"Aku nggak perlu pengampunanmu karena aku nggak melakukannya." Yasmin tidak mungkin melakukan itu."Kamu benar-benar nggak mau?" tanya Irene. Saat dia tidak mendengar jawaban Yasmin, dia lanjut berkata, "Dua hari lagi, aku dan Daniel akan pergi mendaftar akta nikah. Apa kamu yakin nggak mau bersikap baik sedikit padaku?"Yasmin merasa terancam.Selain itu, apa Daniel benar-benar mau pergi mendaftar akta nikah dengan Irene?"Bersikaplah rendah hati padaku. Mungkin karena hubungan darah kita, aku akan memperlakukanmu dengan lebih baik. Itu termasuk ketiga anakmu.""Aku juga sangat terkejut. Kita berdua sama-sama anak Ayah, tapi kenapa kamu sangat kejam? Aku adalah aku. Anak-anak adalah anak-anak. Kalau kamu baik kepada mereka, mereka pasti akan berbakti padamu," ujar Yasmin."Apa maksudmu? Apa aku nggak bisa memiliki anakku sendiri? Apa cuman anak-anakmu yang bisa berbakti padaku? Nggak perlu!" kata Irene dengan kasar."Mau itu menikah ataupun mempunyai anak, aku turut bahagia untuk kali
"Kita nggak selalu ingin bermain. Ini karena kami sudah lama nggak melihat Mama!" balas Julian dengan garang.Dengan ekspresi sinis, Daniel berkata, "Pergi tidur.""Ke ... kenapa kamu galak sekali pada kami?" Julian kaget. Dia memelototi papanya, kemudian dia menarik Julius dan Julia. "Ayo pergi! Kami nggak mau Papa lagi, kami mau mencari Mama dan Papi!"Tatapan mata Daniel menjadi sinis. Sekujur tubuhnya memancarkan aura yang menakutkan.Ketiga anak itu baru keluar dari aula ketika mereka dihentikan oleh Tony dan pembantu lainnya. Masing-masing menggendong satu anak kembali ke kamar di atas.Julian berdiri di atas tempat tidur sambil berkacak pinggang. Dia berkata dengan galak, "Kenapa kami nggak boleh keluar rumah? Kami nggak mau tinggal di sini! Kami mau mencari Mama! Mama sedang dalam perjalanan bisnis? Aku merasa kalian hanya ingin menipu anak kecil!""Dan karena kami memang masih kecil, kami lebih mudah ditipu!" kata Julia.Menggemaskan sekali! Tony tertawa sebelum berkata, "Mama
Ada yang mengetuk pintu. Yasmin yang sedang berbaring di tempat tidur bergerak dengan perlahan. Dia curiga apakah dirinya sedang berhalusinasi.Ketika pintu kamarnya terbuka, dia baru menoleh.Dia melihat Martin muncul di dalam kamarnya dengan bingung. Di tangan Martin bahkan tergantung sebuah kunci.Pria ini masih memiliki kunci cadangannya!Yasmin kembali berbaring di tempat tidurnya.Martin bersandar pada kusen pintu, lalu bertanya dengan sinis, "Yasmin, kamu mengira perusahaan adalah milikmu? Kamu datang dan nggak datang sesuka hatimu."Yasmin berkata dengan lemas, "Aku mengundurkan diri. Nanti aku akan menelepon Pak Joshua.""Baiklah."Setelah itu, suasana menjadi hening. Beberapa saat kemudian, Yasmin mendengar suara Martin yang berkata, "Pak Joshua, urus pengunduran diri Yasmin."Yasmin berbalik untuk melihat Martin yang sedang menelepon.Tidak tahu apa yang telah dikatakan Joshua, tapi Martin mengerutkan alisnya sambil berkata, "Kamu mau mendengar dari orangnya sendiri? Dengan
