Tatapan mata Yasmin menjadi licik dan dia menjawab dengan datar, "Nggak.""Kamu kira aku akan memercayaimu? Kamu memanfaatkan anak-anak untuk menggoda Daniel dan beraninya kamu berkata kepada Ayah kalau kamu menyukai Daniel. Kamu menjijikkan sekali," ujar Irene dengan nada sinis. "Kamu bisa sombong sekarang, tapi ke depannya nggak pasti!""Aku nggak perlu memanfaatkan anak-anak. Kamu sudah berpikir terlalu banyak.""Maksudmu meskipun tanpa anak-anak, Daniel tetap akan mencarimu?" Irene tertawa sinis. "Kamu benar-benar mengira kamu sangat didambakan?"Yasmin bisa langsung mematikan telepon, tapi dia tidak melakukannya.Dia mendengarkan kata-kata arogan Irene dengan sabar."Aku tahu apa niatmu. Kamu ingin menggantikan posisiku dan menjadi Nyonya Guntur yang diirikan orang. Selama aku masih hidup, kamu jangan harap! Kamu dan ibumu sama saja, kalian adalah orang yang memalukan!""Kamu salah. Aku hanya menyukai Daniel," kata Yasmin."Meskipun begitu, aku juga nggak mengizinkanmu!" Suara Ire
Ruang ganti ini memiliki lebih banyak model daripada toko anak-anak.Itu dipenuhi dengan merek mewah yang bahkan tidak berani dibayangkan Yasmin.Inilah perbedaan Papa dan Mama mereka.Bagaikan bumi dan langit.Yasmin berbalik, lalu dia mendapati Julian menutup sebuah lemari dan berdiri di sana dengan ekspresi waswas.Julia pasti sedang bersembunyi di lemari itu."Coba Mama lihat, apa dia di sini ...?" Yasmin juga tidak bisa membiarkan Julia bersembunyi kelamaan atau Julia akan keluar sendiri. Yasmin pun menarik pintu lemari."Aaa! Mama menemukanku!" teriak Julia dengan penuh semangat dan wajah merah.Yasmin berjongkok di depan Julia, kemudian mengusap pipinya. "Hai, kelinci.""Mama ... jangan makan kelinci," ucap Julia dengan imut."Hahahaha. Nggak bisa. Mama harus memakanmu." Yasmin mengikuti gaya Julia dan mengerucutkan bibirnya."Papa!""Ada Papa juga nggak berguna. Biarkan Mama menggigitmu," kata Yasmin sambil mendekatkan kepalanya."Aaaa. Mama, aku nggak enak. Aku sama sekali ngg
"Nanti kita baru membicarakannya. Sekarang tidur." Daniel langsung menutup wajah Julia dengan tangannya.Wajah itu terlihat sangat kecil di bawah telapak tangan Daniel.Menolak barulah jawaban yang benar.Jangan Daniel yang tidak bersedia, Yasmin sendiri juga merasa aneh.Kalau mereka tidur berlima seperti ini setiap hari, bukankah itu sama dengan sebuah keluarga yang saling menyayangi? Mereka mungkin bisa berkompromi demi anak-anak."Nggak mau, aku nggak mau tidur. Papa bercerita, dong," kata Julia dengan imut.Yasmin merasa sangat lucu ketika dia melihat tampang Daniel yang tak berdaya dan terlihat benar-benar ingin "bercerita".Ternyata Daniel punya masalah yang tidak bisa dia selesaikan!Karena hari ini Daniel baik, Yasmin menyelamatkannya. "Matikan lampunya."Daniel pun mengulurkan tangannya untuk mematikan lampu.Kamarnya langsung menjadi gelap."Aa! Papa, Mama, aku nggak bisa melihat kalian!" teriak Julia."Kalian belum bercerita!" kata Julian.Yasmin memeluk Julius yang paling
