"Benar-benar nggak perlu. Terima kasih, Tuan Evan. Aku kembali ke ruangan dulu." Setelah Lauren mengatakan itu, dia membungkuk pada Evan sebelum berjalan ke ruang pribadi dengan kepala ditunduk.Evan berjalan ke wastafel untuk melihat dirinya di cermin. Dia menyesuaikan kacamatanya sampai dia puas.Karena sekarang siang hari, semua yang pandai minum baik-baik saja. Yang tidak pandai minum hanya mabuk sedikit, seperti Yasmin.Setelah Lauren kembali ke ruangan pribadi, dia berhenti minum.Evan membantu melindunginya dengan berkata jangan menindas asisten keponakannya.Orang lain pun tidak memberikan Lauren minum lagi.Ketika Lauren bangun, dia menyadari ada yang aneh dengan kamarnya.Sepertinya ini bukan kamar hotel. Kamar ini luas dan dekorasinya mewah. Ini lebih terlihat seperti kamar pribadi.Lauren mengingat setelah dia keluar dari restoran, dia naik mobil bersama Yasmin. Kemudian, dia tidak mengingat apa-apa lagi ....Lauren turun dari tempat tidur, lalu keluar dari kamar.Dia melew
Ketika Juan Samson melihat gadis itu, ekspresinya berubah.Tentu saja dia tahu siapa gadis di depannya ini. Evan sudah memberitahunya dan dia sudah mempersiapkan diri.Namun, ketika mereka benar-benar bertemu, Juan merasa sangat emosional."Ayah," panggil Evan. "Ini Yasmin, putrinya Kakak. Yasmin, ini kakekmu."Yasmin tahu seharusnya dia memanggil Juan kakek, tapi dia tidak bisa mengeluarkan suaranya.Juan menunjuk di sebelahnya dan berkata, "Duduklah."Setelah Yasmin duduk, Juan menatapnya sambil berkata, "Kamu nggak mirip dengan ayahmu."Ketika Juan bertemu dengan cucu kandungnya, dia malah tidak bisa bersikap ramah dan mengatakan sesuatu yang seperti itu.Yasmin juga tidak tersinggung. Dia bertanya, "Apa kamu masih mengingat bagaimana wajah ayahku?"Mereka sudah tidak berbicara selama puluhan tahun, seharusnya Juan sudah melupakan wajah Andy."Dia putraku. Meskipun bertahun-tahun sudah berlalu, aku nggak akan melupakannya." Juan berkata, "Aku tahu kamu membenciku karena masalah ayah
Eric tercengang dan buru-buru keluar. Kemudian, dia mengejar Daniel. "Tuan Daniel, ada apa?""Ada yang menaruh obat ke dalam gelasku. Suruh orang menyelidikinya," Suara Daniel terdengar seram. Dia akan membuat orang yang berani memberikannya obat menyesal!"Apa?" Eric terkejut. Dia segera memerintahkan pengawal di belakang untuk pergi ke ruangan pribadi itu dan menyelidikinya. Setelah itu, dia menelepon sopir untuk pergi mengambil mobil.Ketika dia barusan menutup telepon, mereka berpapasan dengan Irene yang datang kemari bersama teman-temannya.Begitu Irene melihat wajah Daniel, dia langsung tersenyum dengan lembut. "Daniel, kamu juga makan di sini?""Iya." Daniel sedang menekan rasa tidak nyaman di tubuhnya, jadi dia tidak ingin berbicara lama dengan Irene.Akan tetapi, Irene hanya fokus pada Daniel. "Apa kamu sudah mau pulang? Sebenarnya nggak apa-apa meskipun aku nggak makan. Aku akan pulang bersamamu.""Nggak perlu. Aku mau kembali ke perusahaan."Eric tidak mengerti. Kalau tebaka
Irene menyetir mobil ke Taman Royal. Dia berlari masuk dan ketika dia melihat Tony, dia bertanya, "Di mana Daniel?"Tony tercengang. "Tuan Daniel belum pulang.""Dia belum pulang?" Irene terkejut. Daniel tidak mungkin pergi ke perusahaan, 'kan? Irene tidak berani menunda waktu dan segera kembali naik mobil. Dia langsung menginjak pedal gas dan pergi.Tak peduli di mana Daniel, Irene harus menemukannya.Saat ini hanya Irene yang boleh berada di sisinya! Tidak ada wanita yang boleh mengambil kesempatannya!Akan tetapi, ketika dia tiba di Grup Naga, dia diberi tahu kalau Daniel tidak ada di sini.Kenapa? Daniel tidak ada di Taman Royal dan perusahaan. Kalau begitu, di mana dia?Apa dia berada di rumah sakit?Irene langsung pergi ke rumah sakit. Tanpa mengetuk pintu, dia memasuki kantor Helen.Helen yang sedang melihat catatan medis mendongak, lalu dia bertanya, "Nona Irene? Apa ada yang bisa kubantu?""Apa Daniel datang ke sini untuk mencarimu?""Tuan Daniel nggak mencariku. Ada apa? Apa
