Daniel berjalan mendekat, lalu dia menatap Yasmin dan bertanya, "Sampai kapan kamu mau berbaring.""Ini adalah tempat yang kamu benci. Benar-benar nggak mudah untukmu masuk ke sini," ujar Yasmin dengan datar.Daniel duduk di sebelahnya, kemudian matanya tertuju pada abu guci di atas meja kopi."Kamu ingin makan apa?""Aku hanya ingin kamu pergi." Yasmin tidak ingin melihat Daniel.Daniel berdiri. Namun, dia bukan pergi ke luar, melainkan menuju ke dapur. Dia membawa keluar makanan, lalu meletakkannya di sebelah guci abu.Setelah itu, dia menarik Yasmin dengan paksa."Lepaskan!" Yasmin meronta.Daniel menekannya ke sandaran kursi. Dia mendekatkan wajahnya yang tajam dan berkata, "Aku menyuruhmu makan!"Napas Yasmin terdengar lemah. Dia sudah seharian tidak makan."Daniel, kamu yang mencelakai ibuku. Kamu!" Dia menangis. "Selama ini kamu merasa ibumu mati gara-gara ibuku. Sekarang dia sudah mati, jadi kebencianmu sudah menghilang, 'kan? Bisakah kamu jangan menggangguku lagi."Wajah Danie
Yasmin membuat janji di sebuah kafe yang tak jauh dari Akademi Pinokio.Kafe itu juga dekat dengan sekolah umum itu.Dia belum sampai, tapi Raymond sudah. Bagaimanapun juga, kafe ini lebih dekat dengan Raymond.Mereka duduk di ruangan semi terbuka yang terletak dekat dengan jendela. Mereka dapat melihat bagian luar dan tidak terlalu menyesakkan.Raymond sangat pengertian.Hanya saja, Raymond tercengang saat dia melihat Yasmin.Setelah Yasmin duduk, dia bertanya, "Wajahku sangat pucat, ya? Aku terlihat menakutkan dan seperti orang yang tidak terkena sinar matahari selama setahun?"Raymond terpaksa bertanya, "Apa Tante ... baik-baik saja?"Karena Yasmin tidak seperti ini pada pertemuan terakhir mereka.Yasmin sudah bisa mengendalikan emosinya, tapi matanya masih langsung terasa panas dan perih.Setelah dia menenangkan dirinya, dia berkata, "Ibuku ditinggalkan di gunung yang nggak jauh dari makam ayahku. Ketika kami menemukannya, semuanya sudah terlambat."Raymond terkejut. Dia tidak meny
"Kamu berjalan-jalan di mana?"Winnie merasa aneh, jadi dia tersenyum dan bertanya, "Apa kamu juga mau pergi berjalan-jalan? Di Jalan Sentosa. Baju-baju di sana murah dan cantik. Beberapa rekan kerjaku suka berbelanja di sana.""Aku tahu. Aku pernah pergi ke sana."Setelah Winnie mendengar Yasmin mengatakan itu, dia menjadi makin bersemangat. Dia berbicara tentang toko baju itu toko baju ini. Dia berbicara tentang toko mana yang sering dia kunjungi dan lain-lain.Yasmin mendengarnya, tapi kepalanya sedang berpikir apakah orang seperti ini adalah pembunuh?Atau Winnie sedang berpura-pura?Lagi pula, Winnie sudah berkata seperti itu. Nanti Yasmin bisa mengecek rekaman CCTV. Selama dia mengatakan yang sebenarnya dan ada bukti, maka kematian ibunya tidak ada hubungannya dengan Winnie.Karena Winnie masih ada kelas, dia pergi dulu setelah menghabiskan kopinya.Yasmin melihat waktu, lalu berkata, "Sudah saatnya aku pulang juga.""Aku akan mengantarmu.""Nggak perlu. Aku ingin sendirian."Ray