Daniel baru saja memasuki dapur dan dia melihat susu anak-anak sudah disiapkan.Tony tersenyum dan berkata, "Sudah hampir saatnya mereka bangun, jadi saya barusan selesai menyiapkan susu mereka."Julian memegang botol susunya. Dia menggigit dot botol, kemudian mengisapnya dengan mulut kecilnya. Dia tampak sangat imut.Daniel mengambil dua botol lainnya, lalu kembali ke atas.Saat dia masuk kamar, Julius juga sudah bangun. Dia pun memberikan Julius botol susunya.Julia telah berpindah ke dalam pelukan mamanya yang nyaman dan tertidur dengan sangat nyenyak."Biarkan aku." Julian yang sudah meminum susunya mengambil botol susu dari papanya. Setelah dia turun dari tubuh papanya, dia naik ke tempat tidur.Daniel berpikir apa yang akan dilakukan Julian. Kemudian, dia melihat Julian memasukkan dot botol ke dalam mulut Julia. Julia tanpa sadar membuka mulutnya, kemudian mengisap dot botol dalam keadaan masih tidur.Setelah Julia menghabiskan susunya, dia lanjut tidur.Julian menyerahkan botol
Lengan Yasmin sakit karena cengkeraman Irene. "Lepaskan aku ....""Aa!" Irene tiba-tiba mencondongkan tubuhnya ke belakang, lalu dia terjatuh dari tangga. "Aaa!"Yasmin terkejut dan melihat Irene terjatuh. Dia mengulurkan tangannya, tapi dia tidak sempat menangkap Irene.Dia mendongak, lalu dia melihat ada yang sedang berlari ke arah sini. Itu Daniel.Setelah Irene berguling sampai sudut tangga, dia baru berhenti. Daniel memeluknya dan berkata, "Irene?"Kepala Irene berdarah dan napasnya lemah. Dia mengerahkan seluruh tenaganya untuk menunjuk Yasmin, lalu berkata, "Dia ... mendorong ... ku ...." Setelah itu, dia pingsan.Daniel menoleh ke arah Yasmin. Matanya terlihat tajam dan sinis.Bulu kuduk Yasmin berdiri. Dia menggelengkan kepalanya sambil melangkah mundur. "Bu ... bukan aku ...."Daniel mengabaikan penjelasannya. Dia langsung menggendong Irene yang sedang tidak sadarkan diri dan meninggalkan Taman Royal untuk pergi ke rumah sakit.Yasmin meraih pegangan tangga karena dia hampir
"Sekarang Tuan Daniel sedang sibuk," ucap pengawal itu.Yasmin bertanya, "Apa Irene sudah bangun?""Saya nggak tahu."Yasmin masih ingin memohon pada pengawal itu untuk membiarkannya masuk, tapi pengawal itu juga hanya mendengar perintah Daniel.Daniel tidak mengizinkan siapa pun masuk dan itu termasuk Yasmin.Kalau dia menerobos masuk dan mengganggu Irene yang sedang terluka, hukuman Daniel kepadanya hanya akan makin berat.Yasmin hanya bisa bersabar. Dia berbalik, lalu menuju ke kantor Helen.Dia bertanya tentang keadaan Irene."Parah?""Gegar otak cukup serius, tapi kamu tenang saja, itu nggak mengancam nyawa," ujar Helen.Yasmin tidak tahu apa ini termasuk penghiburan atau bukan. Pokoknya, kali ini dia sial.Karena dia tidak dapat bertemu dengan Daniel, dia menjelaskan kepada Helen dengan tak berdaya, "Dia menggenggam lenganku dan aku hanya ingin melepaskan tangannya. Aku nggak mendorongnya. Dia sendiri yang jatuh ke belakang. Irene mau mencelakaiku!"Helen hanyalah seorang dokter.
