Kalau mereka sudah mendaftar akta nikah, semua usaha Klara dan putrinya menjadi sia-sia dan mereka akan sangat kesal.Setelah Dahlia sampai rumah, dia melihat Andy sedang bersiap-siap untuk keluar. Dahlia buru-buru bertanya, "Kamu sudah pulang?""Cuman untuk mengambil dokumen," kata Andy dengan cuek. Setelah itu, dia masuk ke dalam mobil.Amarah memenuhi hati Dahlia. Dia bergegas berkata, "Irene masuk rumah sakit. Kamu belum tahu, 'kan?"Andy yang sedang membuka pintu mobil berhenti bergerak, lalu menoleh ke arah Dahlia.Dahlia menuduh, "Lihatlah dirimu. Sesuatu yang serius telah terjadi pada putrimu, tapi kamu malah nggak tahu apa-apa.""Apa yang terjadi? Apa dia terluka parah?" Dua hari yang lalu, Andy masih melihat Irene di meja makan dan dia baik-baik saja."Dia berpapasan dengan Yasmin di Taman Royal. Mereka bertengkar, lalu akhirnya Yasmin mendorongnya dari tangga. Dia mengalami gegar otak dan hampir nggak bisa bangun," kata Dahlia dengan ekspresi marah. "Apa pun yang telah dikat
Andy tercengang, lalu bertanya, "Ada apa? Kamu nggak mau?""Ayah, kamu jangan ikut campur dalam urusanku. Itu nggak berguna.""Kenapa nggak berguna? Setidaknya, kamu dapat melihat anak-anak."Yasmin menggelengkan kepalanya. "Aku nggak terburu-buru. Nanti ketika aku ingin melihat anak-anak, aku baru mencari Ayah."Andy menghela napas berat. Dia sangat kebingungan.Karena seorang laki-laki, kedua putrinya bertengkar sampai seperti ini. Sebagai ayah mereka, dia malah tidak bisa menyelesaikan masalah itu.Dalam hati, dia merasa sangat tidak berdaya."Ayah, pulanglah. Aku baik-baik saja.""Kamu menerima begitu saja?""Sebenarnya, ini juga gara-gara aku. Siapa yang menyuruhku melahirkan mereka? Kalau nggak, nggak akan seperti ini ..." kata Yasmin dengan murung."Itu hal yang melibatkan dua orang. Kamu nggak harus menanggungnya sendirian. Sebenarnya, masalah terbesar ada di Daniel. Bisa-bisanya dia ingin lebih dari satu wanita. Dia sangat serakah!"Yasmin merasa ayahnya terlalu optimis.Danie
"Aku nggak perlu pengampunanmu karena aku nggak melakukannya." Yasmin tidak mungkin melakukan itu."Kamu benar-benar nggak mau?" tanya Irene. Saat dia tidak mendengar jawaban Yasmin, dia lanjut berkata, "Dua hari lagi, aku dan Daniel akan pergi mendaftar akta nikah. Apa kamu yakin nggak mau bersikap baik sedikit padaku?"Yasmin merasa terancam.Selain itu, apa Daniel benar-benar mau pergi mendaftar akta nikah dengan Irene?"Bersikaplah rendah hati padaku. Mungkin karena hubungan darah kita, aku akan memperlakukanmu dengan lebih baik. Itu termasuk ketiga anakmu.""Aku juga sangat terkejut. Kita berdua sama-sama anak Ayah, tapi kenapa kamu sangat kejam? Aku adalah aku. Anak-anak adalah anak-anak. Kalau kamu baik kepada mereka, mereka pasti akan berbakti padamu," ujar Yasmin."Apa maksudmu? Apa aku nggak bisa memiliki anakku sendiri? Apa cuman anak-anakmu yang bisa berbakti padaku? Nggak perlu!" kata Irene dengan kasar."Mau itu menikah ataupun mempunyai anak, aku turut bahagia untuk kali
"Kita nggak selalu ingin bermain. Ini karena kami sudah lama nggak melihat Mama!" balas Julian dengan garang.Dengan ekspresi sinis, Daniel berkata, "Pergi tidur.""Ke ... kenapa kamu galak sekali pada kami?" Julian kaget. Dia memelototi papanya, kemudian dia menarik Julius dan Julia. "Ayo pergi! Kami nggak mau Papa lagi, kami mau mencari Mama dan Papi!"Tatapan mata Daniel menjadi sinis. Sekujur tubuhnya memancarkan aura yang menakutkan.Ketiga anak itu baru keluar dari aula ketika mereka dihentikan oleh Tony dan pembantu lainnya. Masing-masing menggendong satu anak kembali ke kamar di atas.Julian berdiri di atas tempat tidur sambil berkacak pinggang. Dia berkata dengan galak, "Kenapa kami nggak boleh keluar rumah? Kami nggak mau tinggal di sini! Kami mau mencari Mama! Mama sedang dalam perjalanan bisnis? Aku merasa kalian hanya ingin menipu anak kecil!""Dan karena kami memang masih kecil, kami lebih mudah ditipu!" kata Julia.Menggemaskan sekali! Tony tertawa sebelum berkata, "Mama