"Ngapain kamu?" Yasmin sudah ketakutan."Kamu akan tahu nanti!"Tak peduli bagaimana Yasmin meronta, kekuatannya kalah telak dengan Daniel.Setelah mereka memasuki kamar, Yasmin langsung dilempar ke tempat tidur."Aa!" Yasmin terkejut. Dia melihat Daniel yang berjalan mendekat dan sekujur tubuhnya yang menyebarkan aura berbahaya. Setelah Yasmin sadar apa yang ingin dilakukannya, tubuhnya gemetar ketakutan. "Daniel, ka ... kamu berani ...?"Daniel tidak mengatakan apa-apa dan langsung menekan Yasmin."Ah! Daniel .... Mmph!" Jeritan Yasmin dibungkam dengan bibir Daniel.Dia tidak percaya Daniel akan memperlakukannya seperti ini!Ibunya barusan meninggal dan bahkan belum dikuburkan.Bagaimana Daniel bisa begini kejam dan menakutkan?!"Ja ... jangan seperti ini padaku. Ibu ...." Yasmin menangis terisak-isak.Pada akhirnya, Daniel tidak melepaskannya.Setelah semuanya berlalu, Daniel pergi tanpa menoleh ke belakang.Yasmin berbaring di tempat tidur dengan mata terpejam dan air mata mengalir
"Nggak peduli prestasi apa yang dimiliki orang, itu masih tergantung pada umur panjangnya. Mungkin karena dia sudah mengambil barang yang nggak seharusnya dia ambil, makanya dia berumur pendek," ujar Dahlia."Aku mendengar dari Daniel kalau dia ditinggalkan di gunung dan mati kehabisan darah?" ungkit Irene dengan sengaja. "Kalau dia ditemukan lebih awal, dia nggak akan mati, 'kan? Sepertinya ketika Klara menghilang, kamu berada di Taman Royal, ya?""Jelas kalau dia hanya peduli dengan kehidupan cintanya sendiri dan nggak peduli dengan nyawa ibunya," sindir Dahlia dengan nada dingin. "Ini akibat dari kamu merayu pria orang!""Katakan sekali lagi dan aku akan mengoyak mulutmu!" kata Yasmin dengan emosi. Saking marahnya, sekujur tubuhnya gemetar."Waduh, waduh? Apa aku sudah menabur garam pada lukamu? Kamu marah karena kamu merasa malu, 'kan? Kenyataannya memang seperti itu, tapi kamu melarang kami mengatakannya?" Dahlia melipat kedua lengannya di depan dada dan berkata dengan gembira, "K
Dahlia sudah bertekad untuk membunuh Yasmin, jadi dia tidak mau melepaskannya dan bahkan mencekiknya lebih kuat. Raut wajah Dahlia tampak bengis.Lauren langsung menggores tulang rusuk Dahlia dengan pisau lipatnya. Dahlia berteriak dan melepaskan genggamannya. Dia meringis karena rasa sakit di tulang rusuk. "Siapa kamu?!""Bu Yasmin, apa kamu baik-baik saja?" tanya Lauren sambil menarik berdiri Yasmin.Dahlia dan Irene mengenal Lauren. Mereka tahu dia adalah sekretaris Yasmin yang kemudian entah kenapa keluar dari perusahaan.Irene melihat Lauren memunggungi mereka, jadi dia mengambil vas bunga di sebelah dan ingin memukul Lauren dengan itu.Yasmin terkejut. "Hati-hati!"Tatapan mata Lauren menjadi tajam. Dia menyamping tubuhnya. Pada saat yang sama, dia menyandung kaki Irene.Irene yang sedang memegang vas bunga jatuh ke depan. "Aaa!"Vas bunga tersebut pun pecah.Pecahan berhamburan ke mana-mana dan menggores wajah Irene. "Aa!""Irene!" Dahlia segera memapah putrinya. Setelah itu, di
Selesai makan malam, Lauren berkata pada Evan di depan pintu, "Apa aku boleh menginap di sini untuk menemani Yasmin?"Evan menoleh ke Yasmin, kemudian dia berbisik ke telinga Lauren, "Kamu nggak perlu menemaninya. Yasmin, telepon aku kalau ada apa-apa. Aku tinggal di Kota Imperial beberapa hari ini.""Baik." Yasmin melihat Evan merangkul bahu Lauren, bukan memeluk pinggang Lauren dengan mesra. Itu membuat Lauren seperti diikat. "Paman, baik-baik kepada Lauren."Ekspresi Evan menjadi masam. "Selain aku, nggak ada yang memperlakukannya lebih baik dari aku."Lauren tidak melawan Evan dan membujuk Yasmin, "Yasmin, cepat tidur. Besok aku akan datang untuk melihatmu.""Kalau nggak ada apa-apa, kamu nggak usah datang."Yasmin melihat mobil mereka melaju pergi, tapi dia juga tidak kembali ke dalam rumah. Dia berjalan keluar.Pada akhirnya, dia duduk di tangga sambil melamun.Dia melihat ke kejauhan.Tinggal dia sendirian di dalam rumah yang besar ini.Kalau dia kembali lagi nanti, tidak ada ya
