Yasmin tidak berani percaya kalau orang di depan matanya adalah ibunya.Bagaimana mungkin ini ibunya? Dua hari yang lalu, ibunya masih baik-baik saja. Bagaimana mungkin?"AAAAAAAA!!!" Yasmin kehilangan kendali dan berteriak sekuat-kuatnya. Dia memegang kepalanya sendiri dan berteriak. "AAAAAAAAA!!!"Daniel menutupi wajah Klara dengan kain putih, kemudian memeluk Yasmin agar dia tidak melihatnya. Lalu, dia membawa Yasmin keluar.Mereka baru saja keluar, lalu polisi datang dan berkata, "Tuan Daniel, orang dari kuburan menelepon dan katanya dia melihat ada orang mendekati almarhum."Tatapan mata Daniel menjadi tajam. "Kenapa sebelumnya dia nggak mengatakan apa-apa?""Karena sebelumnya dia nggak tahu akan terjadi hal sebesar ini kepada almarhum.""Bawa dia kemari!"Namun, Daniel tidak pernah menyangka orang yang dibawa ke hadapannya bakal Jason Guntur.Daniel menyipitkan matanya ketika dia melihat Jason.Yasmin yang duduk di kursi sebelahnya berdiri. Dia tercengang saat melihat Jason.Baga
"Aku nggak ingin terlibat dengannya. Ekspresi Jason menjadi masam. "Aku berjalan-jalan di sekitar area makam kemarin pagi karena nggak ada yang perlu kulakukan. Lalu, aku melihatnya. Aku marah karena melihat tampangnya yang sedih untuk pria lain. Aku pun mengejeknya beberapa kali. Alasan pertengkaran kami karena ... aku menendang gelasnya. Lalu, wanita gila itu mencakarku. Begitu saja ...."Jason mengangkat lengan bajunya untuk menunjukkan bekas cakar Klara di lengannya."Setelah itu?""Dia terus memukulku, jadi aku mendorongnya. Setelah itu, aku pergi," kata Jason."Kalau begitu, apa kamu ada melihat orang lain?" tanya polisi."Nggak. Saat itu aku sangat marah, jadi aku langsung pergi ...." Sampai di sini, Jason berhenti."Apa kamu mengingat sesuatu?" tanya polisi.Daniel berkata dengan nada dingin, "Lebih baik kamu mengatakan semuanya atau aku nggak akan memaafkanmu!""Setelah aku pergi dengan marah, aku melihat ada orang lain datang ke kuburan," ingat Jason."Siapa itu?""Aku agak j
Pertama adalah tantenya yang juga dibunuh orang. Sampai sekarang pembunuhnya belum ditemukan.Dia tidak percaya kini ibunya juga sudah tiada.Setelah hanya berpisah satu malam, sekarang mereka berpisah untuk selamanya.Satu per satu orang tua meninggalkannya. Sebenarnya apa kesalahannya? Kenapa Tuhan memperlakukannya seperti ini?Bibi datang. Dia terkejut ketika melihat guci. "Nona Muda, apa ini?""Abu ibuku ....""Apa?" Bibi terkejut. Dia curiga apakah yang dikatakan Yasmin benar atau tidak. Ketika dia melihat kondisi Yasmin yang lemas, dia pun percaya.Bagaimana Klara bisa tiba-tiba pergi?"Bibi, di mana bubur buatan ibuku? Aku lapar.""Bubur? Aku nggak melihatnya," kata Bibi."Pagi kemarin dia bilang dia memasak bubur untukku, tapi aku buru-buru keluar dan nggak memakannya ...." Mata Yasmin menjadi panas, kemudian air mata menetes.Dia merasa sangat menyesal.Kenapa dia tidak memakan bubur masakan ibunya? Ke depannya dia nggak bisa memakannya lagi ...."Itu pasti sudah nggak bisa di
Daniel berjalan mendekat, lalu dia menatap Yasmin dan bertanya, "Sampai kapan kamu mau berbaring.""Ini adalah tempat yang kamu benci. Benar-benar nggak mudah untukmu masuk ke sini," ujar Yasmin dengan datar.Daniel duduk di sebelahnya, kemudian matanya tertuju pada abu guci di atas meja kopi."Kamu ingin makan apa?""Aku hanya ingin kamu pergi." Yasmin tidak ingin melihat Daniel.Daniel berdiri. Namun, dia bukan pergi ke luar, melainkan menuju ke dapur. Dia membawa keluar makanan, lalu meletakkannya di sebelah guci abu.Setelah itu, dia menarik Yasmin dengan paksa."Lepaskan!" Yasmin meronta.Daniel menekannya ke sandaran kursi. Dia mendekatkan wajahnya yang tajam dan berkata, "Aku menyuruhmu makan!"Napas Yasmin terdengar lemah. Dia sudah seharian tidak makan."Daniel, kamu yang mencelakai ibuku. Kamu!" Dia menangis. "Selama ini kamu merasa ibumu mati gara-gara ibuku. Sekarang dia sudah mati, jadi kebencianmu sudah menghilang, 'kan? Bisakah kamu jangan menggangguku lagi."Wajah Danie
