Irene menyetir mobil ke Taman Royal. Dia berlari masuk dan ketika dia melihat Tony, dia bertanya, "Di mana Daniel?"Tony tercengang. "Tuan Daniel belum pulang.""Dia belum pulang?" Irene terkejut. Daniel tidak mungkin pergi ke perusahaan, 'kan? Irene tidak berani menunda waktu dan segera kembali naik mobil. Dia langsung menginjak pedal gas dan pergi.Tak peduli di mana Daniel, Irene harus menemukannya.Saat ini hanya Irene yang boleh berada di sisinya! Tidak ada wanita yang boleh mengambil kesempatannya!Akan tetapi, ketika dia tiba di Grup Naga, dia diberi tahu kalau Daniel tidak ada di sini.Kenapa? Daniel tidak ada di Taman Royal dan perusahaan. Kalau begitu, di mana dia?Apa dia berada di rumah sakit?Irene langsung pergi ke rumah sakit. Tanpa mengetuk pintu, dia memasuki kantor Helen.Helen yang sedang melihat catatan medis mendongak, lalu dia bertanya, "Nona Irene? Apa ada yang bisa kubantu?""Apa Daniel datang ke sini untuk mencarimu?""Tuan Daniel nggak mencariku. Ada apa? Apa
Kota Imperial? Yasmin tercengang. Besok dia sudah pulang, jadi kenapa saat ini orang dari Kota Imperial mencarinya?Yasmin tidak bertanya apa-apa dan langsung turun ke bawah.Evan sedang duduk di sofa. Orang yang sedang berdiri di samping dengan penuh hormat adalah Rafael.Yasmin segera menghampirinya. "Apa yang terjadi? Jangan-jangan ayahku ...." Ketika dia memikirkan itu, detak jantungnya hampir berhenti.Rafael ragu sejenak sebelum berkata, "Ini tentang anak-anak."Yasmin terkejut. Dia bertanya dengan suara gemetar, "A ... apa sesuatu telah terjadi pada mereka?""Nona Yasmin, ayo ikut saya naik pesawat. Saya akan menjelaskan pada Anda dengan pelan-pelan," ujar Rafael.Yasmin sudah tidak memikirkan hal lain karena anak-anak. Dia ingin segera pergi.Dia baru menyadari Evan berada di sampingnya, tapi Evan hanya melambaikan tangannya yang berarti dia mengizinkan Yasmin pulang.Helikopter Daniel diparkir di luar.Yasmin mengikuti Rafael naik helikopter dengan tergesa-gesa. Pikirannya kac
"Kalau kamu ingin berterima kasih padaku, bagaimana kalau kamu duduk dan menemaniku minum?"Lauren tahu dirinya tidak pandai minum.Dan ketika dia melihat alkohol yang diminum Evan, dia tahu itu alkohol yang mahal dan kuat. Bagaimana Lauren bisa meminumnya?"Aku nggak berniat membuatmu mabuk. Anggap saja kamu menemaniku mengobrol." Evan mengambil gelas kosong, lalu menuangkannya untuk Lauren.Setelah Lauren duduk, dia bertanya, "Aku minum sedikit ini saja, ya?""Ya."Lauren mengangkat gelasnya, kemudian dia meminumnya dalam sekali teguk. Rasa pedas membuatnya buru-buru menutup mulutnya. Air matanya pun hampir keluar. "Mm!"Evan menatapnya lekat-lekat, lalu dia menuangkan setengah gelas lagi untuk Lauren."Tuan Evan?""Kamu minum terlalu cepat. Kamu nggak boleh meminum alkohol ini seperti itu."Lauren ingin pergi setelah dia menghabiskan alkoholnya.Jelas sekali kalau Evan tidak mudah ditangani.Maka itu, ketika Lauren melihat gelasnya, dia tidak meminumnya lagi."Sebenarnya, aku pernah
Foto pernikahan?Kenapa Evan mau menunjukkannya pada Lauren?Lauren seolah-olah kesurupan dan berjalan ke dinding itu. Dia mengangkat tangannya untuk meraih salah satu sudut kain, kemudian dia langsung menariknya.Kain itu jatuh dengan lembut ke lantai.Foto pernikahan itu pun terungkap.Begitu Lauren melihat wajah pria dan wanita di foto itu, dia seolah-olah baru melihat hantu. Dia sangat terkejut sehingga wajahnya menjadi sepucat kertas dan dia mundur beberapa langkah.Kenangan masa lalu terlintas di benaknya. Mimpi buruk yang tak terlupakan sekali lagi menyerang mentalnya.Dia memutar lehernya dengan takut-takut dan kaku.Ketika dia melihat Evan yang sedang tersenyum dengan sinis, dia ketakutan dan melangkah mundur. "Ka ... kamu ....""Bisa-bisanya kamu nggak mengenal suamimu ketika kamu melihatku. Bagaimana aku harus menghukummu?" Setelah Evan melepaskan penyamarannya, dia menjadi menakutkan."Ng ... nggak mungkin .... Nggak mungkin .... Ka ... kamu sudah mati. Nggak ...." Lauren m
