalau ka