"Sekarang Tuan Daniel sedang sibuk," ucap pengawal itu.Yasmin bertanya, "Apa Irene sudah bangun?""Saya nggak tahu."Yasmin masih ingin memohon pada pengawal itu untuk membiarkannya masuk, tapi pengawal itu juga hanya mendengar perintah Daniel.Daniel tidak mengizinkan siapa pun masuk dan itu termasuk Yasmin.Kalau dia menerobos masuk dan mengganggu Irene yang sedang terluka, hukuman Daniel kepadanya hanya akan makin berat.Yasmin hanya bisa bersabar. Dia berbalik, lalu menuju ke kantor Helen.Dia bertanya tentang keadaan Irene."Parah?""Gegar otak cukup serius, tapi kamu tenang saja, itu nggak mengancam nyawa," ujar Helen.Yasmin tidak tahu apa ini termasuk penghiburan atau bukan. Pokoknya, kali ini dia sial.Karena dia tidak dapat bertemu dengan Daniel, dia menjelaskan kepada Helen dengan tak berdaya, "Dia menggenggam lenganku dan aku hanya ingin melepaskan tangannya. Aku nggak mendorongnya. Dia sendiri yang jatuh ke belakang. Irene mau mencelakaiku!"Helen hanyalah seorang dokter.
Yasmin ketakutan sehingga tubuhnya gemetar dan wajahnya memucat. Air mata berkumpul di kelopak mata bawah.Saat ini, dia merasa takut, sedih dan kecewa."Apa aku sudah memberikanmu pemikiran yang nggak seharusnya kamu miliki?" tanya Daniel dengan nada seram dan tatapan tajam."Aku nggak memiliki pemikiran apa-apa. Aku hanya ingin bersama anak-anak. Apa itu salah?" Yasmin merasa hawa dingin menyelimuti hatinya. "Semalam Irene meneleponku dan mengancamku. Hari ini dia datang dan sengaja jatuh dari tangga untuk mencelakaiku!"Daniel berjongkok, lalu meraih rahangnya. "Kamu kira aku nggak tahu kamu membeli ponsel baru, hm?"Tubuh Yasmin gemetar. Dia tahu?"Kamu tahu ponselmu diawasi, 'kan?" Daniel menatapnya dengan sinis. "Sebenarnya dia yang ingin mengatakan kata-kata itu atau kamu yang memancingnya?"Yasmin tampak ketakutan. "Bukan, bukan aku. Percayalah padaku ....""Kamu menyukaiku? Dengarkan ini baik-baik." Daniel mengeluarkan ponselnya, lalu memutar rekaman di dalam.Setelah itu, mun
Namun, itu tidak bisa memengaruhi suasana hatinya yang sekarang."Aku sudah memutar rekaman itu kepada Daniel. Kamu nggak tahu betapa mengerikan ekspresinya," ujar Irene."Klara dan putrinya masih ingin bersaing dengan kita? Harapan terbesarku adalah menginjak wajah Klara ke lumpur.""Untung ada Ibu yang membantuku. Kalau nggak, Daniel mungkin nggak percaya kalau Yasmin yang melukaiku," kata Irene."Yasmin sudah mengacaukan pendaftaran akta nikahmu, bagaimana mungkin aku akan mengampuninya? Untungnya, Klara adalah orang yang nggak ada otak. Aku cukup memprovokasinya beberapa kali," kata Dahlia dengan bangga.Irene tidak memberi tahu kalau sebenarnya dia sendiri yang jatuh dari tangga. Ini untuk menyeret Yasmin.Akan lebih berbahaya kalau tambah satu orang yang tahu.Terlebih lagi, di sini adalah rumah sakit dan ramai. Gawat kalau ada yang kedengaran.Lagi pula, tujuannya sudah tercapai.Hanya saja, dia tidak tahu apa yang akan dilakukan Daniel kepada Yasmin. Sebaiknya Yasmin menghilang
