Sampai saat ini Lauren belum mengerti bagaimana bisa orang di depannya ini adalah Gilbert? Kalau begitu, siapa Evan Samson?Bagaimana Gilbert bisa menjadi Evan?"Kamu nggak usah tahu. Kamu hanya perlu mengingat kalau kamu adalah milikku dan aku adalah suamimu," kata Evan sambil menatapnya dengan tatapan dingin.Lauren sangat ketakutan. Dia memegang lengan Evan dan menangis sambil memohon, "Kak Gilbert, jangan memperlakukanku seperti ini. Aku akan berpura-pura nggak tahu apa-apa. Lepaskan aku, ya? Hubungan kita sudah berakhir ...."Evan mencengkeram muka Lauren dan sepertinya rahang Lauren hampir retak. "Sudah berakhir? Oh, belum! Apa kamu masih mengingat sumpahku? Aku bilang aku mau menghasilkan banyak uang untukmu. Aku nggak mengingkari janjiku, 'kan?"Air mata mengalir dari sudut mata Lauren."Jadi, tetaplah di sisiku. Meskipun kamu sekarat, tetaplah bersamaku!""Nggak mau!" Lauren mendorong tangan Evan. Lauren turun dari tempat tidur, lalu dia mundur ke pintu kamar. "Aku nggak mau b
Leher Lauren menjadi tegang. Dia sama sekali tidak berani bergerak. Dia juga berusaha menjaga tubuhnya tidak gemetar terlalu kencang. Dia khawatir tangan itu akan menancapnya seperti pisau.Karena dia tahu betul betapa menakutkan Gilbert!Suara Lauren bergetar saat dia berkata, "Kak Gilbert ...."Evan menggendong Lauren dengan kesal.Lauren tidak bisa melawan sedikit pun. Tubuhnya menjadi lemas di lengan Evan. Mereka kembali ke rumah.Kemudian, Evan melemparkan Lauren ke tempat tidur."Aa!" Lauren jatuh ke tempat tidur yang empuk itu.Rasa dingin di pergelangan kakinya membuatnya menyusut, tapi dia tidak bisa melepaskan diri dari genggaman Evan.Tangan Evan yang melingkari pergelangan kaki Lauren terasa seperti borgol.Evan menatap luka di telapak kaki Lauren, lalu dia mengusapnya dengan pelan. "Kamu terluka."Lauren menatap Gilbert si orang gila itu. Selain rasa takut, Lauren tidak bisa merasakan perasaan lain lagi."Sakit?" Saat Evan mengangkat kepalanya, dia terlihat lembut lagi. Di
Yasmin membuka matanya. Ketika dia mendongak, dia langsung disambut oleh mata hitam Daniel.Ingatan gila semalam membanjiri pikiran Yasmin seperti tindakan gila Daniel!Jelas sekali kalau pria di depannya ini sudah mendapatkan apa yang dia inginkan.Yasmin mendelik Daniel dan diam-diam menggertakkan giginya. Kemarahan Yasmin terpampang dengan jelas.Kemudian, dia memalingkan mukanya dan hendak turun dari tempat tidur.Dia barusan bangkit, lalu ada lengan yang memeluk pinggangnya dan menariknya."Aduh ...." Yasmin berbaring di dada Daniel yang kokoh. "Apa lagi yang ingin kamu lakukan?""Apa kamu nggak mau meminta apa-apa?" Daniel sepertinya sedang dalam suasana hati yang baik.Yasmin benar-benar memikirkannya dengan serius. Dia berkata dengan santai, "Pilihan pertama, berikan aku kebebasan. Kedua, kamu berpisah dengan Irene. Silakan pilih salah satu."Daniel diam saja dan Yasmin sudah menebak hasil ini. Yasmin pun tidak ingin mengharapkan jawaban Daniel lagi."Biarkan aku bangun .... Aa
Irene tidak bisa bertanya apa-apa lagi atau dia akan mengekspos dirinya sendiri, jadi dia mengakhiri panggilan.Dia melemparkan ponselnya ke tempat tidur dengan emosi.Akhirnya kesempatan itu muncul. Karena Yasmin sedang tidak ada, Irene mengira Daniel akan mencarinya.Pada akhirnya? Daniel malah mencari pelacur!Amarah di dalam hati Irene tidak bisa padam.Dia berganti pakaian sebelum meninggalkan Taman Royal. Dia bersabar sampai rumah, kemudian dia baru mengamuk.Dia membanting tasnya ke lantai."Ada apa?" Dahlia berjalan mendekat, lalu mengambil tas Irene. "Ini tas edisi terbatas yang baru kamu beli. Sayang kalau ini rusak."Irene duduk di sofa dan menangis. "Kenapa bukan aku? Kenapa dia nggak mencariku?! Kenapa susah kali untuknya meniduriku sekali saja?""Apa maksudmu?" Dahlia tidak paham maksud Irene.Sampai sekarang Irene tidak pernah disentuh oleh Daniel. Dia pun tidak bisa menahan kesedihannya."Apa yang terjadi? Beri tahu Ibu. Ibu akan membantumu."Irene tidak ingin mengataka
