Selesai makan malam, Lauren berkata pada Evan di depan pintu, "Apa aku boleh menginap di sini untuk menemani Yasmin?"Evan menoleh ke Yasmin, kemudian dia berbisik ke telinga Lauren, "Kamu nggak perlu menemaninya. Yasmin, telepon aku kalau ada apa-apa. Aku tinggal di Kota Imperial beberapa hari ini.""Baik." Yasmin melihat Evan merangkul bahu Lauren, bukan memeluk pinggang Lauren dengan mesra. Itu membuat Lauren seperti diikat. "Paman, baik-baik kepada Lauren."Ekspresi Evan menjadi masam. "Selain aku, nggak ada yang memperlakukannya lebih baik dari aku."Lauren tidak melawan Evan dan membujuk Yasmin, "Yasmin, cepat tidur. Besok aku akan datang untuk melihatmu.""Kalau nggak ada apa-apa, kamu nggak usah datang."Yasmin melihat mobil mereka melaju pergi, tapi dia juga tidak kembali ke dalam rumah. Dia berjalan keluar.Pada akhirnya, dia duduk di tangga sambil melamun.Dia melihat ke kejauhan.Tinggal dia sendirian di dalam rumah yang besar ini.Kalau dia kembali lagi nanti, tidak ada ya
Seolah-olah yang masuk bukan manusia, melainkan hantu.Daniel sedang memegang semangkuk sup bergizi di tangannya. Dia duduk di tepi tempat tidur. Ketika dia melihat Yasmin ketakutan, dia menekan auranya dan berkata, "Makanlah."Yasmin tidak paham. Kenapa Daniel bisa ada di sini? Daniel bahkan memberinya makan?Yasmin sangat takut setelah apa yang Daniel lakukan padanya kemarin.Daniel mendongak, lalu menatap Yasmin. "Kemarin aku salah. Aku minta maaf."Yasmin tercengang. Daniel meminta maaf padanya? Itu tidak pernah terjadi.Daniel yang hebat meminta maaf pada orang?Dia bukannya menyalahkan Yasmin karena dia pergi mencari Raymond.Itu malah membuat Yasmin merasa gelisah."Sini." Daniel menepuk tempat tidur.Yasmin melihat Daniel dan mangkuk di tangannya. Setelah berpikir sejenak, Yasmin baru perlahan-lahan menghampiri Daniel dan duduk.Dia mengulurkan tangannya. "Aku bisa makan sendiri."Daniel menghindarinya. "Duduk." Maksudnya, dia mau menyuap Yasmin.Yasmin tahu dia tidak bisa mela
"Aku yang nggak meneleponnya dulu." Lauren tidak meminta Evan membawanya ke Kota Imperial. Evan sendiri yang mau membawanya.Dia mengira dia bisa mengurangi kontak dengan Evan kalau dia bersama Yasmin.Sekarang jelas dia tidak bisa.Evan menoleh. "Nanti malam kita ke kelab." Setelah itu, tanpa peduli Lauren mau atau tidak, dia menciumnya.Lauren meronta, tapi akhirnya dia menyerah karena dia tidak bisa melepaskan diri dari Evan.Malam hari, Evan benar-benar membawa Lauren ke kelab.Dulu, Lauren juga pernah dibawa ke kelab malam oleh Gilbert. Meskipun Lauren tidak menyukainya, Gilbert seakan-akan sangat cocok dengan tempat yang gelap ini.Dia seperti kakak besar yang dituruti semua orang. Dan tidak ada yang berani bersikap kurang ajar pada Lauren.Kemudian, Gilbert mati. Teman-temannya entah pergi ke mana. Mungkin mereka masih di daerah kumuh.Pokoknya, setelah Gilbert ditangkap, Lauren meninggalkan tempat itu.Karena dia tahu tempat itu sudah tidak cocok untuknya.Evan tidak memiliki b
Anak buah itu segera mendekat dan mengepung mereka.Pria dan wanita itu saling mendekat dan ketakutan.Mereka hanya ingin asal mencari wanita di kelab, tapi mereka tidak menyangka akan ada tokoh yang begitu kuat di sini.Lauren mengira Evan tidak akan melepaskan mereka, setidaknya mereka akan dihajar.Evan melambai tangannya. Dia meminta pria dan wanita itu kemari.Pria dan wanita itu tidak berani bergerak. Anak buah harus mendorong mereka.Evan memperhatikan pria dan wanita itu. Dia berkata dengan ramah, "Setidaknya kalian harus berlutut dan meminta maaf."Pria dan wanita itu tidak berani menolak. Sekarang situasi tidak mendukung mereka!Jangankan berlutut, mereka bahkan bersedia bersujud!Pria dan wanita itu berlutut. "Maafkan kami. Lain kali kami juga nggak akan melakukannya lagi. Maaf!""Maafkan kami! Ampuni kami!"Lauren tidak ingin orang berlutut padanya. Dia mengernyit dan berkata, "Pergilah."Pria dan wanita itu tidak berani bergerak. Bagaimanapun juga, Evan lebih mengerikan."