"Duduklah. Ibu akan memasak untukmu." Lalu, Klara pergi ke kulkas.Saat dia membuka kulkas, dia melihat ada berbagai bahan makanan di dalam.Dia tidak tahu kalau Andy yang membelinya. Setelah dia memilih beberapa sayur, dia memasuki dapur.Dia juga merasa bersalah. Dia tidak menyangka Dahlia akan merekam percakapan mereka.Karena itu, dia sudah mencelakai putrinya.Pada saat ini, Dahlia dan putrinya pasti merasa sangat bangga.Setelah Klara selesai memasak, Yasmin duduk di depan meja dan makan dengan lemas.Klara duduk di seberangnya dan melihat Yasmin makan. Dia berkata, "Maaf, Yasmin. Ibu nggak menyangka Ibu akan terjebak dalam perangkap mereka ....""Walaupun kamu nggak bilang apa-apa, aku tetap akan disalahkan karena Irene terluka. Daniel menyayangi Irene ..." kata Yasmin dengan raut wajah datar."Mereka ibu dan anak benar-benar jahat!" kata Klara dengan marah.Yasmin menundukkan kepalanya dan berkata, "Kamu jangan mencari mereka lagi. Kita nggak akan bisa menang.""Mari kita pikir
Kalau mereka sudah mendaftar akta nikah, semua usaha Klara dan putrinya menjadi sia-sia dan mereka akan sangat kesal.Setelah Dahlia sampai rumah, dia melihat Andy sedang bersiap-siap untuk keluar. Dahlia buru-buru bertanya, "Kamu sudah pulang?""Cuman untuk mengambil dokumen," kata Andy dengan cuek. Setelah itu, dia masuk ke dalam mobil.Amarah memenuhi hati Dahlia. Dia bergegas berkata, "Irene masuk rumah sakit. Kamu belum tahu, 'kan?"Andy yang sedang membuka pintu mobil berhenti bergerak, lalu menoleh ke arah Dahlia.Dahlia menuduh, "Lihatlah dirimu. Sesuatu yang serius telah terjadi pada putrimu, tapi kamu malah nggak tahu apa-apa.""Apa yang terjadi? Apa dia terluka parah?" Dua hari yang lalu, Andy masih melihat Irene di meja makan dan dia baik-baik saja."Dia berpapasan dengan Yasmin di Taman Royal. Mereka bertengkar, lalu akhirnya Yasmin mendorongnya dari tangga. Dia mengalami gegar otak dan hampir nggak bisa bangun," kata Dahlia dengan ekspresi marah. "Apa pun yang telah dikat
Andy tercengang, lalu bertanya, "Ada apa? Kamu nggak mau?""Ayah, kamu jangan ikut campur dalam urusanku. Itu nggak berguna.""Kenapa nggak berguna? Setidaknya, kamu dapat melihat anak-anak."Yasmin menggelengkan kepalanya. "Aku nggak terburu-buru. Nanti ketika aku ingin melihat anak-anak, aku baru mencari Ayah."Andy menghela napas berat. Dia sangat kebingungan.Karena seorang laki-laki, kedua putrinya bertengkar sampai seperti ini. Sebagai ayah mereka, dia malah tidak bisa menyelesaikan masalah itu.Dalam hati, dia merasa sangat tidak berdaya."Ayah, pulanglah. Aku baik-baik saja.""Kamu menerima begitu saja?""Sebenarnya, ini juga gara-gara aku. Siapa yang menyuruhku melahirkan mereka? Kalau nggak, nggak akan seperti ini ..." kata Yasmin dengan murung."Itu hal yang melibatkan dua orang. Kamu nggak harus menanggungnya sendirian. Sebenarnya, masalah terbesar ada di Daniel. Bisa-bisanya dia ingin lebih dari satu wanita. Dia sangat serakah!"Yasmin merasa ayahnya terlalu optimis.Danie
"Aku nggak perlu pengampunanmu karena aku nggak melakukannya." Yasmin tidak mungkin melakukan itu."Kamu benar-benar nggak mau?" tanya Irene. Saat dia tidak mendengar jawaban Yasmin, dia lanjut berkata, "Dua hari lagi, aku dan Daniel akan pergi mendaftar akta nikah. Apa kamu yakin nggak mau bersikap baik sedikit padaku?"Yasmin merasa terancam.Selain itu, apa Daniel benar-benar mau pergi mendaftar akta nikah dengan Irene?"Bersikaplah rendah hati padaku. Mungkin karena hubungan darah kita, aku akan memperlakukanmu dengan lebih baik. Itu termasuk ketiga anakmu.""Aku juga sangat terkejut. Kita berdua sama-sama anak Ayah, tapi kenapa kamu sangat kejam? Aku adalah aku. Anak-anak adalah anak-anak. Kalau kamu baik kepada mereka, mereka pasti akan berbakti padamu," ujar Yasmin."Apa maksudmu? Apa aku nggak bisa memiliki anakku sendiri? Apa cuman anak-anakmu yang bisa berbakti padaku? Nggak perlu!" kata Irene dengan kasar."Mau itu menikah ataupun mempunyai anak, aku turut bahagia untuk kali