Seolah-olah yang masuk bukan manusia, melainkan hantu.Daniel sedang memegang semangkuk sup bergizi di tangannya. Dia duduk di tepi tempat tidur. Ketika dia melihat Yasmin ketakutan, dia menekan auranya dan berkata, "Makanlah."Yasmin tidak paham. Kenapa Daniel bisa ada di sini? Daniel bahkan memberinya makan?Yasmin sangat takut setelah apa yang Daniel lakukan padanya kemarin.Daniel mendongak, lalu menatap Yasmin. "Kemarin aku salah. Aku minta maaf."Yasmin tercengang. Daniel meminta maaf padanya? Itu tidak pernah terjadi.Daniel yang hebat meminta maaf pada orang?Dia bukannya menyalahkan Yasmin karena dia pergi mencari Raymond.Itu malah membuat Yasmin merasa gelisah."Sini." Daniel menepuk tempat tidur.Yasmin melihat Daniel dan mangkuk di tangannya. Setelah berpikir sejenak, Yasmin baru perlahan-lahan menghampiri Daniel dan duduk.Dia mengulurkan tangannya. "Aku bisa makan sendiri."Daniel menghindarinya. "Duduk." Maksudnya, dia mau menyuap Yasmin.Yasmin tahu dia tidak bisa mela
"Lauren yang nggak tahu malu dan bersikeras melengket dengan Evan! Tante nggak perlu khawatir. Aku bisa menanganinya." Sofia terlihat sombong. Bagaimana mungkin dia merasa terancam oleh wanita yang berasal dari daerah kumuh? "Tapi, bagaimana Tante bisa tahu?"Melihat Sofia masih belum mengetahui apa-apa, Jessy pun berkata, "Lauren ini sedang hamil.""Apa?" Raut wajah Sofia berubah drastis. Suaranya menjadi tinggi.Saat Jessy melihat Sofia mau naik darah, dia berkata, "Ketika aku berada di toilet, aku mendengar istri Daniel mengatakannya. Aku merasa kamu pasti nggak tahu, jadi aku memberitahumu.""Aku mau membunuh Lauren si wanita jalang itu! Dasar nggak tahu diri! Bisa-bisanya sampah sepertinya ingin berebutan denganku. Aku akan bertanya pada Evan ....""Tunggu." Jessy menahannya."Tante, aku nggak bisa berpura-pura nggak tahu tentang hal ini!""Apa yang bisa kamu lakukan setelah mengetahuinya? Kalau kamu membuat keributan, kamu yang malu. Sekarang yang paling penting adalah kamu harus
"Iya, aku meneleponnya. Nanti malam aku ingin pergi menemuinya," kata Yasmin."Nggak perlu," tolak Evan.Alis Yasmin pun berkerut. "Kenapa? Paman, kamu seperti ini salah. Kamu sudah melukai dua orang.""Aku tahu apa yang sedang kulakukan." Evan tidak ingin membicarakan ini lagi.Sofia datang. Dia bersandar pada Evan, lalu bertanya, "Apa yang sedang kalian bicarakan? Kenapa wajah Yasmin terlihat sangat serius?"Yasmin berkata, "Wajahku menjadi terlihat serius karena aku memakai masker. Hebat."Sofia sengaja tertawa.Evan merangkul Sofia. "Ayo cari tempat untuk makan. Apa kamu lapar?""Lapar. Evan, kamu sangat baik padaku.""Selamat menikmati, Yasmin." Setelah Evan mengatakan itu, dia pergi bersama Sofia.Yasmin melihat tampang mereka berdua yang tampak mesra. Ini benar-benar tidak pantas bagi Lauren.Dia pun berbalik dan pergi ke toilet.Dia tiba di depan toilet wanita dan baru saja ingin membuka pintu."Yasmin." Daniel muncul dari belakang. "Jangan berkeliaran."Jessy yang hendak menar