Jelas-jelas hubungan mereka telah menuju ke arah yang bagus, tapi pada akhirnya mereka kembali ke awal.Yasmin yang sudah mengacaukannya ....Tak lama kemudian, Yasmin sedang memakan mi kuahnya. Dia memasukkan mi ke dalam mulutnya satu gigitan demi satu gigitan.Martin yang duduk di seberang melihat Yasmin dengan ekspresi datar. "Kamu melakukannya untuk anak-anak. Apa kamu perlu bertingkah sampai seperti ini?""Kamu nggak punya anak, bagaimana kamu bisa mengerti?" Yasmin dan Martin berbeda, jadi Martin tidak bisa berempati."Aku memang nggak mengerti," kata Martin. "Tapi, apa kamu ingin bertarung sampai mati dengan Daniel demi anak-anak? Dia mampu, bagaimana denganmu?""Aku baru berumur 20 tahun. Aku masih bisa bertahan selama sepuluh tahun.""Nanti kamu sudah berumur 30 tahun. Nggak ada lagi pria yang menginginkanmu," ejek Martin."Aku nggak akan menyukaimu. Tenang saja," balas Yasmin.Tatapan mata Martin pun menjadi sinis. Wanita ini sungguh menyebalkan.Yasmin menyadari ekspresi sin
Setelah Irene kembali ke kamarnya, dia tidak bisa tenang.Dia ingin memercayai Daniel, tapi kata-kata Dahlia tetap menghantuinya.Daniel tidak benar-benar pergi mencari Yasmin, 'kan?Makin Irene memikirkannya, dia makin resah. Lalu, dia mengambil ponselnya untuk menelepon Daniel.Nada sambung berbunyi beberapa kali sebelum teleponnya diangkat. "Daniel, apa kamu sedang sibuk?""Iya. Ada apa?""Nggak. Dua hari ini aku nggak mendengar kabar darimu, jadi aku mengkhawatirkanmu," ujar Irene."Akhir-akhir ini aku sibuk. Setelah aku punya waktu, aku akan pergi melihatmu.""Nggak apa-apa. Jaga kesehatanmu, ya.""Ya."Setelah telepon dimatikan, Irene ada mendengar suara di ujung telepon dengan saksama. Sangat sunyi.Apa Daniel berada di perusahaan atau Grup Naga?Irene tidak bisa duduk diam lagi. Dia berdandan, lalu keluar.Dahlia melihatnya menuruni tangga, kemudian bertanya, "Ke mana kamu mau pergi? Kamu masih perlu beristirahat.""Aku sudah baik-baik saja. Aku mau pergi ke studio." Irene ting
"Mi!" jawab Julia.Julian berkata, "Kami makan apa yang ingin Adik makan!""Iya!" Julius menganggukkan kepalanya."Meskipun satu jam lagi saatnya makan malam, kita boleh makan mi sedikit. Aku akan membuatnya untuk kalian sekarang juga," ujar Tony."Biarkan aku saja!" kata Irene sambil berjalan mendekat.Saat Tony melihat Irene, dia membungkuk sedikit. "Nona Irene datang, ya. Bagaimana aku boleh merepotkan Nona Irene? Biarkan aku saja."Irene berhenti di depan anak kembar tiga itu. Dia memperhatikan mereka sambil berpikir alangkah baiknya kalau ketiga anak ini adalah anaknya. Tidak, putrinya akan lebih cantik daripada Julia."Setelah aku menikah dengan Daniel, kami akan menjadi satu keluarga. Mereka juga adalah anak-anakku. Memasak untuk anak-anakku sendiri adalah hal yang wajar," kata Irene dengan manis.Sebelum jari-jari Irene sempat menyentuh pipi Julia, Julia melangkah mundur.Senyuman Irene pun menjadi kaku, tapi dia tidak marah. Dia bangkit, kemudian memasuki dapur untuk memasak m
Ketika Tony melihat gejala ini, dia tidak perlu bertanya lagi. Ini sama persis dengan Yasmin.Dia menggendong Julia, lalu berlari ke luar.Dia juga menggendong masuk Julian dan Julius ke dalam mobil karena dia tidak tahu apakah mereka juga punya gejala alergi atau tidak. Mungkin alergi mereka lebih lambat kambuh? Semuanya mungkin!Irene berdiri di depan pintu dan melihat mobil melaju pergi.Situasi ini sudah memastikan kalau Julia juga alergi seafood seperti Yasmin.Sebaiknya mobil itu terjebak dalam macet agar Julia meninggal karena tidak bisa bernapas.Namun, Irene harus berakting sampai akhir.Dia mengambil ponselnya untuk menelepon Daniel. Dia juga sudah menyiapkan emosinya.Namun, Daniel tidak menjawab panggilannya.Irene pun merasa bangga. Kalau begitu, ini bukan salahnya.Setelah itu, dia mengendarai mobilnya ke rumah sakit.Dulu dia pernah memberikan Yasmin seafood, tapi Yasmin diselamatkan oleh Martin di tengah jalan.Bagaimana dengan kali ini? Apa Julia akan meninggal di teng