Kota Imperial? Yasmin tercengang. Besok dia sudah pulang, jadi kenapa saat ini orang dari Kota Imperial mencarinya?Yasmin tidak bertanya apa-apa dan langsung turun ke bawah.Evan sedang duduk di sofa. Orang yang sedang berdiri di samping dengan penuh hormat adalah Rafael.Yasmin segera menghampirinya. "Apa yang terjadi? Jangan-jangan ayahku ...." Ketika dia memikirkan itu, detak jantungnya hampir berhenti.Rafael ragu sejenak sebelum berkata, "Ini tentang anak-anak."Yasmin terkejut. Dia bertanya dengan suara gemetar, "A ... apa sesuatu telah terjadi pada mereka?""Nona Yasmin, ayo ikut saya naik pesawat. Saya akan menjelaskan pada Anda dengan pelan-pelan," ujar Rafael.Yasmin sudah tidak memikirkan hal lain karena anak-anak. Dia ingin segera pergi.Dia baru menyadari Evan berada di sampingnya, tapi Evan hanya melambaikan tangannya yang berarti dia mengizinkan Yasmin pulang.Helikopter Daniel diparkir di luar.Yasmin mengikuti Rafael naik helikopter dengan tergesa-gesa. Pikirannya kac
"Kalau kamu ingin berterima kasih padaku, bagaimana kalau kamu duduk dan menemaniku minum?"Lauren tahu dirinya tidak pandai minum.Dan ketika dia melihat alkohol yang diminum Evan, dia tahu itu alkohol yang mahal dan kuat. Bagaimana Lauren bisa meminumnya?"Aku nggak berniat membuatmu mabuk. Anggap saja kamu menemaniku mengobrol." Evan mengambil gelas kosong, lalu menuangkannya untuk Lauren.Setelah Lauren duduk, dia bertanya, "Aku minum sedikit ini saja, ya?""Ya."Lauren mengangkat gelasnya, kemudian dia meminumnya dalam sekali teguk. Rasa pedas membuatnya buru-buru menutup mulutnya. Air matanya pun hampir keluar. "Mm!"Evan menatapnya lekat-lekat, lalu dia menuangkan setengah gelas lagi untuk Lauren."Tuan Evan?""Kamu minum terlalu cepat. Kamu nggak boleh meminum alkohol ini seperti itu."Lauren ingin pergi setelah dia menghabiskan alkoholnya.Jelas sekali kalau Evan tidak mudah ditangani.Maka itu, ketika Lauren melihat gelasnya, dia tidak meminumnya lagi."Sebenarnya, aku pernah
Foto pernikahan?Kenapa Evan mau menunjukkannya pada Lauren?Lauren seolah-olah kesurupan dan berjalan ke dinding itu. Dia mengangkat tangannya untuk meraih salah satu sudut kain, kemudian dia langsung menariknya.Kain itu jatuh dengan lembut ke lantai.Foto pernikahan itu pun terungkap.Begitu Lauren melihat wajah pria dan wanita di foto itu, dia seolah-olah baru melihat hantu. Dia sangat terkejut sehingga wajahnya menjadi sepucat kertas dan dia mundur beberapa langkah.Kenangan masa lalu terlintas di benaknya. Mimpi buruk yang tak terlupakan sekali lagi menyerang mentalnya.Dia memutar lehernya dengan takut-takut dan kaku.Ketika dia melihat Evan yang sedang tersenyum dengan sinis, dia ketakutan dan melangkah mundur. "Ka ... kamu ....""Bisa-bisanya kamu nggak mengenal suamimu ketika kamu melihatku. Bagaimana aku harus menghukummu?" Setelah Evan melepaskan penyamarannya, dia menjadi menakutkan."Ng ... nggak mungkin .... Nggak mungkin .... Ka ... kamu sudah mati. Nggak ...." Lauren m
Sampai saat ini Lauren belum mengerti bagaimana bisa orang di depannya ini adalah Gilbert? Kalau begitu, siapa Evan Samson?Bagaimana Gilbert bisa menjadi Evan?"Kamu nggak usah tahu. Kamu hanya perlu mengingat kalau kamu adalah milikku dan aku adalah suamimu," kata Evan sambil menatapnya dengan tatapan dingin.Lauren sangat ketakutan. Dia memegang lengan Evan dan menangis sambil memohon, "Kak Gilbert, jangan memperlakukanku seperti ini. Aku akan berpura-pura nggak tahu apa-apa. Lepaskan aku, ya? Hubungan kita sudah berakhir ...."Evan mencengkeram muka Lauren dan sepertinya rahang Lauren hampir retak. "Sudah berakhir? Oh, belum! Apa kamu masih mengingat sumpahku? Aku bilang aku mau menghasilkan banyak uang untukmu. Aku nggak mengingkari janjiku, 'kan?"Air mata mengalir dari sudut mata Lauren."Jadi, tetaplah di sisiku. Meskipun kamu sekarat, tetaplah bersamaku!""Nggak mau!" Lauren mendorong tangan Evan. Lauren turun dari tempat tidur, lalu dia mundur ke pintu kamar. "Aku nggak mau b