"Apa kalian bisu?" Aura Daniel terasa sangat menakutkan.Helen berkata, "Tuan Daniel, Nona Yasmin belum bangun pasti karena ada kaitannya dengan otaknya. Masa pemulihannya pun lebih lambat dan waktu bangunnya akan tertunda. Tapi, saya jamin dia pasti akan bangun.""Satu minggu, satu bulan atau satu tahun? Aku nggak bisa menunggu begitu lama," kata Daniel."Seharusnya nggak sampai satu bulan," kata direktur rumah sakit."Seharusnya?" Daniel meliriknya dengan sinis.Direktur rumah sakit segera menundukkan kepalanya. "Cedera Nona Yasmin nggak termasuk serius atau ... atau kondisinya nggak akan seoptimis itu. Tuan Daniel perlu bersabar menunggu ....""Kalau aku nggak sabar, kamu sudah nggak ada di sini sekarang," kata Daniel dengan sinis.Kening direktur rumah sakit langsung berkeringat dingin."Apa mungkin dia nggak bersedia bangun? Beberapa orang lebih lambat bangun kalau keinginan mereka untuk bertahan hidup nggak kuat ...." Kata-kata dewan rumah sakit membuat Daniel menoleh ke arahnya,
"Aku nggak tahu apa dia sudah mati atau belum, tapi sesuatu pasti sudah terjadi padanya. Susan bilang Yasmin nggak pulang ke rumah ataupun Taman Royal. Dia juga bilang tiga hari yang lalu ketika Daniel pulang, ada darah di tangannya.""Tiga hari yang lalu? Sebelumnya ngapain dia?""Dia pasti sedang mengumpulkan informasi. Hanya saja, Daniel menutupi informasi ini sangat ketat. Tidak ada yang keluar sedikit pun. Bahkan Emma saja nggak tahu apa-apa," kata Dahlia."Kenapa ada darah di tangannya? Apa itu darah Yasmin?" tebak Irene. "Dia pasti sudah meninggal!""Aku juga merasa seperti itu." Dahlia berkata, "Makanya, aku meneleponmu untuk memberitahumu kabar baik ini. Mungkin beberapa hari lagi kita akan menerima kabar tentang kematian Yasmin. Kamu bisa lebih lega sekarang dan jangan merasa tertekan. Sekarang pikirkan bagaimana mendapat kembali Daniel.""Tentu saja aku tahu itu."Setelah Irene menutup telepon Dahlia, dia tenggelam dalam pikirannya.Darah .... Darahnya Yasmin .... Jangan-jan
Hanya saja, Irene tidak bisa berkata kalau dia mendapat informasi itu dari Rachel.Dia bersembunyi di pojok dan melihat Eric memasuki kamar pasien dari kejauhan. Sepuluh menit kemudian, dia keluar dan pergi.Pengawal berjaga di depan pintu dengan ketat. Irene pasti tidak bisa menyelinap masuk.Namun, dia merasa Daniel tidak akan menghalanginya.Bukankah lebih baik Daniel menemani Yasmin yang sedang menginap di rumah sakit sekarang?Irene berjalan ke pintu. Ketika dia ingin melewati garis kuning itu, dia dihalangi oleh para pengawal. "Kamu nggak boleh masuk.""Apa kalian nggak mengenaliku? Aku Irene. Aku datang untuk melihat Yasmin. Daniel juga ada di dalam, 'kan?""Maaf, siapa pun nggak boleh masuk," ucap pengawal."Kenapa? Ini aku, Irene. Apa kalian nggak mengenaliku? Kalau kalian nggak membiarkanku masuk dan Daniel mengetahui kalian menghalangiku, dia pasti nggak akan senang," kata Irene seperti itu untuk menakuti mereka.Akan tetapi, pengawal tidak takut dan diam saja. Mereka juga t