"Kita nggak selalu ingin bermain. Ini karena kami sudah lama nggak melihat Mama!" balas Julian dengan garang.Dengan ekspresi sinis, Daniel berkata, "Pergi tidur.""Ke ... kenapa kamu galak sekali pada kami?" Julian kaget. Dia memelototi papanya, kemudian dia menarik Julius dan Julia. "Ayo pergi! Kami nggak mau Papa lagi, kami mau mencari Mama dan Papi!"Tatapan mata Daniel menjadi sinis. Sekujur tubuhnya memancarkan aura yang menakutkan.Ketiga anak itu baru keluar dari aula ketika mereka dihentikan oleh Tony dan pembantu lainnya. Masing-masing menggendong satu anak kembali ke kamar di atas.Julian berdiri di atas tempat tidur sambil berkacak pinggang. Dia berkata dengan galak, "Kenapa kami nggak boleh keluar rumah? Kami nggak mau tinggal di sini! Kami mau mencari Mama! Mama sedang dalam perjalanan bisnis? Aku merasa kalian hanya ingin menipu anak kecil!""Dan karena kami memang masih kecil, kami lebih mudah ditipu!" kata Julia.Menggemaskan sekali! Tony tertawa sebelum berkata, "Mama
"Lauren yang nggak tahu malu dan bersikeras melengket dengan Evan! Tante nggak perlu khawatir. Aku bisa menanganinya." Sofia terlihat sombong. Bagaimana mungkin dia merasa terancam oleh wanita yang berasal dari daerah kumuh? "Tapi, bagaimana Tante bisa tahu?"Melihat Sofia masih belum mengetahui apa-apa, Jessy pun berkata, "Lauren ini sedang hamil.""Apa?" Raut wajah Sofia berubah drastis. Suaranya menjadi tinggi.Saat Jessy melihat Sofia mau naik darah, dia berkata, "Ketika aku berada di toilet, aku mendengar istri Daniel mengatakannya. Aku merasa kamu pasti nggak tahu, jadi aku memberitahumu.""Aku mau membunuh Lauren si wanita jalang itu! Dasar nggak tahu diri! Bisa-bisanya sampah sepertinya ingin berebutan denganku. Aku akan bertanya pada Evan ....""Tunggu." Jessy menahannya."Tante, aku nggak bisa berpura-pura nggak tahu tentang hal ini!""Apa yang bisa kamu lakukan setelah mengetahuinya? Kalau kamu membuat keributan, kamu yang malu. Sekarang yang paling penting adalah kamu harus
"Iya, aku meneleponnya. Nanti malam aku ingin pergi menemuinya," kata Yasmin."Nggak perlu," tolak Evan.Alis Yasmin pun berkerut. "Kenapa? Paman, kamu seperti ini salah. Kamu sudah melukai dua orang.""Aku tahu apa yang sedang kulakukan." Evan tidak ingin membicarakan ini lagi.Sofia datang. Dia bersandar pada Evan, lalu bertanya, "Apa yang sedang kalian bicarakan? Kenapa wajah Yasmin terlihat sangat serius?"Yasmin berkata, "Wajahku menjadi terlihat serius karena aku memakai masker. Hebat."Sofia sengaja tertawa.Evan merangkul Sofia. "Ayo cari tempat untuk makan. Apa kamu lapar?""Lapar. Evan, kamu sangat baik padaku.""Selamat menikmati, Yasmin." Setelah Evan mengatakan itu, dia pergi bersama Sofia.Yasmin melihat tampang mereka berdua yang tampak mesra. Ini benar-benar tidak pantas bagi Lauren.Dia pun berbalik dan pergi ke toilet.Dia tiba di depan toilet wanita dan baru saja ingin membuka pintu."Yasmin." Daniel muncul dari belakang. "Jangan berkeliaran."Jessy yang hendak menar