"Se ... selain memaksaku, apa lagi yang bisa kamu lakukan?"Daniel menempelkan bibirnya di wajah merah Yasmin, lalu dia menjawab dengan suara serak, "Aku bisa membuatmu menangis."Pupil mata Yasmin yang berkabut gemetar. Dia tidak ingin mendengarnya."Aku akan melepaskanmu kalau kamu datang lagi malam ini."Alis Yasmin berkerut. "Kenapa aku harus datang lagi?"Daniel melepaskannya, kemudian dia berjalan menuju kamar sambil berkata, "Efek obatnya akan kembali lagi.""Apa?" Yasmin mengikutinya dan berkata, "Efek obatnya akan kembali lagi? Kamu berbohong, 'kan? Walaupun iya, kenapa kamu nggak mencari Irene?""Dia akan terluka."Yasmin berhenti. Dia menggigit bibirnya dan memelototi bahu yang lebar itu. Raut wajahnya terlihat masam.Daniel khawatir dia akan melukai Irene karena di bawah pengaruh obat, jadi lebih baik Yasmin yang disiksa?!Yasmin tidak berkata apa-apa dan langsung keluar dari apartemen.Ketika mendengar suara bantingan pintu yang kurang ajar, mata Daniel menjadi gelap. Tern
Yasmin menyipitkan matanya dan ekspresinya menjadi sinis.Iya, itu sama persis dengan yang dikatakan Daniel.Irene adalah orang yang disayangi Daniel, sedangkan Yasmin hanyalah penawar obatnya.Yasmin sudah mengerti dan itu tidak perlu diutarakan lagi.Dia sangat ingin memberi tahu Irene kalau wanita yang dicari Daniel semalam adalah dia. Dia penasaran akan seberapa jeleknya wajah Irene?Namun, Yasmin tetap logis dan tidak melakukannya.Bagaimanapun juga, di masa depan anak-anak akan tinggal bersama Irene."Bukankah ini hal baik? Sudah ada wanita lain yang bisa memuaskan nafsu Daniel. Kamu dan aku menjadi lebih santai," kata Irene.Nada cuek Yasmin membuat Irene merasa serangannya tidak berguna.Bukan, serangannya bukan tidak berguna. Yasmin terlihat tenang di luar, tapi dalam hati dia pasti merasa sangat sakit dan marah.Maka itu, Irene lanjut berkata, "Daniel mempunyai wanita lain menunjukkan kalau kamu bukanlah apa-apa baginya, sedangkan aku berbeda. Status tunanganku selalu stabil.
"Nggak apa-apa. Lagi pula, dulu Ayah nggak pernah mengungkit Keluarga Samson. Kita bisa menganggap mereka nggak ada. Ke depannya kita dengan mereka hanya ada hubungan bisnis. Nggak usah berpikir terlalu banyak," ujar Yasmin.Setelah Yasmin meninggalkan rumah sakit, dia pergi ke Taman Royal.Ketika anak-anak melihatnya, mereka memeluknya dengan bahagia."Aa! Tunggu, tunggu ...." Yasmin meringis kesakitan. Aduh, pinggangnya ....Anak-anak mengira Yasmin sedang bercanda, jadi mereka mulai memanjatnya."Mama, Mama! Kamu pergi perjalanan bisnis lagi, ya?""Apa Mama capek mengurus perusahaan Kakek?""Aku ingin membantu Mama. Dengan begitu, Mama nggak akan kelelahan."Hati Yasmin berbunga-bunga saat dia melihat wajah mereka yang lucu dan polos. Rasa lelahnya pun berkurang banyak.Dia memegang pipi masing-masing, kemudian mengecup mereka satu per satu."Oke. Setelah kalian besar, Mama akan pensiun dan bersantai di rumah setiap hari.""Oke. Kami akan berusaha setelah kami besar!"Yasmin terseny
"Kalau pria dan wanita pergi berkencan, apa akan ada bayi?" tanya Julian dengan penasaran."Apa kami akan mempunyai adik?" tanya Julius.Yasmin dapat merasakan tatapan berbahaya Daniel. Dia pun buru-buru menutup mulut Julian. Berhenti berbicara!Julian melebarkan matanya dan tampak sangat polos.Tony yang berdiri di belakang dan melihat itu tersenyum dengan lebar.Alangkah baiknya kalau ini adalah pernikahan yang bahagia dan keluarga yang sempurna."Ayo masuk dan makan." Yasmin menarik kedua putranya. Dia khawatir makin banyak omong kosong yang keluar dari mulut mereka.Anak-anak paling bahagia kalau bersama Papa dan Mama. Julian bahkan ingin menyuap Yasmin. "Mama, aa ...."Yasmin tersenyum, lalu dia membuka mulutnya. "Enak."Mata Julian berbinar-binar saat dia melihat mamanya.Julia turun dari kursinya, lalu dia berlari ke arah papanya. "Ke mana Papa dan Mama akan berkencan? Ke laut?"Daniel menggendong Julia, lalu mendudukkan Julia di pahanya. "Bukan. Besok kami sudah pulang.""Papa,