Anak-anak berlari keluar untuk bermain. Yasmin berdiri, lalu mengingatkan mereka, "Jangan nakal, ya!"Jessy tertawa. "Ketiga anak kecil itu benar-benar menggemaskan. Aku sangat suka melihat mereka."Juan berkata, "Kalau begitu, minta James cepat mencari istri agar dia juga dapat melahirkan anak."James mengerutkan alisnya. "Bukankah itu terlalu cepat untukku? Bukankah sekarang sudah ada yang lebih modern? Setelah bertunangan, kamu bisa melewatkan pernikahan dan langsung mempunyai anak!"Sofia melihat Evan dengan senang, kemudian mengulurkan tangan untuk memeluk lengan Evan.Meskipun Evan diam saja, Sofia tetap sangat senang.Hari ini adalah hari pertunangannya. Akhirnya hari ini tiba juga.Ketika mereka tidur bersama malam ini, Sofia tentu bisa hamil.Jessy memelototi James. Walaupun apa yang dikatakan James benar, dia tidak boleh mengatakan hal yang begitu memalukan!Lalu, dia sengaja mengatai putranya, "Kamu juga sudah nggak muda. Jangan membuat keluargamu cemas. Kapan kamu akan memb
"Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Yasmin."Nggak tahu. Yasmin ... aku hamil." Lauren memberitahunya. "Jalan keluarku semuanya sudah diblokir Evan."Yasmin terkejut. "Hamil ....""Dia mengganti pil KB-ku dan membuatku hamil. Evan ... benar-benar membuatku jijik!"Yasmin dapat merasakan keputusasaan Lauren.Di keputusasaannya Lauren, apa yang bisa dilakukan tentang pertunangan Evan?Evan tahu Lauren sedang hamil anaknya, tapi dia tetap pergi bertunangan dengan wanita lain. Dia benar-benar parah.Lauren menghibur dirinya sendiri, "Kamu nggak perlu mengkhawatirkanku. Manusia tetap harus berpikiran terbuka, 'kan?"Pada hari pertunangan Evan, Yasmin dan Daniel membawa anak-anak ke Kota Greya.Saat melihat daftar nama tamu, tidak ada yang menyangka Daniel, penguasa Kota Imperial, akan muncul.Hubungan itu tentu membuat Keluarga Darsono puas.Mereka mengadakan pestanya di hotel termewah Kota Greya. Mereka memesan seluruh gedung.Helikopter mendarah di atap. Setelah mereka tiba di lantai satu
Lauren sendiri tidak tahu siapa ibu kandungnya.Ayah tirinya bukanlah orang baik, sementara ibu angkatnya berpura-pura tidak melihatnya. Mereka menjalani hidup yang susah setiap hari.Dia selalu berpikir kenapa orang tua kandungnya tidak menginginkannya? Apa dia diculik orang seperti kakak kandung James?Kalau seperti itu, Lauren akan merasa sedikit lebih baik.Setidaknya dia bukan dibuang ...."Omong-omong, kakakku sangat hebat. Apa kamu tahu apa yang dia ambil pada pesta ulang tahunnya yang pertama?""Kalkulator? Pulpen? Makanan? Uang?" Lagi pula, tidak ada yang perlu dilakukan Lauren, lebih baik mengobrol dengan James."Semuanya salah. Dia memegang tangan kakekku.""Ha?" Itu benar-benar di luar sangka Lauren."Makanya, kakekku sangat senang. Dia langsung mengumumkan kalau kakakku akan menjadi penerus Keluarga Darsono." Setelah James berbicara dengan penuh semangat, suaranya berubah menjadi kecewa ketika dia berkata, "Tapi, kakakku nggak mempunyai takdir itu ....""Takdir setiap oran
Lauren tidak hanya memahami ancaman itu, tapi tubuhnya juga mendingin.Selama anak ini ada, semuanya baik-baik saja. Begitu anak ini tidak ada, pembunuhan apa pun bisa terjadi.Tak peduli apa Lauren sengaja menggugurkan anak ini atau tidak.Dia bertanggung jawab.Besok pagi, Evan menemani Lauren makan sarapan sebelum pergi. Dia memegang jasnya dan naik mobil. Suasana hatinya tampak sangat bagus.Lauren berjalan ke pintu, lalu melihat mobil Bentley hitam itu melaju pergi. Kemudian, gerbang tertutup secara otomatis.Evan pergi atau tidak itu tidak terasa berbeda.Lauren merasa ada kamera di mana-mana sehingga dia tidak punya tempat untuk bersembunyi.Dia pergi ke kamar mandi, lalu melihat bagian belakang cermin kecil. Benda tersebut masih di sana.Dia benar-benar ingin mencabutnya, kemudian melemparkannya ke dalam toilet.Namun, apa yang dikatakan Evan tidak boleh dianggap remeh. Kalau Lauren membuang kamera ini, akan muncul kamera kedua.Terdengar suara dering ponsel dari kamar tidur. L