Anak-anak berlari keluar untuk bermain. Yasmin berdiri, lalu mengingatkan mereka, "Jangan nakal, ya!"Jessy tertawa. "Ketiga anak kecil itu benar-benar menggemaskan. Aku sangat suka melihat mereka."Juan berkata, "Kalau begitu, minta James cepat mencari istri agar dia juga dapat melahirkan anak."James mengerutkan alisnya. "Bukankah itu terlalu cepat untukku? Bukankah sekarang sudah ada yang lebih modern? Setelah bertunangan, kamu bisa melewatkan pernikahan dan langsung mempunyai anak!"Sofia melihat Evan dengan senang, kemudian mengulurkan tangan untuk memeluk lengan Evan.Meskipun Evan diam saja, Sofia tetap sangat senang.Hari ini adalah hari pertunangannya. Akhirnya hari ini tiba juga.Ketika mereka tidur bersama malam ini, Sofia tentu bisa hamil.Jessy memelototi James. Walaupun apa yang dikatakan James benar, dia tidak boleh mengatakan hal yang begitu memalukan!Lalu, dia sengaja mengatai putranya, "Kamu juga sudah nggak muda. Jangan membuat keluargamu cemas. Kapan kamu akan memb
"Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Yasmin."Nggak tahu. Yasmin ... aku hamil." Lauren memberitahunya. "Jalan keluarku semuanya sudah diblokir Evan."Yasmin terkejut. "Hamil ....""Dia mengganti pil KB-ku dan membuatku hamil. Evan ... benar-benar membuatku jijik!"Yasmin dapat merasakan keputusasaan Lauren.Di keputusasaannya Lauren, apa yang bisa dilakukan tentang pertunangan Evan?Evan tahu Lauren sedang hamil anaknya, tapi dia tetap pergi bertunangan dengan wanita lain. Dia benar-benar parah.Lauren menghibur dirinya sendiri, "Kamu nggak perlu mengkhawatirkanku. Manusia tetap harus berpikiran terbuka, 'kan?"Pada hari pertunangan Evan, Yasmin dan Daniel membawa anak-anak ke Kota Greya.Saat melihat daftar nama tamu, tidak ada yang menyangka Daniel, penguasa Kota Imperial, akan muncul.Hubungan itu tentu membuat Keluarga Darsono puas.Mereka mengadakan pestanya di hotel termewah Kota Greya. Mereka memesan seluruh gedung.Helikopter mendarah di atap. Setelah mereka tiba di lantai satu
Lauren sendiri tidak tahu siapa ibu kandungnya.Ayah tirinya bukanlah orang baik, sementara ibu angkatnya berpura-pura tidak melihatnya. Mereka menjalani hidup yang susah setiap hari.Dia selalu berpikir kenapa orang tua kandungnya tidak menginginkannya? Apa dia diculik orang seperti kakak kandung James?Kalau seperti itu, Lauren akan merasa sedikit lebih baik.Setidaknya dia bukan dibuang ...."Omong-omong, kakakku sangat hebat. Apa kamu tahu apa yang dia ambil pada pesta ulang tahunnya yang pertama?""Kalkulator? Pulpen? Makanan? Uang?" Lagi pula, tidak ada yang perlu dilakukan Lauren, lebih baik mengobrol dengan James."Semuanya salah. Dia memegang tangan kakekku.""Ha?" Itu benar-benar di luar sangka Lauren."Makanya, kakekku sangat senang. Dia langsung mengumumkan kalau kakakku akan menjadi penerus Keluarga Darsono." Setelah James berbicara dengan penuh semangat, suaranya berubah menjadi kecewa ketika dia berkata, "Tapi, kakakku nggak mempunyai takdir itu ....""Takdir setiap oran
Lauren tidak hanya memahami ancaman itu, tapi tubuhnya juga mendingin.Selama anak ini ada, semuanya baik-baik saja. Begitu anak ini tidak ada, pembunuhan apa pun bisa terjadi.Tak peduli apa Lauren sengaja menggugurkan anak ini atau tidak.Dia bertanggung jawab.Besok pagi, Evan menemani Lauren makan sarapan sebelum pergi. Dia memegang jasnya dan naik mobil. Suasana hatinya tampak sangat bagus.Lauren berjalan ke pintu, lalu melihat mobil Bentley hitam itu melaju pergi. Kemudian, gerbang tertutup secara otomatis.Evan pergi atau tidak itu tidak terasa berbeda.Lauren merasa ada kamera di mana-mana sehingga dia tidak punya tempat untuk bersembunyi.Dia pergi ke kamar mandi, lalu melihat bagian belakang cermin kecil. Benda tersebut masih di sana.Dia benar-benar ingin mencabutnya, kemudian melemparkannya ke dalam toilet.Namun, apa yang dikatakan Evan tidak boleh dianggap remeh. Kalau Lauren membuang kamera ini, akan muncul kamera kedua.Terdengar suara dering ponsel dari kamar tidur. L