Yasmin ketakutan sehingga tubuhnya gemetar dan wajahnya memucat. Air mata berkumpul di kelopak mata bawah.Saat ini, dia merasa takut, sedih dan kecewa."Apa aku sudah memberikanmu pemikiran yang nggak seharusnya kamu miliki?" tanya Daniel dengan nada seram dan tatapan tajam."Aku nggak memiliki pemikiran apa-apa. Aku hanya ingin bersama anak-anak. Apa itu salah?" Yasmin merasa hawa dingin menyelimuti hatinya. "Semalam Irene meneleponku dan mengancamku. Hari ini dia datang dan sengaja jatuh dari tangga untuk mencelakaiku!"Daniel berjongkok, lalu meraih rahangnya. "Kamu kira aku nggak tahu kamu membeli ponsel baru, hm?"Tubuh Yasmin gemetar. Dia tahu?"Kamu tahu ponselmu diawasi, 'kan?" Daniel menatapnya dengan sinis. "Sebenarnya dia yang ingin mengatakan kata-kata itu atau kamu yang memancingnya?"Yasmin tampak ketakutan. "Bukan, bukan aku. Percayalah padaku ....""Kamu menyukaiku? Dengarkan ini baik-baik." Daniel mengeluarkan ponselnya, lalu memutar rekaman di dalam.Setelah itu, mun
Namun, itu tidak bisa memengaruhi suasana hatinya yang sekarang."Aku sudah memutar rekaman itu kepada Daniel. Kamu nggak tahu betapa mengerikan ekspresinya," ujar Irene."Klara dan putrinya masih ingin bersaing dengan kita? Harapan terbesarku adalah menginjak wajah Klara ke lumpur.""Untung ada Ibu yang membantuku. Kalau nggak, Daniel mungkin nggak percaya kalau Yasmin yang melukaiku," kata Irene."Yasmin sudah mengacaukan pendaftaran akta nikahmu, bagaimana mungkin aku akan mengampuninya? Untungnya, Klara adalah orang yang nggak ada otak. Aku cukup memprovokasinya beberapa kali," kata Dahlia dengan bangga.Irene tidak memberi tahu kalau sebenarnya dia sendiri yang jatuh dari tangga. Ini untuk menyeret Yasmin.Akan lebih berbahaya kalau tambah satu orang yang tahu.Terlebih lagi, di sini adalah rumah sakit dan ramai. Gawat kalau ada yang kedengaran.Lagi pula, tujuannya sudah tercapai.Hanya saja, dia tidak tahu apa yang akan dilakukan Daniel kepada Yasmin. Sebaiknya Yasmin menghilang
"Lauren yang nggak tahu malu dan bersikeras melengket dengan Evan! Tante nggak perlu khawatir. Aku bisa menanganinya." Sofia terlihat sombong. Bagaimana mungkin dia merasa terancam oleh wanita yang berasal dari daerah kumuh? "Tapi, bagaimana Tante bisa tahu?"Melihat Sofia masih belum mengetahui apa-apa, Jessy pun berkata, "Lauren ini sedang hamil.""Apa?" Raut wajah Sofia berubah drastis. Suaranya menjadi tinggi.Saat Jessy melihat Sofia mau naik darah, dia berkata, "Ketika aku berada di toilet, aku mendengar istri Daniel mengatakannya. Aku merasa kamu pasti nggak tahu, jadi aku memberitahumu.""Aku mau membunuh Lauren si wanita jalang itu! Dasar nggak tahu diri! Bisa-bisanya sampah sepertinya ingin berebutan denganku. Aku akan bertanya pada Evan ....""Tunggu." Jessy menahannya."Tante, aku nggak bisa berpura-pura nggak tahu tentang hal ini!""Apa yang bisa kamu lakukan setelah mengetahuinya? Kalau kamu membuat keributan, kamu yang malu. Sekarang yang paling penting adalah kamu harus
"Iya, aku meneleponnya. Nanti malam aku ingin pergi menemuinya," kata Yasmin."Nggak perlu," tolak Evan.Alis Yasmin pun berkerut. "Kenapa? Paman, kamu seperti ini salah. Kamu sudah melukai dua orang.""Aku tahu apa yang sedang kulakukan." Evan tidak ingin membicarakan ini lagi.Sofia datang. Dia bersandar pada Evan, lalu bertanya, "Apa yang sedang kalian bicarakan? Kenapa wajah Yasmin terlihat sangat serius?"Yasmin berkata, "Wajahku menjadi terlihat serius karena aku memakai masker. Hebat."Sofia sengaja tertawa.Evan merangkul Sofia. "Ayo cari tempat untuk makan. Apa kamu lapar?""Lapar. Evan, kamu sangat baik padaku.""Selamat menikmati, Yasmin." Setelah Evan mengatakan itu, dia pergi bersama Sofia.Yasmin melihat tampang mereka berdua yang tampak mesra. Ini benar-benar tidak pantas bagi Lauren.Dia pun berbalik dan pergi ke toilet.Dia tiba di depan toilet wanita dan baru saja ingin membuka pintu."Yasmin." Daniel muncul dari belakang. "Jangan berkeliaran."Jessy yang hendak menar