Irene tidak berani berkata apa-apa lagi dan merasa gelisah. Jangan-jangan Daniel mencurigainya?Namun, dia mengatakan yang sebenarnya! Dari awal hingga akhir, dia tidak sengaja.Dia khawatir Daniel mencurigainya. Kalau begitu, itu akan merugikannya.Namun, setelah dipikir-pikir Irene, Daniel hanya mencurigainya dan tidak memiliki bukti. Jadi, Daniel tidak bisa melakukan apa-apa padanya.Ini juga tidak akan memengaruhi hubungan mereka.Julia dipindahkan ke ruang pasien kelas atas. Dia baru bangun setengah jam kemudian."Mama ...." Julia belum membuka matanya, tapi dia sudah memanggil mamanya."Julia?""Julia!"Julia membuka matanya. Dia melihat kedua kakak laki-lakinya dan ayahnya yang berdiri di sebelah. Irene juga berdiri di samping Daniel dan itu membuat Julia mengerucutkan bibirnya dengan kesal.Kenapa bukan mamanya?Daniel langsung mengambil cangkir termos di samping, lalu memasukkan sedotan. Dia menyodorkannya ke depan mulut Julia. "Minum air."Julia sedih, tapi dia masih membuka
"Lauren yang nggak tahu malu dan bersikeras melengket dengan Evan! Tante nggak perlu khawatir. Aku bisa menanganinya." Sofia terlihat sombong. Bagaimana mungkin dia merasa terancam oleh wanita yang berasal dari daerah kumuh? "Tapi, bagaimana Tante bisa tahu?"Melihat Sofia masih belum mengetahui apa-apa, Jessy pun berkata, "Lauren ini sedang hamil.""Apa?" Raut wajah Sofia berubah drastis. Suaranya menjadi tinggi.Saat Jessy melihat Sofia mau naik darah, dia berkata, "Ketika aku berada di toilet, aku mendengar istri Daniel mengatakannya. Aku merasa kamu pasti nggak tahu, jadi aku memberitahumu.""Aku mau membunuh Lauren si wanita jalang itu! Dasar nggak tahu diri! Bisa-bisanya sampah sepertinya ingin berebutan denganku. Aku akan bertanya pada Evan ....""Tunggu." Jessy menahannya."Tante, aku nggak bisa berpura-pura nggak tahu tentang hal ini!""Apa yang bisa kamu lakukan setelah mengetahuinya? Kalau kamu membuat keributan, kamu yang malu. Sekarang yang paling penting adalah kamu harus
"Iya, aku meneleponnya. Nanti malam aku ingin pergi menemuinya," kata Yasmin."Nggak perlu," tolak Evan.Alis Yasmin pun berkerut. "Kenapa? Paman, kamu seperti ini salah. Kamu sudah melukai dua orang.""Aku tahu apa yang sedang kulakukan." Evan tidak ingin membicarakan ini lagi.Sofia datang. Dia bersandar pada Evan, lalu bertanya, "Apa yang sedang kalian bicarakan? Kenapa wajah Yasmin terlihat sangat serius?"Yasmin berkata, "Wajahku menjadi terlihat serius karena aku memakai masker. Hebat."Sofia sengaja tertawa.Evan merangkul Sofia. "Ayo cari tempat untuk makan. Apa kamu lapar?""Lapar. Evan, kamu sangat baik padaku.""Selamat menikmati, Yasmin." Setelah Evan mengatakan itu, dia pergi bersama Sofia.Yasmin melihat tampang mereka berdua yang tampak mesra. Ini benar-benar tidak pantas bagi Lauren.Dia pun berbalik dan pergi ke toilet.Dia tiba di depan toilet wanita dan baru saja ingin membuka pintu."Yasmin." Daniel muncul dari belakang. "Jangan berkeliaran."Jessy yang hendak menar