"Kamu salah. Aku keluar untuk melihat bulan. Kapan aku ingin melarikan diri?" bohong Lauren dengan ekspresi datar."Lauren, kamu jangan berbohong tanpa berkedip. Kami semua melihatmu! Kenapa kamu mau keluar untuk melihat bulan? Apa di dalam nggak ada bulan?" Pada akhirnya, Zarco masih mementingkan harga dirinya sebagai pria.Dia sudah ditampar dan dihantam kepalanya. Dia sangat malu!"Rasa melihat bulan di luar dan dari dalam berbeda," balas Lauren. Dia tidak ingin mengalah pada Zarco. "Selain itu, dia sudah bersikap nggak sopan padaku. Apa aku nggak boleh memberinya pelajaran? Evan, kamu nggak bisa membiarkan anak buahmu selalu menindasku, 'kan?""Kak Evan, aku nggak ...." Zarco baru ingin membela diri, tapi kemudian Evan menyelanya."Obati lukamu."Zarco menggertakkan giginya dan amarah memenuhi hatinya, tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa karena ada Evan. Maka itu, dia pergi bersama anak buah lainnya.Evan menatap Lauren. Tatapan matanya yang tajam seperti monster yang menghantui
"Kamu pasti nggak memberitahunya kalau aku hamil," kata Lauren."Aku bilang aku menyembunyikanmu di luar." Evan bersandar ke kursi ruang kerjanya dan meregangkan kaki panjangnya. "Dia nggak peduli. Walaupun dia tahu, dia nggak bisa melakukan apa-apa. Aku hanya nggak suka repot.""Kalau kita menggugurkan anak ini, maka nggak akan ada repot," kata Lauren."Aku lebih memilih membunuh orang tua itu."Kekejaman Evan mengejutkan Lauren, jadi Lauren tidak ingin lanjut berbicara dengannya. "Aku mau tidur. Sudah, ya."Setelah mematikan telepon, dia melirik cahaya terakhir di cakrawala sebelum berjalan kembali.Dia tidak meragukan kalau Evan tidak peduli dengan ikatan keluarga. Orang tua angkatnya Lauren dan Juan bukanlah siapa-siapa bagi Evan.Namun, dia bersikeras menginginkan anak.Lauren ingin sekali bertanya padanya apa dia tahu bagaimana cara mendidik anak?Bagi orang yang tumbuh di daerah kumuh, hal yang paling mereka kurang adalah kasih sayang ...Lauren tahu Evan tidak akan datang. Dia
"Aku setuju untuk bertunangan, tapi syaratku adalah kamu nggak boleh mencari Lauren," ujar Evan dengan tajam.Juan menganggukkan kepalanya. "Baiklah. Aku akan menentukan waktunya."Evan sengaja bertanya, "Apa kamu akan mengundang istrimu ke pertunanganku?"Ekspresi Juan menjadi masam. "Dia dirawat dengan baik di rumah sakit jiwa, jadi dia nggak boleh keluar."Selesai makan malam, Evan tidak menetap dan langsung pergi.Dia meninggalkan Juan sendirian di meja makan.Pengurus rumah berjalan mendekat. "Tuan Besar, apa Anda ingin saya memanaskan sopnya? Saya melihat Anda nggak meminum sesendok pun.""Apa aku bisa menelannya?" Juan meletakkan sendok garpunya."Pria mencari wanita bukan hal yang perlu dikhawatirkan," hibur pengurus rumah."Wanita ini berbeda. Dia adalah mantan istri Gilbert." Juan tidak pernah meremehkan Lauren. "Aku bisa melihat dia itu wanita yang cukup kejam karena bisa melemparkan Gilbert ke penjara. Kalau Evan jatuh ke tangannya lagi ....""Tuan Besar nggak perlu khawati