Sampai saat ini Lauren belum mengerti bagaimana bisa orang di depannya ini adalah Gilbert? Kalau begitu, siapa Evan Samson?Bagaimana Gilbert bisa menjadi Evan?"Kamu nggak usah tahu. Kamu hanya perlu mengingat kalau kamu adalah milikku dan aku adalah suamimu," kata Evan sambil menatapnya dengan tatapan dingin.Lauren sangat ketakutan. Dia memegang lengan Evan dan menangis sambil memohon, "Kak Gilbert, jangan memperlakukanku seperti ini. Aku akan berpura-pura nggak tahu apa-apa. Lepaskan aku, ya? Hubungan kita sudah berakhir ...."Evan mencengkeram muka Lauren dan sepertinya rahang Lauren hampir retak. "Sudah berakhir? Oh, belum! Apa kamu masih mengingat sumpahku? Aku bilang aku mau menghasilkan banyak uang untukmu. Aku nggak mengingkari janjiku, 'kan?"Air mata mengalir dari sudut mata Lauren."Jadi, tetaplah di sisiku. Meskipun kamu sekarat, tetaplah bersamaku!""Nggak mau!" Lauren mendorong tangan Evan. Lauren turun dari tempat tidur, lalu dia mundur ke pintu kamar. "Aku nggak mau b
Leher Lauren menjadi tegang. Dia sama sekali tidak berani bergerak. Dia juga berusaha menjaga tubuhnya tidak gemetar terlalu kencang. Dia khawatir tangan itu akan menancapnya seperti pisau.Karena dia tahu betul betapa menakutkan Gilbert!Suara Lauren bergetar saat dia berkata, "Kak Gilbert ...."Evan menggendong Lauren dengan kesal.Lauren tidak bisa melawan sedikit pun. Tubuhnya menjadi lemas di lengan Evan. Mereka kembali ke rumah.Kemudian, Evan melemparkan Lauren ke tempat tidur."Aa!" Lauren jatuh ke tempat tidur yang empuk itu.Rasa dingin di pergelangan kakinya membuatnya menyusut, tapi dia tidak bisa melepaskan diri dari genggaman Evan.Tangan Evan yang melingkari pergelangan kaki Lauren terasa seperti borgol.Evan menatap luka di telapak kaki Lauren, lalu dia mengusapnya dengan pelan. "Kamu terluka."Lauren menatap Gilbert si orang gila itu. Selain rasa takut, Lauren tidak bisa merasakan perasaan lain lagi."Sakit?" Saat Evan mengangkat kepalanya, dia terlihat lembut lagi. Di
Yasmin membuka matanya. Ketika dia mendongak, dia langsung disambut oleh mata hitam Daniel.Ingatan gila semalam membanjiri pikiran Yasmin seperti tindakan gila Daniel!Jelas sekali kalau pria di depannya ini sudah mendapatkan apa yang dia inginkan.Yasmin mendelik Daniel dan diam-diam menggertakkan giginya. Kemarahan Yasmin terpampang dengan jelas.Kemudian, dia memalingkan mukanya dan hendak turun dari tempat tidur.Dia barusan bangkit, lalu ada lengan yang memeluk pinggangnya dan menariknya."Aduh ...." Yasmin berbaring di dada Daniel yang kokoh. "Apa lagi yang ingin kamu lakukan?""Apa kamu nggak mau meminta apa-apa?" Daniel sepertinya sedang dalam suasana hati yang baik.Yasmin benar-benar memikirkannya dengan serius. Dia berkata dengan santai, "Pilihan pertama, berikan aku kebebasan. Kedua, kamu berpisah dengan Irene. Silakan pilih salah satu."Daniel diam saja dan Yasmin sudah menebak hasil ini. Yasmin pun tidak ingin mengharapkan jawaban Daniel lagi."Biarkan aku bangun .... Aa
Irene tidak bisa bertanya apa-apa lagi atau dia akan mengekspos dirinya sendiri, jadi dia mengakhiri panggilan.Dia melemparkan ponselnya ke tempat tidur dengan emosi.Akhirnya kesempatan itu muncul. Karena Yasmin sedang tidak ada, Irene mengira Daniel akan mencarinya.Pada akhirnya? Daniel malah mencari pelacur!Amarah di dalam hati Irene tidak bisa padam.Dia berganti pakaian sebelum meninggalkan Taman Royal. Dia bersabar sampai rumah, kemudian dia baru mengamuk.Dia membanting tasnya ke lantai."Ada apa?" Dahlia berjalan mendekat, lalu mengambil tas Irene. "Ini tas edisi terbatas yang baru kamu beli. Sayang kalau ini rusak."Irene duduk di sofa dan menangis. "Kenapa bukan aku? Kenapa dia nggak mencariku?! Kenapa susah kali untuknya meniduriku sekali saja?""Apa maksudmu?" Dahlia tidak paham maksud Irene.Sampai sekarang Irene tidak pernah disentuh oleh Daniel. Dia pun tidak bisa menahan kesedihannya."Apa yang terjadi? Beri tahu Ibu. Ibu akan membantumu."Irene tidak ingin mengataka