Anak-anak berlari keluar untuk bermain. Yasmin berdiri, lalu mengingatkan mereka, "Jangan nakal, ya!"Jessy tertawa. "Ketiga anak kecil itu benar-benar menggemaskan. Aku sangat suka melihat mereka."Juan berkata, "Kalau begitu, minta James cepat mencari istri agar dia juga dapat melahirkan anak."James mengerutkan alisnya. "Bukankah itu terlalu cepat untukku? Bukankah sekarang sudah ada yang lebih modern? Setelah bertunangan, kamu bisa melewatkan pernikahan dan langsung mempunyai anak!"Sofia melihat Evan dengan senang, kemudian mengulurkan tangan untuk memeluk lengan Evan.Meskipun Evan diam saja, Sofia tetap sangat senang.Hari ini adalah hari pertunangannya. Akhirnya hari ini tiba juga.Ketika mereka tidur bersama malam ini, Sofia tentu bisa hamil.Jessy memelototi James. Walaupun apa yang dikatakan James benar, dia tidak boleh mengatakan hal yang begitu memalukan!Lalu, dia sengaja mengatai putranya, "Kamu juga sudah nggak muda. Jangan membuat keluargamu cemas. Kapan kamu akan memb
"Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Yasmin."Nggak tahu. Yasmin ... aku hamil." Lauren memberitahunya. "Jalan keluarku semuanya sudah diblokir Evan."Yasmin terkejut. "Hamil ....""Dia mengganti pil KB-ku dan membuatku hamil. Evan ... benar-benar membuatku jijik!"Yasmin dapat merasakan keputusasaan Lauren.Di keputusasaannya Lauren, apa yang bisa dilakukan tentang pertunangan Evan?Evan tahu Lauren sedang hamil anaknya, tapi dia tetap pergi bertunangan dengan wanita lain. Dia benar-benar parah.Lauren menghibur dirinya sendiri, "Kamu nggak perlu mengkhawatirkanku. Manusia tetap harus berpikiran terbuka, 'kan?"Pada hari pertunangan Evan, Yasmin dan Daniel membawa anak-anak ke Kota Greya.Saat melihat daftar nama tamu, tidak ada yang menyangka Daniel, penguasa Kota Imperial, akan muncul.Hubungan itu tentu membuat Keluarga Darsono puas.Mereka mengadakan pestanya di hotel termewah Kota Greya. Mereka memesan seluruh gedung.Helikopter mendarah di atap. Setelah mereka tiba di lantai satu
Lauren sendiri tidak tahu siapa ibu kandungnya.Ayah tirinya bukanlah orang baik, sementara ibu angkatnya berpura-pura tidak melihatnya. Mereka menjalani hidup yang susah setiap hari.Dia selalu berpikir kenapa orang tua kandungnya tidak menginginkannya? Apa dia diculik orang seperti kakak kandung James?Kalau seperti itu, Lauren akan merasa sedikit lebih baik.Setidaknya dia bukan dibuang ...."Omong-omong, kakakku sangat hebat. Apa kamu tahu apa yang dia ambil pada pesta ulang tahunnya yang pertama?""Kalkulator? Pulpen? Makanan? Uang?" Lagi pula, tidak ada yang perlu dilakukan Lauren, lebih baik mengobrol dengan James."Semuanya salah. Dia memegang tangan kakekku.""Ha?" Itu benar-benar di luar sangka Lauren."Makanya, kakekku sangat senang. Dia langsung mengumumkan kalau kakakku akan menjadi penerus Keluarga Darsono." Setelah James berbicara dengan penuh semangat, suaranya berubah menjadi kecewa ketika dia berkata, "Tapi, kakakku nggak mempunyai takdir itu ....""Takdir setiap oran
Lauren tidak hanya memahami ancaman itu, tapi tubuhnya juga mendingin.Selama anak ini ada, semuanya baik-baik saja. Begitu anak ini tidak ada, pembunuhan apa pun bisa terjadi.Tak peduli apa Lauren sengaja menggugurkan anak ini atau tidak.Dia bertanggung jawab.Besok pagi, Evan menemani Lauren makan sarapan sebelum pergi. Dia memegang jasnya dan naik mobil. Suasana hatinya tampak sangat bagus.Lauren berjalan ke pintu, lalu melihat mobil Bentley hitam itu melaju pergi. Kemudian, gerbang tertutup secara otomatis.Evan pergi atau tidak itu tidak terasa berbeda.Lauren merasa ada kamera di mana-mana sehingga dia tidak punya tempat untuk bersembunyi.Dia pergi ke kamar mandi, lalu melihat bagian belakang cermin kecil. Benda tersebut masih di sana.Dia benar-benar ingin mencabutnya, kemudian melemparkannya ke dalam toilet.Namun, apa yang dikatakan Evan tidak boleh dianggap remeh. Kalau Lauren membuang kamera ini, akan muncul kamera kedua.Terdengar suara dering ponsel dari kamar tidur. L