Daniel sudah menganggap kamar pasien ini sebagai rumah. Dia menangani urusan perusahaan di sini setiap hari.Terkadang dia baru pergi ke perusahaan kalau ada urusan penting. Terkadang dia akan pulang ke Taman Royal untuk melihat anak-anak.Siang ini dia pulang ke Taman Royal untuk makan bersama anak-anak, tapi dia tidak melihat mereka.Tony berkata, "Mereka sudah keluar."Anak-anak berusia dua tahun bermain keluar adalah hal yang biasa.Ponsel di kantong Daniel berbunyi. Itu telepon dari Rafael. "Tuan Daniel, anak-anak datang ke perusahaan Bu Yasmin untuk mencari Bu Yasmin ....""Suruh Mama keluar atau aku nggak akan segan-segan!" Daniel mendengar suara galak Julian di ujung telepon.Daniel menutup telepon. Sepertinya mereka sudah tidak bisa dibujuk.Dulu ketika mereka merindukan Yasmin, mereka akan mencarinya sendiri dan pasti akan menemukannya.Sekarang mereka membuat onar karena mereka tidak menemukannya.Daniel pergi ke perusahaan naik mobil Rolls RoyceSinar matahari menembus cela
Helen belum pergi. Saat dia melihat Daniel masuk, ekspresinya menjadi serius.Dia sudah memberi tahu segalanya kepada Daniel. Yasmin mungkin ... menderita amnesia sementara.Yasmin tidak mengingat apa pun.Ketika Yasmin melihat Daniel, matanya sedikit mengelak.Itu bisa dipahamkan karena aura Daniel sangat kuat.Daniel berjalan mendekat, lalu bertanya, "Apa kamu tahu siapa aku?"Yasmin merasa orang ini bermartabat dan memiliki aura yang kuat. Sepertinya pria ini berbahaya.Dia melihat Helen dengan tatapan memelas.Jelas kalau Yasmin tidak tahu siapa pria ini.Helen berkata, "Dia bahkan nggak tahu namanya sendiri. Semua sudah dilupakannya. Sebelum Anda datang, saya sudah mengambil rontgennya. Otaknya pulih dengan baik."Daniel duduk di tepi tempat tidur agar dia bisa melihat Yasmin lebih dekat. Dia mengangkat dagu Yasmin dan memaksa Yasmin untuk melihatnya. "Kamu benar-benar nggak mengingat apa pun atau sedang berpura-pura, hm?"Yasmin tidak tahu apa yang ingin dilakukan pria ini. Dia s
"Keluargamu hanya aku dan anak-anak.""Ibuku juga sudah meninggal?""Iya."Yasmin mengedipkan matanya. Dia menggigit bibirnya sambil berpikir.Tampang Yasmin membuat Daniel ingin sekali menggigitnya, tapi Daniel menahan diri dan menggenggam tangan Yasmin lebih erat."Kalau begitu ... kenapa kamu menikahiku?" tanya Yasmin dengan penasaran.Daniel baru ingin menjawab, tapi kemudian pintu kamar pasien terbuka dengan keras. Dia mengerutkan alisnya melihat anak-anak masuk."Mama!""Mama!""Mama!"Anak-anak yang sudah lama tidak melihat Mama berlari dengan penuh semangat."Mama, ternyata kamu sakit!""Papa merahasiakannya dan nggak memberi tahu kami! Dasar pelit!""Ada apa dengan kepala Mama? Sakit?"Anak-anak memanjat ranjang dan mulut kecil mereka tidak berhenti bersuara. Mereka sangat menggemaskan dan Yasmin terpana.Yasmin tanpa sadar menyentuh kepalanya sendiri yang dibalut kain kasa, tapi dia masih tercengang menatap anak-anak.Walaupun dia tidak mengingat apa-apa, itu bukan berarti di
Saat Helen mendengar itu, kenapa sepertinya ada maksud terselubung di dalam kata-kata itu? Apa Daniel tidak ingin ingatan Yasmin kembali?Mereka mencapai kesimpulan setelah memikirkan suasana hati Yasmin sebelum kecelakaan mobil itu.Bagaimanapun juga, Yasmin yang menderita amnesia kini jelas tidak menolak Daniel."Ya. Faktornya nggak pasti. Ingatannya bisa kembali kapan saja dan ada kemungkinan kita harus menunggu sangat lama," kata Helen dengan jujur.Mata Daniel tampak gelap dan dia tidak mengucapkan sepatah kata pun. Beberapa saat kemudian, dia berdiri dan pergi.Siang ini Yasmin sudah dapat keluar dari rumah sakit. Anak-anak, Papa dan Mama makan siang di kamar pasien.Anak-anak sangat senang bersama Papa dan Mama, jadi mereka memakan lebih banyak.Yasmin yang duduk di samping diam-diam melihat perut anak-anak. Perut bulan mereka sangat lucu."Mama, makan ini!" Julia mengambil sepotong daging, lalu menyodorkannya ke depan mulut Yasmin.Yasmin merasa agak segan. Setelah dia melihat