"Kamu salah. Aku keluar untuk melihat bulan. Kapan aku ingin melarikan diri?" bohong Lauren dengan ekspresi datar."Lauren, kamu jangan berbohong tanpa berkedip. Kami semua melihatmu! Kenapa kamu mau keluar untuk melihat bulan? Apa di dalam nggak ada bulan?" Pada akhirnya, Zarco masih mementingkan harga dirinya sebagai pria.Dia sudah ditampar dan dihantam kepalanya. Dia sangat malu!"Rasa melihat bulan di luar dan dari dalam berbeda," balas Lauren. Dia tidak ingin mengalah pada Zarco. "Selain itu, dia sudah bersikap nggak sopan padaku. Apa aku nggak boleh memberinya pelajaran? Evan, kamu nggak bisa membiarkan anak buahmu selalu menindasku, 'kan?""Kak Evan, aku nggak ...." Zarco baru ingin membela diri, tapi kemudian Evan menyelanya."Obati lukamu."Zarco menggertakkan giginya dan amarah memenuhi hatinya, tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa karena ada Evan. Maka itu, dia pergi bersama anak buah lainnya.Evan menatap Lauren. Tatapan matanya yang tajam seperti monster yang menghantui
"Kamu pasti nggak memberitahunya kalau aku hamil," kata Lauren."Aku bilang aku menyembunyikanmu di luar." Evan bersandar ke kursi ruang kerjanya dan meregangkan kaki panjangnya. "Dia nggak peduli. Walaupun dia tahu, dia nggak bisa melakukan apa-apa. Aku hanya nggak suka repot.""Kalau kita menggugurkan anak ini, maka nggak akan ada repot," kata Lauren."Aku lebih memilih membunuh orang tua itu."Kekejaman Evan mengejutkan Lauren, jadi Lauren tidak ingin lanjut berbicara dengannya. "Aku mau tidur. Sudah, ya."Setelah mematikan telepon, dia melirik cahaya terakhir di cakrawala sebelum berjalan kembali.Dia tidak meragukan kalau Evan tidak peduli dengan ikatan keluarga. Orang tua angkatnya Lauren dan Juan bukanlah siapa-siapa bagi Evan.Namun, dia bersikeras menginginkan anak.Lauren ingin sekali bertanya padanya apa dia tahu bagaimana cara mendidik anak?Bagi orang yang tumbuh di daerah kumuh, hal yang paling mereka kurang adalah kasih sayang ...Lauren tahu Evan tidak akan datang. Dia
"Aku setuju untuk bertunangan, tapi syaratku adalah kamu nggak boleh mencari Lauren," ujar Evan dengan tajam.Juan menganggukkan kepalanya. "Baiklah. Aku akan menentukan waktunya."Evan sengaja bertanya, "Apa kamu akan mengundang istrimu ke pertunanganku?"Ekspresi Juan menjadi masam. "Dia dirawat dengan baik di rumah sakit jiwa, jadi dia nggak boleh keluar."Selesai makan malam, Evan tidak menetap dan langsung pergi.Dia meninggalkan Juan sendirian di meja makan.Pengurus rumah berjalan mendekat. "Tuan Besar, apa Anda ingin saya memanaskan sopnya? Saya melihat Anda nggak meminum sesendok pun.""Apa aku bisa menelannya?" Juan meletakkan sendok garpunya."Pria mencari wanita bukan hal yang perlu dikhawatirkan," hibur pengurus rumah."Wanita ini berbeda. Dia adalah mantan istri Gilbert." Juan tidak pernah meremehkan Lauren. "Aku bisa melihat dia itu wanita yang cukup kejam karena bisa melemparkan Gilbert ke penjara. Kalau Evan jatuh ke tangannya lagi ....""Tuan Besar nggak perlu khawati