Anak-anak berlari keluar untuk bermain. Yasmin berdiri, lalu mengingatkan mereka, "Jangan nakal, ya!"Jessy tertawa. "Ketiga anak kecil itu benar-benar menggemaskan. Aku sangat suka melihat mereka."Juan berkata, "Kalau begitu, minta James cepat mencari istri agar dia juga dapat melahirkan anak."James mengerutkan alisnya. "Bukankah itu terlalu cepat untukku? Bukankah sekarang sudah ada yang lebih modern? Setelah bertunangan, kamu bisa melewatkan pernikahan dan langsung mempunyai anak!"Sofia melihat Evan dengan senang, kemudian mengulurkan tangan untuk memeluk lengan Evan.Meskipun Evan diam saja, Sofia tetap sangat senang.Hari ini adalah hari pertunangannya. Akhirnya hari ini tiba juga.Ketika mereka tidur bersama malam ini, Sofia tentu bisa hamil.Jessy memelototi James. Walaupun apa yang dikatakan James benar, dia tidak boleh mengatakan hal yang begitu memalukan!Lalu, dia sengaja mengatai putranya, "Kamu juga sudah nggak muda. Jangan membuat keluargamu cemas. Kapan kamu akan memb
"Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Yasmin."Nggak tahu. Yasmin ... aku hamil." Lauren memberitahunya. "Jalan keluarku semuanya sudah diblokir Evan."Yasmin terkejut. "Hamil ....""Dia mengganti pil KB-ku dan membuatku hamil. Evan ... benar-benar membuatku jijik!"Yasmin dapat merasakan keputusasaan Lauren.Di keputusasaannya Lauren, apa yang bisa dilakukan tentang pertunangan Evan?Evan tahu Lauren sedang hamil anaknya, tapi dia tetap pergi bertunangan dengan wanita lain. Dia benar-benar parah.Lauren menghibur dirinya sendiri, "Kamu nggak perlu mengkhawatirkanku. Manusia tetap harus berpikiran terbuka, 'kan?"Pada hari pertunangan Evan, Yasmin dan Daniel membawa anak-anak ke Kota Greya.Saat melihat daftar nama tamu, tidak ada yang menyangka Daniel, penguasa Kota Imperial, akan muncul.Hubungan itu tentu membuat Keluarga Darsono puas.Mereka mengadakan pestanya di hotel termewah Kota Greya. Mereka memesan seluruh gedung.Helikopter mendarah di atap. Setelah mereka tiba di lantai satu
Lauren sendiri tidak tahu siapa ibu kandungnya.Ayah tirinya bukanlah orang baik, sementara ibu angkatnya berpura-pura tidak melihatnya. Mereka menjalani hidup yang susah setiap hari.Dia selalu berpikir kenapa orang tua kandungnya tidak menginginkannya? Apa dia diculik orang seperti kakak kandung James?Kalau seperti itu, Lauren akan merasa sedikit lebih baik.Setidaknya dia bukan dibuang ...."Omong-omong, kakakku sangat hebat. Apa kamu tahu apa yang dia ambil pada pesta ulang tahunnya yang pertama?""Kalkulator? Pulpen? Makanan? Uang?" Lagi pula, tidak ada yang perlu dilakukan Lauren, lebih baik mengobrol dengan James."Semuanya salah. Dia memegang tangan kakekku.""Ha?" Itu benar-benar di luar sangka Lauren."Makanya, kakekku sangat senang. Dia langsung mengumumkan kalau kakakku akan menjadi penerus Keluarga Darsono." Setelah James berbicara dengan penuh semangat, suaranya berubah menjadi kecewa ketika dia berkata, "Tapi, kakakku nggak mempunyai takdir itu ....""Takdir setiap oran