Daniel menggendong Yasmin ke dalam mobil dengan anak-anak mengikuti mereka dari belakang. Lalu, mereka dibantu naik mobil oleh para pengawal.Beberapa mobil meninggalkan rumah sakit.Setelah seorang perawat yang sedang berdiri di sudut dinding melihat itu, dia membalikkan tubuhnya untuk menelepon Irene."Apa? Kamu melihat Yasmin masuk ke dalam mobil? Dia nggak mati?" Irene sedang memakai masker. Dia marah setelah mendengar itu, jadi dia langsung melepaskan masker."Iya. Dia baik-baik saja dan sudah keluar dari rumah sakit. Tuan Daniel bahkan menggendongnya ke dalam mobil," kata perawat itu.Perawat itu sudah disogok oleh Irene.Karena Irene tidak mungkin berjaga di rumah sakit setiap hari.Setelah Irene mendapatkan kabar itu, dia membanting ponselnya. Dia berkata dengan emosi, "Kenapa dia nggak mati?! Kenapa?! Kenapa?!"Dahlia yang mendengar keributan itu segera berlari kemari. "Ada apa? Apa maskernya nggak bagus?"Napas Irene terengah-engah. "Yasmin sudah keluar dari rumah sakit ....
"Kenapa kamu banyak bertanya? Lanjut awasi dia."Setelah panggilan dimatikan, Susan tampak tidak senang. "Apaan, sih? Nanti setelah aku menjadi Nyonya Guntur, aku mau melihat apa kamu masih berani memerintahku?"Yasmin sedang bekerja dengan serius di kantor ketika dia mendengar suara ketukan pintu.Intan masuk, lalu berkata, "Bu Yasmin, apa Anda ingin memakan kue?"Yasmin mengangkat kepalanya, lalu dia melihat ada jus, kue dan aneka kacang-kacangan kesukaannya.Dia langsung tahu kalau itu bukan kue yang dibeli di luar."Kamu yang membuatnya?" tanya Yasmin."Bukan. Orang dari Taman Royal yang mengantarnya. Mereka bilang mereka langsung mengantarnya setelah ini selesai dibuat." Intan berkata, "Tuan Daniel sangat baik pada Anda. Ketika makanan ini dibawa ke sini, resepsionis sangat iri."Yasmin mengalihkan pandangannya dan lanjut melihat laptop di depannya.Intan merasa sedikit canggung melihat Yasmin tidak membalasnya dan bahkan menunjukkan sedikit pun ekspresi, jadi dia berinisiatif kel
Yasmin tidak menyangka reaksi Daniel akan sebesar ini."Kemari. Buat aku tenang." Daniel duduk di tempat tidur, lalu memiringkan kepala sambil menatap Yasmin.Yasmin mengerti apa maksud Daniel. Wajahnya pun memucat. "Nggak bisa ....""Kenapa nggak bisa? Apa alasannya?""Dokter Helen sudah bilang aku harus beristirahat selama seminggu," kata Yasmin."Lima hari sudah berlalu. Itu sudah cukup."Yasmin menggelengkan kepalanya dengan panik sambil melangkah mundur. "Nggak bisa. Aku nggak sanggup ....""Kamu nggak sanggup atau nggak mau?""Tung ... tunggu beberapa hari lagi, ya?""Sekarang! Sini!"Yasmin sudah mau gila. Kenapa Daniel harus begini kejam?Apa Daniel tidak tahu kalau lukanya belum sembuh?Dulu Daniel masih bisa bertahan, sekarang dia sudah tidak bisa bertahan sama sekali. Kenapa?Apakah perbuatan Yasmin sudah membuatnya marah? Namun, itu hanya hal sepele!"Apa kamu nggak mendengarku?""Kamu tenangkan dirimu sendiri! Aku nggak mau!" Yasmin tidak hanya tidak menuruti Daniel, melai