"Apa kalian mengenal mereka?" Polisi itu mengeluarkan dua lembar foto.Evan melirik polisi dengan sinis.Lauren khawatir terjadi keributan, jadi dia berkata, "Kami pernah melihat mereka. Semalam mereka menaruh obat ke dalam minumanku di kelab malam. Untung kami menyadarinya. Setelah mereka meminta maaf, kami melepaskannya.""Apa sebelumnya kalian pernah bertemu dengan mereka?" tanya polisi."Nggak. Kami juga baru tahu setelah menonton berita tadi siang," kata Lauren.Polisi masih ingin bertanya, tapi ada suara mobil masuk.Itu adalah mobil Rolls Royce.Mobil itu berhenti, lalu pengawal membuka pintu mobil. Pertama-tama, tiga anak kecil melompat turun dari mobil dengan menggemaskan.Setelah itu, Daniel keluar.Yasmin berdiri, kemudian menghampiri mereka."Mama!""Mama!""Mama!""Mama, kami sangat kangen padamu!""Kami sudah lama nggak melihat Mama!""Papa juga nggak mengizinkan kami melihat Mama!""Papa bilang Mama sakit. Apa Mama sudah sembuh? Sini aku pegang."Mata Yasmin memanas. Dia
"Apa yang dikatakan ayahmu tentang dia melihat wanita lain itu benar? Apa dia nggak mungkin berbohong?" Setelah Yasmin bertanya, dia pergi dengan cuek.Ekspresi Daniel menjadi tegang dan dia mematung di tempat.Di dalam mobil, Lauren bisa merasakan suasana yang amat berat. Cahaya pun menjadi redup.Sekujur tubuh Evan menyebarkan aura yang menyeramkan. Mata seperti monster itu melirik ke arah Lauren yang membuatnya panik. "Ada apa? Aku nggak salah bicara, 'kan?""Kalau bukan karena kamu, seharusnya putraku sudah berumur 5 tahun, 'kan?" tanya Evan dengan sinis.Jantung Lauren berdetak dengan cepat. Dia mengepalkan tangannya dengan gelisah.Dia baru mengerti alasan Evan menyebarkan aura yang begitu menyeramkan ....Yasmin membawa anak-anak ke kuburan.Yasmin dan anak-anak berlutut di depan batu nisan.Para pekerja menggali makam Andy, kemudian mereka memasukkan abu guci Klara ke dalam bersama abu guci Andy. Setelah itu, mereka mengubur kembali makamnya.Yasmin menutup mulutnya. Dia takut
Sebelum Yasmin bisa mengatakan apa-apa, Julian berkata, "Mama pasti kangen! Beberapa hari ini kami juga kangen pada Mama karena nggak melihat Mama.""Mama, kami akan tidur bersamamu malam ini," kata Julius.Yasmin mengusap kepala Julius dan menjawab, "Oke ....""Papa juga akan menemani Mama," kata Julia.Yasmin tidak pergi melihat Daniel karena dia merasa enggan.Dia belum bisa berterus terang di hadapan anak-anak yang polos. Yasmin hanya bisa berkata, "Papa sibuk. Kalian saja yang menemani Mama."Ketiga anak itu menatap Yasmin dengan mata besar mereka, kemudian mereka menoleh ke Daniel. Mereka bisa merasa Papa tidak senang."Apa Mama nggak suka Papa?" tanya Julia.Bagaimana Yasmin menjawab pertanyaan itu? Tentu saja dia tidak suka! Terlebih lagi, Daniel juga tidak menyukainya.Namun, kalau dia berkata seperti itu, anak-anak akan kecewa ....Daniel menatap Yasmin dengan tajam.Yasmin hanya bisa berkata, "Papa sangat sibuk, sayang."Suasana berat di dalam mobil membuatnya merasa tidak n
Tirai di sebelah terbuka. Yasmin menoleh, lalu dia menyadari ternyata itu Daniel.Dia langsung merasa gelisah.Anak-anak bukan hanya milik Yasmin seorang. Lebih tepatnya, Daniel barulah orang yang memilik hak asuh anak-anak."Sebentar lagi selesai. Julian sungguh berani." Helen berbicara dengan Julian sambil menjahit lukanya agar fokus Julian teralihkan.Tangannya bergerak dengan sangat cepat.Beberapa menit kemudian, Helen sudah selesai menjahit luka Julian."Selesai. Aku menaruh obat dulu, ya. Setelah itu, kamu sudah boleh pulang." Helen mengoleskan obat anti inflamasi, lalu menempelkan kain kasa di luka Julian.Setelah semuanya selesai, Helen keluar."Papa ...." Mata Julian berkaca-kaca dan dia terlihat sangat sedih.Yasmin menjelaskan dengan rasa bersalah, "Dia menabrak kursi di perusahaan. Aku sedang bekerja. Aku nggak menyangka ini akan terjadi ....""Kemari." Daniel menggendong Julian. Julian duduk di lengan papanya. "Papa sudah bilang padamu berulang kali, jangan berlari sembar