Lauren tidak hanya memahami ancaman itu, tapi tubuhnya juga mendingin.Selama anak ini ada, semuanya baik-baik saja. Begitu anak ini tidak ada, pembunuhan apa pun bisa terjadi.Tak peduli apa Lauren sengaja menggugurkan anak ini atau tidak.Dia bertanggung jawab.Besok pagi, Evan menemani Lauren makan sarapan sebelum pergi. Dia memegang jasnya dan naik mobil. Suasana hatinya tampak sangat bagus.Lauren berjalan ke pintu, lalu melihat mobil Bentley hitam itu melaju pergi. Kemudian, gerbang tertutup secara otomatis.Evan pergi atau tidak itu tidak terasa berbeda.Lauren merasa ada kamera di mana-mana sehingga dia tidak punya tempat untuk bersembunyi.Dia pergi ke kamar mandi, lalu melihat bagian belakang cermin kecil. Benda tersebut masih di sana.Dia benar-benar ingin mencabutnya, kemudian melemparkannya ke dalam toilet.Namun, apa yang dikatakan Evan tidak boleh dianggap remeh. Kalau Lauren membuang kamera ini, akan muncul kamera kedua.Terdengar suara dering ponsel dari kamar tidur. L
"Kamu salah. Aku keluar untuk melihat bulan. Kapan aku ingin melarikan diri?" bohong Lauren dengan ekspresi datar."Lauren, kamu jangan berbohong tanpa berkedip. Kami semua melihatmu! Kenapa kamu mau keluar untuk melihat bulan? Apa di dalam nggak ada bulan?" Pada akhirnya, Zarco masih mementingkan harga dirinya sebagai pria.Dia sudah ditampar dan dihantam kepalanya. Dia sangat malu!"Rasa melihat bulan di luar dan dari dalam berbeda," balas Lauren. Dia tidak ingin mengalah pada Zarco. "Selain itu, dia sudah bersikap nggak sopan padaku. Apa aku nggak boleh memberinya pelajaran? Evan, kamu nggak bisa membiarkan anak buahmu selalu menindasku, 'kan?""Kak Evan, aku nggak ...." Zarco baru ingin membela diri, tapi kemudian Evan menyelanya."Obati lukamu."Zarco menggertakkan giginya dan amarah memenuhi hatinya, tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa karena ada Evan. Maka itu, dia pergi bersama anak buah lainnya.Evan menatap Lauren. Tatapan matanya yang tajam seperti monster yang menghantui
"Kamu pasti nggak memberitahunya kalau aku hamil," kata Lauren."Aku bilang aku menyembunyikanmu di luar." Evan bersandar ke kursi ruang kerjanya dan meregangkan kaki panjangnya. "Dia nggak peduli. Walaupun dia tahu, dia nggak bisa melakukan apa-apa. Aku hanya nggak suka repot.""Kalau kita menggugurkan anak ini, maka nggak akan ada repot," kata Lauren."Aku lebih memilih membunuh orang tua itu."Kekejaman Evan mengejutkan Lauren, jadi Lauren tidak ingin lanjut berbicara dengannya. "Aku mau tidur. Sudah, ya."Setelah mematikan telepon, dia melirik cahaya terakhir di cakrawala sebelum berjalan kembali.Dia tidak meragukan kalau Evan tidak peduli dengan ikatan keluarga. Orang tua angkatnya Lauren dan Juan bukanlah siapa-siapa bagi Evan.Namun, dia bersikeras menginginkan anak.Lauren ingin sekali bertanya padanya apa dia tahu bagaimana cara mendidik anak?Bagi orang yang tumbuh di daerah kumuh, hal yang paling mereka kurang adalah kasih sayang ...Lauren tahu Evan tidak akan datang. Dia
"Aku setuju untuk bertunangan, tapi syaratku adalah kamu nggak boleh mencari Lauren," ujar Evan dengan tajam.Juan menganggukkan kepalanya. "Baiklah. Aku akan menentukan waktunya."Evan sengaja bertanya, "Apa kamu akan mengundang istrimu ke pertunanganku?"Ekspresi Juan menjadi masam. "Dia dirawat dengan baik di rumah sakit jiwa, jadi dia nggak boleh keluar."Selesai makan malam, Evan tidak menetap dan langsung pergi.Dia meninggalkan Juan sendirian di meja makan.Pengurus rumah berjalan mendekat. "Tuan Besar, apa Anda ingin saya memanaskan sopnya? Saya melihat Anda nggak meminum sesendok pun.""Apa aku bisa menelannya?" Juan meletakkan sendok garpunya."Pria mencari wanita bukan hal yang perlu dikhawatirkan," hibur pengurus rumah."Wanita ini berbeda. Dia adalah mantan istri Gilbert." Juan tidak pernah meremehkan Lauren. "Aku bisa melihat dia itu wanita yang cukup kejam karena bisa melemparkan Gilbert ke penjara. Kalau Evan jatuh ke tangannya lagi ....""Tuan Besar nggak perlu khawati