Yasmin menatap Susan. "Aku barusan mau masuk. Kamu sedang bertugas?""Iya. Setelah Tuan Daniel keluar dari ruang kerja, dia kembali ke kamar," kata Susan."Jam berapa dia kembali ke kamar?" Yasmin membuka pintu kamar, lalu melangkah masuk."Jam delapan."Yasmin berpikir berarti Daniel sudah menunggu satu jam lebih.Yasmin memberanikan diri dan masuk.Susan melihat pintu ditutup, kemudian rasa hormat di sorot matanya menghilang.Dia bisa melihat kalau hubungan Daniel dan Yasmin sedang tidak baik.Kalau tidak, kenapa Yasmin berdiri di depan pintu begitu lama dan tidak masuk? Dia juga terlihat gugup.Setelah Yasmin memasuki kamar tidur, dia melihat Daniel sedang duduk di sofa dan telah mengenakan piama. Jelas kalau Daniel sudah selesai mandi.Satu tangan memegang kening dan kedua matanya terpejam. Daniel seolah-olah tidak tahu kalau Yasmin sudah masuk kamar.Yasmin berjalan mendekat. "Tidurlah di ranjang."Daniel membuka mata dan menunjukkan matanya yang jernih. Dia tidak terlihat mengant
Sekujur tubuh Daniel penuh dengan aura menyeramkan. "Jadi, kamu ingin mencari pria lain?""Aku sudah menjawabmu, nggak." Yasmin merasa pria ini sangat posesif sehingga sudah tidak bisa ditolong. Pada saat ini, suasana berubah menjadi makin mengerikan. "Aku sudah bilang aku nggak sengaja berpapasan dengannya di rumah sakit. Apa yang harus kulakukan baru kamu memercayaiku?"Daniel menatap Yasmin lekat-lekat.Yasmin bahkan merasa bulu kuduknya berdiri.Daniel tidak menjadi tenang karena penjelasannya. Aura mengerikannya masih menyebar ke sekeliling.Saat Yasmin merasa jantungnya berdetak dengan cepat dan hampir kehabisan oksigen, dia mendengar suara sinis Daniel berkata, "Pergi temani anak-anak bermain bola."Setelah Yasmin mendengar itu, bulu matanya bergetar dan tubuhnya menjadi rileks.Kemudian, tangannya dipegang yang membuat Yasmin terkejut dan tanpa sadar ingin menariknya.Namun, dia tidak berhasil.Daniel sangat kuat. Ketika dia memegang tangan Yasmin, selama dia tidak ingin melepa
Julius sudah memakannya, tapi dia tidak pergi dan lanjut berdiri di sana. Kemudian, dia bertanya, "Mama, apa terjadi sesuatu di sekolah Papi?"Yasmin tercengang. Setelah Julius bertanya itu, Julian juga berjalan mendekat. Tiga pasang mata tertuju pada Yasmin dan menunggunya menjawab.Meskipun mereka baru berusia dua tahun, mereka dapat bermain laptop dan ponsel. Selain itu, mereka pintar dan dapat mengetahuinya dengan mudah."Sedang ada sedikit masalah, tapi Pak Raymond akan menanganinya. Kalian nggak perlu khawatir." Yasmin tidak menyembunyikannya dari mereka. Karena ada masalah, maka mereka harus berkomunikasi."Internet mengatakan masalahnya sangat serius. Keracunan makanan, 'kan? Apa ada yang meninggal?" tanya Julian."Di sana ada banyak kakak-kakak yang kami kenal ...." Julia tampak cemas."Mama sudah pergi ke rumah sakit hari ini. Dokter bilang kondisi mereka sudah stabil," kata Yasmin."Apa Papi baik-baik saja?" tanya Julius."Ya," jawab Yasmin."Bagaimana kamu bisa tahu?" Suara
"Aku sudah menonton video kecelakaan mobilnya. Itu sebuah kecelakaan.""Baik, itu kecelakaan. Kalau begitu, aku mau bertanya padamu lagi. Bagaimana dengan keracunan makanan di sekolah?" tanya Irene. Melihat Yasmin diam saja, ekspresi Irene pun menjadi licik. "Ada beberapa hal yang kamu nggak tahu, tapi aku tahu. Bisa jadi ... ini ada hubungannya dengan Daniel?""Nggak mungkin!" Yasmin langsung membantah. "Daniel nggak mungkin melakukan itu.""Kenapa nggak mungkin? Dia adalah kekasih lamamu dan Daniel nggak menyukainya!" hasut Irene. "Selain itu, situasi di internet makin intens sekarang. Aku nggak percaya nggak ada yang menghasut mereka.""Orang-orang zaman sekarang suka menjatuhkan orang," kata Yasmin dengan ekspresi sinis.Irene tertawa. "Kamu benar-benar polos. Kalau kamu bersikeras ingin berpikir seperti itu, boleh juga, sih. Sepertinya kamu bersikeras yakin kalau nggak ada apa-apa di antaraku dan Daniel. Pada akhirnya, kamu melihat kami berciuman."Yasmin berdiri di sana dengan ta