"Kamu salah. Aku keluar untuk melihat bulan. Kapan aku ingin melarikan diri?" bohong Lauren dengan ekspresi datar."Lauren, kamu jangan berbohong tanpa berkedip. Kami semua melihatmu! Kenapa kamu mau keluar untuk melihat bulan? Apa di dalam nggak ada bulan?" Pada akhirnya, Zarco masih mementingkan harga dirinya sebagai pria.Dia sudah ditampar dan dihantam kepalanya. Dia sangat malu!"Rasa melihat bulan di luar dan dari dalam berbeda," balas Lauren. Dia tidak ingin mengalah pada Zarco. "Selain itu, dia sudah bersikap nggak sopan padaku. Apa aku nggak boleh memberinya pelajaran? Evan, kamu nggak bisa membiarkan anak buahmu selalu menindasku, 'kan?""Kak Evan, aku nggak ...." Zarco baru ingin membela diri, tapi kemudian Evan menyelanya."Obati lukamu."Zarco menggertakkan giginya dan amarah memenuhi hatinya, tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa karena ada Evan. Maka itu, dia pergi bersama anak buah lainnya.Evan menatap Lauren. Tatapan matanya yang tajam seperti monster yang menghantui
"Kamu pasti nggak memberitahunya kalau aku hamil," kata Lauren."Aku bilang aku menyembunyikanmu di luar." Evan bersandar ke kursi ruang kerjanya dan meregangkan kaki panjangnya. "Dia nggak peduli. Walaupun dia tahu, dia nggak bisa melakukan apa-apa. Aku hanya nggak suka repot.""Kalau kita menggugurkan anak ini, maka nggak akan ada repot," kata Lauren."Aku lebih memilih membunuh orang tua itu."Kekejaman Evan mengejutkan Lauren, jadi Lauren tidak ingin lanjut berbicara dengannya. "Aku mau tidur. Sudah, ya."Setelah mematikan telepon, dia melirik cahaya terakhir di cakrawala sebelum berjalan kembali.Dia tidak meragukan kalau Evan tidak peduli dengan ikatan keluarga. Orang tua angkatnya Lauren dan Juan bukanlah siapa-siapa bagi Evan.Namun, dia bersikeras menginginkan anak.Lauren ingin sekali bertanya padanya apa dia tahu bagaimana cara mendidik anak?Bagi orang yang tumbuh di daerah kumuh, hal yang paling mereka kurang adalah kasih sayang ...Lauren tahu Evan tidak akan datang. Dia
"Aku setuju untuk bertunangan, tapi syaratku adalah kamu nggak boleh mencari Lauren," ujar Evan dengan tajam.Juan menganggukkan kepalanya. "Baiklah. Aku akan menentukan waktunya."Evan sengaja bertanya, "Apa kamu akan mengundang istrimu ke pertunanganku?"Ekspresi Juan menjadi masam. "Dia dirawat dengan baik di rumah sakit jiwa, jadi dia nggak boleh keluar."Selesai makan malam, Evan tidak menetap dan langsung pergi.Dia meninggalkan Juan sendirian di meja makan.Pengurus rumah berjalan mendekat. "Tuan Besar, apa Anda ingin saya memanaskan sopnya? Saya melihat Anda nggak meminum sesendok pun.""Apa aku bisa menelannya?" Juan meletakkan sendok garpunya."Pria mencari wanita bukan hal yang perlu dikhawatirkan," hibur pengurus rumah."Wanita ini berbeda. Dia adalah mantan istri Gilbert." Juan tidak pernah meremehkan Lauren. "Aku bisa melihat dia itu wanita yang cukup kejam karena bisa melemparkan Gilbert ke penjara. Kalau Evan jatuh ke tangannya lagi ....""Tuan Besar nggak perlu khawati