Ada yang mengetuk pintu. Yasmin yang sedang berbaring di tempat tidur bergerak dengan perlahan. Dia curiga apakah dirinya sedang berhalusinasi.Ketika pintu kamarnya terbuka, dia baru menoleh.Dia melihat Martin muncul di dalam kamarnya dengan bingung. Di tangan Martin bahkan tergantung sebuah kunci.Pria ini masih memiliki kunci cadangannya!Yasmin kembali berbaring di tempat tidurnya.Martin bersandar pada kusen pintu, lalu bertanya dengan sinis, "Yasmin, kamu mengira perusahaan adalah milikmu? Kamu datang dan nggak datang sesuka hatimu."Yasmin berkata dengan lemas, "Aku mengundurkan diri. Nanti aku akan menelepon Pak Joshua.""Baiklah."Setelah itu, suasana menjadi hening. Beberapa saat kemudian, Yasmin mendengar suara Martin yang berkata, "Pak Joshua, urus pengunduran diri Yasmin."Yasmin berbalik untuk melihat Martin yang sedang menelepon.Tidak tahu apa yang telah dikatakan Joshua, tapi Martin mengerutkan alisnya sambil berkata, "Kamu mau mendengar dari orangnya sendiri? Dengan
Jelas-jelas hubungan mereka telah menuju ke arah yang bagus, tapi pada akhirnya mereka kembali ke awal.Yasmin yang sudah mengacaukannya ....Tak lama kemudian, Yasmin sedang memakan mi kuahnya. Dia memasukkan mi ke dalam mulutnya satu gigitan demi satu gigitan.Martin yang duduk di seberang melihat Yasmin dengan ekspresi datar. "Kamu melakukannya untuk anak-anak. Apa kamu perlu bertingkah sampai seperti ini?""Kamu nggak punya anak, bagaimana kamu bisa mengerti?" Yasmin dan Martin berbeda, jadi Martin tidak bisa berempati."Aku memang nggak mengerti," kata Martin. "Tapi, apa kamu ingin bertarung sampai mati dengan Daniel demi anak-anak? Dia mampu, bagaimana denganmu?""Aku baru berumur 20 tahun. Aku masih bisa bertahan selama sepuluh tahun.""Nanti kamu sudah berumur 30 tahun. Nggak ada lagi pria yang menginginkanmu," ejek Martin."Aku nggak akan menyukaimu. Tenang saja," balas Yasmin.Tatapan mata Martin pun menjadi sinis. Wanita ini sungguh menyebalkan.Yasmin menyadari ekspresi sin
Setelah Irene kembali ke kamarnya, dia tidak bisa tenang.Dia ingin memercayai Daniel, tapi kata-kata Dahlia tetap menghantuinya.Daniel tidak benar-benar pergi mencari Yasmin, 'kan?Makin Irene memikirkannya, dia makin resah. Lalu, dia mengambil ponselnya untuk menelepon Daniel.Nada sambung berbunyi beberapa kali sebelum teleponnya diangkat. "Daniel, apa kamu sedang sibuk?""Iya. Ada apa?""Nggak. Dua hari ini aku nggak mendengar kabar darimu, jadi aku mengkhawatirkanmu," ujar Irene."Akhir-akhir ini aku sibuk. Setelah aku punya waktu, aku akan pergi melihatmu.""Nggak apa-apa. Jaga kesehatanmu, ya.""Ya."Setelah telepon dimatikan, Irene ada mendengar suara di ujung telepon dengan saksama. Sangat sunyi.Apa Daniel berada di perusahaan atau Grup Naga?Irene tidak bisa duduk diam lagi. Dia berdandan, lalu keluar.Dahlia melihatnya menuruni tangga, kemudian bertanya, "Ke mana kamu mau pergi? Kamu masih perlu beristirahat.""Aku sudah baik-baik saja. Aku mau pergi ke studio." Irene ting
"Mi!" jawab Julia.Julian berkata, "Kami makan apa yang ingin Adik makan!""Iya!" Julius menganggukkan kepalanya."Meskipun satu jam lagi saatnya makan malam, kita boleh makan mi sedikit. Aku akan membuatnya untuk kalian sekarang juga," ujar Tony."Biarkan aku saja!" kata Irene sambil berjalan mendekat.Saat Tony melihat Irene, dia membungkuk sedikit. "Nona Irene datang, ya. Bagaimana aku boleh merepotkan Nona Irene? Biarkan aku saja."Irene berhenti di depan anak kembar tiga itu. Dia memperhatikan mereka sambil berpikir alangkah baiknya kalau ketiga anak ini adalah anaknya. Tidak, putrinya akan lebih cantik daripada Julia."Setelah aku menikah dengan Daniel, kami akan menjadi satu keluarga. Mereka juga adalah anak-anakku. Memasak untuk anak-anakku sendiri adalah hal yang wajar," kata Irene dengan manis.Sebelum jari-jari Irene sempat menyentuh pipi Julia, Julia melangkah mundur.Senyuman Irene pun menjadi kaku, tapi dia tidak marah. Dia bangkit, kemudian memasuki dapur untuk memasak m