"Aku datang untuk mencari direktur rumah sakit," kata Raymond."Apa kamu sudah tahu bagaimana anak-anak bisa keracunan makanan?" tanya Yasmin."Katanya sayuran yang dikirim tercemar. Itu adalah kecelakaan," kata Raymond.Raymond tidak menyembunyikannya dan tidak bisa menyembunyikannya karena masalah ini sudah tersebar di internet.Yasmin menatap Raymond yang terlihat kuyu setelah mereka tidak bertemu selama beberapa hari. Yasmin tahu kalau Raymond sedang mengkhawatirkan masalah ini.Lengan Raymond masih dibalut kain kasa, tapi sudah tidak menggantung dengan lehernya."Bagaimana dengan tanganmu?" tanya Yasmin."Baik-baik saja," kata Raymond. Saat Raymond melihat wajah cemas Yasmin, dia menenangkannya, "Nggak perlu khawatir. Aku bisa menyelesaikan masalah ini."Yasmin juga tidak tahu bagaimana dia bisa membantu Raymond."Setelah kamu pulang kemarin, Daniel nggak melakukan apa-apa padamu, 'kan?" tanya Raymond."Nggak." Yasmin menggelengkan kepalanya. Raymond sendiri sedang memiliki setump
Setelah Yasmin kembali ke kantor, dia membaca berbagai komentar di internet.Akademi Pinokio, rumah sakit, tidak ada yang selamat. Mereka semua dikutuk dengan kasar dan dicap sebagai "pengusaha berhati busuk".Apa dia perlu menelepon Raymond untuk bertanya bagaimana situasinya?Setelah Yasmin memikirkannya sejenak, dia mengurungkan niat.Walaupun dia menelepon Raymond, bantuan apa yang bisa diberikannya?Kalau nanti dia ketahuan oleh Daniel, itu hanya akan makin kacau.Sore hari, Yasmin akan pergi ke rumah sakit bersama manajer penjualan untuk mendiskusikan kerja sama dan kontrak.Saat perjalanan pulang, kebetulan mereka melewati rumah sakit yang terkena masalah itu."Ayo pergi ke rumah sakit itu untuk melihat-lihat," kata Yasmin."Sekarang? Menurutku, mereka sedang nggak niat." Manajer penjualan mempertimbangkannya sejenak. "Selain itu, kalau kita terlihat oleh orang lain, itu akan merugikan perusahaan.""Kita nggak boleh mundur karena sesuatu terjadi pada orang lain. Mari kita mencar
Beberapa menit kemudian, Yasmin turun. Dia melihat mobil Rolls Royce sedang parkir di alun-alun.Sebenarnya dilarang memarkir mobil di alun-alun.Namun, Daniel bersikeras ingin menghentikan mobil di sana.Maka itu, siapa pun yang masuk atau keluar gedung akan memperhatikan mobil Rolls Royce itu yang mewakili kekuatan.Yasmin merasa dia seperti orang jahat ketika dia naik mobil.Setelah Yasmin masuk ke dalam mobil, dia memprotes, "Bisakah kamu nggak menghentikan mobil di sini? Semua orang jadi tahu kamu datang untuk menjemputku."Aura berat langsung memenuhi ruang dalam mobil.Ekspresi Yasmin pun menjadi tegang, terutama saat matanya bertemu dengan mata gelap Daniel, dia mengira dia sudah salah bicara."Kamu takut siapa yang melihatmu?"Yasmin segera berpikir, lalu membalas, "Nggak, aku takut orang cemburu padaku."Tatapan mata Daniel menggelap sedikit. "Kemari."Tangan Yasmin ditarik, lalu dia langsung duduk di atas pangkuan Daniel. Yasmin merasa sedikit tertekan karena jaraknya dengan