Yasmin membuat janji di sebuah kafe yang tak jauh dari Akademi Pinokio.Kafe itu juga dekat dengan sekolah umum itu.Dia belum sampai, tapi Raymond sudah. Bagaimanapun juga, kafe ini lebih dekat dengan Raymond.Mereka duduk di ruangan semi terbuka yang terletak dekat dengan jendela. Mereka dapat melihat bagian luar dan tidak terlalu menyesakkan.Raymond sangat pengertian.Hanya saja, Raymond tercengang saat dia melihat Yasmin.Setelah Yasmin duduk, dia bertanya, "Wajahku sangat pucat, ya? Aku terlihat menakutkan dan seperti orang yang tidak terkena sinar matahari selama setahun?"Raymond terpaksa bertanya, "Apa Tante ... baik-baik saja?"Karena Yasmin tidak seperti ini pada pertemuan terakhir mereka.Yasmin sudah bisa mengendalikan emosinya, tapi matanya masih langsung terasa panas dan perih.Setelah dia menenangkan dirinya, dia berkata, "Ibuku ditinggalkan di gunung yang nggak jauh dari makam ayahku. Ketika kami menemukannya, semuanya sudah terlambat."Raymond terkejut. Dia tidak meny
"Kamu berjalan-jalan di mana?"Winnie merasa aneh, jadi dia tersenyum dan bertanya, "Apa kamu juga mau pergi berjalan-jalan? Di Jalan Sentosa. Baju-baju di sana murah dan cantik. Beberapa rekan kerjaku suka berbelanja di sana.""Aku tahu. Aku pernah pergi ke sana."Setelah Winnie mendengar Yasmin mengatakan itu, dia menjadi makin bersemangat. Dia berbicara tentang toko baju itu toko baju ini. Dia berbicara tentang toko mana yang sering dia kunjungi dan lain-lain.Yasmin mendengarnya, tapi kepalanya sedang berpikir apakah orang seperti ini adalah pembunuh?Atau Winnie sedang berpura-pura?Lagi pula, Winnie sudah berkata seperti itu. Nanti Yasmin bisa mengecek rekaman CCTV. Selama dia mengatakan yang sebenarnya dan ada bukti, maka kematian ibunya tidak ada hubungannya dengan Winnie.Karena Winnie masih ada kelas, dia pergi dulu setelah menghabiskan kopinya.Yasmin melihat waktu, lalu berkata, "Sudah saatnya aku pulang juga.""Aku akan mengantarmu.""Nggak perlu. Aku ingin sendirian."Ray
"Ngapain kamu?" Yasmin sudah ketakutan."Kamu akan tahu nanti!"Tak peduli bagaimana Yasmin meronta, kekuatannya kalah telak dengan Daniel.Setelah mereka memasuki kamar, Yasmin langsung dilempar ke tempat tidur."Aa!" Yasmin terkejut. Dia melihat Daniel yang berjalan mendekat dan sekujur tubuhnya yang menyebarkan aura berbahaya. Setelah Yasmin sadar apa yang ingin dilakukannya, tubuhnya gemetar ketakutan. "Daniel, ka ... kamu berani ...?"Daniel tidak mengatakan apa-apa dan langsung menekan Yasmin."Ah! Daniel .... Mmph!" Jeritan Yasmin dibungkam dengan bibir Daniel.Dia tidak percaya Daniel akan memperlakukannya seperti ini!Ibunya barusan meninggal dan bahkan belum dikuburkan.Bagaimana Daniel bisa begini kejam dan menakutkan?!"Ja ... jangan seperti ini padaku. Ibu ...." Yasmin menangis terisak-isak.Pada akhirnya, Daniel tidak melepaskannya.Setelah semuanya berlalu, Daniel pergi tanpa menoleh ke belakang.Yasmin berbaring di tempat tidur dengan mata terpejam dan air mata mengalir
"Nggak peduli prestasi apa yang dimiliki orang, itu masih tergantung pada umur panjangnya. Mungkin karena dia sudah mengambil barang yang nggak seharusnya dia ambil, makanya dia berumur pendek," ujar Dahlia."Aku mendengar dari Daniel kalau dia ditinggalkan di gunung dan mati kehabisan darah?" ungkit Irene dengan sengaja. "Kalau dia ditemukan lebih awal, dia nggak akan mati, 'kan? Sepertinya ketika Klara menghilang, kamu berada di Taman Royal, ya?""Jelas kalau dia hanya peduli dengan kehidupan cintanya sendiri dan nggak peduli dengan nyawa ibunya," sindir Dahlia dengan nada dingin. "Ini akibat dari kamu merayu pria orang!""Katakan sekali lagi dan aku akan mengoyak mulutmu!" kata Yasmin dengan emosi. Saking marahnya, sekujur tubuhnya gemetar."Waduh, waduh? Apa aku sudah menabur garam pada lukamu? Kamu marah karena kamu merasa malu, 'kan? Kenyataannya memang seperti itu, tapi kamu melarang kami mengatakannya?" Dahlia melipat kedua lengannya di depan dada dan berkata dengan gembira, "K