Helen belum pergi. Saat dia melihat Daniel masuk, ekspresinya menjadi serius.Dia sudah memberi tahu segalanya kepada Daniel. Yasmin mungkin ... menderita amnesia sementara.Yasmin tidak mengingat apa pun.Ketika Yasmin melihat Daniel, matanya sedikit mengelak.Itu bisa dipahamkan karena aura Daniel sangat kuat.Daniel berjalan mendekat, lalu bertanya, "Apa kamu tahu siapa aku?"Yasmin merasa orang ini bermartabat dan memiliki aura yang kuat. Sepertinya pria ini berbahaya.Dia melihat Helen dengan tatapan memelas.Jelas kalau Yasmin tidak tahu siapa pria ini.Helen berkata, "Dia bahkan nggak tahu namanya sendiri. Semua sudah dilupakannya. Sebelum Anda datang, saya sudah mengambil rontgennya. Otaknya pulih dengan baik."Daniel duduk di tepi tempat tidur agar dia bisa melihat Yasmin lebih dekat. Dia mengangkat dagu Yasmin dan memaksa Yasmin untuk melihatnya. "Kamu benar-benar nggak mengingat apa pun atau sedang berpura-pura, hm?"Yasmin tidak tahu apa yang ingin dilakukan pria ini. Dia s
"Keluargamu hanya aku dan anak-anak.""Ibuku juga sudah meninggal?""Iya."Yasmin mengedipkan matanya. Dia menggigit bibirnya sambil berpikir.Tampang Yasmin membuat Daniel ingin sekali menggigitnya, tapi Daniel menahan diri dan menggenggam tangan Yasmin lebih erat."Kalau begitu ... kenapa kamu menikahiku?" tanya Yasmin dengan penasaran.Daniel baru ingin menjawab, tapi kemudian pintu kamar pasien terbuka dengan keras. Dia mengerutkan alisnya melihat anak-anak masuk."Mama!""Mama!""Mama!"Anak-anak yang sudah lama tidak melihat Mama berlari dengan penuh semangat."Mama, ternyata kamu sakit!""Papa merahasiakannya dan nggak memberi tahu kami! Dasar pelit!""Ada apa dengan kepala Mama? Sakit?"Anak-anak memanjat ranjang dan mulut kecil mereka tidak berhenti bersuara. Mereka sangat menggemaskan dan Yasmin terpana.Yasmin tanpa sadar menyentuh kepalanya sendiri yang dibalut kain kasa, tapi dia masih tercengang menatap anak-anak.Walaupun dia tidak mengingat apa-apa, itu bukan berarti di
Saat Helen mendengar itu, kenapa sepertinya ada maksud terselubung di dalam kata-kata itu? Apa Daniel tidak ingin ingatan Yasmin kembali?Mereka mencapai kesimpulan setelah memikirkan suasana hati Yasmin sebelum kecelakaan mobil itu.Bagaimanapun juga, Yasmin yang menderita amnesia kini jelas tidak menolak Daniel."Ya. Faktornya nggak pasti. Ingatannya bisa kembali kapan saja dan ada kemungkinan kita harus menunggu sangat lama," kata Helen dengan jujur.Mata Daniel tampak gelap dan dia tidak mengucapkan sepatah kata pun. Beberapa saat kemudian, dia berdiri dan pergi.Siang ini Yasmin sudah dapat keluar dari rumah sakit. Anak-anak, Papa dan Mama makan siang di kamar pasien.Anak-anak sangat senang bersama Papa dan Mama, jadi mereka memakan lebih banyak.Yasmin yang duduk di samping diam-diam melihat perut anak-anak. Perut bulan mereka sangat lucu."Mama, makan ini!" Julia mengambil sepotong daging, lalu menyodorkannya ke depan mulut Yasmin.Yasmin merasa agak segan. Setelah dia melihat
Daniel menggendong Yasmin ke dalam mobil dengan anak-anak mengikuti mereka dari belakang. Lalu, mereka dibantu naik mobil oleh para pengawal.Beberapa mobil meninggalkan rumah sakit.Setelah seorang perawat yang sedang berdiri di sudut dinding melihat itu, dia membalikkan tubuhnya untuk menelepon Irene."Apa? Kamu melihat Yasmin masuk ke dalam mobil? Dia nggak mati?" Irene sedang memakai masker. Dia marah setelah mendengar itu, jadi dia langsung melepaskan masker."Iya. Dia baik-baik saja dan sudah keluar dari rumah sakit. Tuan Daniel bahkan menggendongnya ke dalam mobil," kata perawat itu.Perawat itu sudah disogok oleh Irene.Karena Irene tidak mungkin berjaga di rumah sakit setiap hari.Setelah Irene mendapatkan kabar itu, dia membanting ponselnya. Dia berkata dengan emosi, "Kenapa dia nggak mati?! Kenapa?! Kenapa?!"Dahlia yang mendengar keributan itu segera berlari kemari. "Ada apa? Apa maskernya nggak bagus?"Napas Irene terengah-engah. "Yasmin sudah keluar dari rumah sakit ....
Yasmin ingin mengusir Daniel, tapi Daniel adalah suaminya. Jadi, Yasmin tidak bisa mengusirnya. Dia merasa dilema.Dia merasa malu karena dia seolah-olah membuka baju di depan pria asing ...Daniel menyadari wajah ketakutan Yasmin, lalu dia menghampirinya. "Jangan mandi di shower. Bagaimana kalau kamu mandi di bak mandi saja, hm?"Yasmin menganggukkan kepalanya."Malu?" Daniel mendekatkan wajahnya.Yasmin mengalihkan pandangannya. "Apa ... kita benar-benar sudah menikah? Aku merasa sedikit nggak terbiasa ....""Kalau nggak, bagaimana kita bisa mempunyai anak?" Mata Daniel menjadi gelap saat dia melihat tampang Yasmin yang imut.Kalau bukan karena dia khawatir akan menakuti Yasmin, dia sudah langsung bertindak.Yasmin tahu kalau anak-anak adalah bukti terbaik.Dia hanya merasa canggung."Jangan gugup. Kamu akan merasa nggak terbiasa di awal, tapi kamu akan baik-baik saja setelah beberapa kali." Daniel pergi mengisi air bak mandi untuknya.Yasmin melihat perilakunya yang penuh perhatian
Yasmin dipeluk Daniel dan tidak berani bergerak sedikit pun. Dia seolah-olah sedang mengamati perasaan yang membuat jantungnya berdebar ini."Apa dulu kita ... tidur seperti ini?" bisiknya."Iya. Jangan gugup. Kamu akan terbiasa setelah beberapa hari." Daniel mengusap punggung Yasmin dengan lembut.Kali ini Daniel tidak menggantikan fakta. Posisi tidur mereka memang seperti ini.Hanya saja, itu dipaksa Daniel.Yasmin perlahan-lahan menjadi tenang setelah punggungnya diusap Daniel.Dia meringkuk dan merasa ini seperti sarangnya. Rasanya sangat aman.Setelah Yasmin memikirkan itu, dia menyentuh kepalanya. "Setelah kita ketiduran, apa lukaku akan tertekan?""Nggak."Yasmin tidak tahu kenapa Daniel terdengar sangat yakin.Setelah berbaring di dada Daniel selama beberapa menit, Yasmin mendongak lagi untuk melihat wajah Daniel."Hm?""Emm .... Bagaimana kita bisa saling mengenal?""Aku melihatmu tumbuh besar.""Oh? Kita sudah saling kenal dari kecil?""Ya."Yasmin terkejut. Dia mengira merek
Daniel sedikit tercengang.Dia berjalan mendekat. Dia meletakkan handuk di perut Julian, kemudian duduk di tepi tempat tidur.Dia memeriksa kain kasa di kening Yasmin.Tadi pagi dia sudah bertanya pada Helen kalau kepala Yasmin tertekan saat tidur itu bukan masalah. Ketika Yasmin koma, lukanya sudah pulih. Selama kepalanya tidak sakit saat tertekan, itu tidak apa-apa.Yasmin yang sedang tidur mendadak membuka matanya.Sepertinya dia merasakan ada yang sedang duduk di tepi tempat tidur, tapi dia tidak melihatnya.Di tempat tidur hanya ada anak-anak.Yasmin melihat wajah-wajah mungil itu, kemudian dia mencubit pipi mereka.Anak-anak tidur sangat nyenyak. Julian bahkan mengorok.Yasmin menatap mereka sambil tersenyum.Hatinya sangat damai.Dia tidak menyangka dia akan cepat menikah dan mempunyai anak.Sebenarnya, tak peduli itu cepat atau lambat, yang penting dia bahagia.Hanya saja, dia tidak bisa mengingat detail hubungannya dengan Daniel. Yasmin selalu merasa ada yang kurang.Seolah-ol
"Kenapa bolaku nggak mengenai Julius?" tanya Daniel.Julian tercengang. Benar juga. Kenapa bolanya hanya mengenai dirinya?"Apa kamu pernah melihat orang dewasa bermain sepak bola di televisi?" tanya Daniel. "Ada pemain yang menggunakan kepala untuk menyundul bola, 'kan? Sekarang kamu hanya masih kecil. Kalau kamu sudah besar, kamu pasti bisa menyundul bola tadi."Mata Julian berbinar-binar. Sepertinya dia sudah paham."Cara serangmu sudah benar," puji Daniel.Pipi Julian langsung merona merah.Papa memujiku. Bagaimana ini? Apa yang harus kukatakan?"Tapi, kamu menangis hanya karena kamu terjatuh. Ini harus kamu ubah," peringati Daniel.Saat ini Julian ingin sekali air mata di matanya menghilang.Dia berkata dengan sedih, "La ... lain kali aku nggak akan menangis lagi ...."Daniel melihat ingus Julian yang mengalir keluar. Dia pun mengulurkan tangannya untuk membersihkannya. "Jorok."Yasmin menatap Daniel. Pria ini baik pada anak-anaknya.Sepertinya anak-anak sangat menyukai Papa.Yasm