Yasmin menundukkan kepalanya dan berkata, "Maaf ...."Raymond mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan Yasmin. "Jangan meminta maaf untuk kesalahan orang lain. Pasti akan ada solusi untuk menyelesaikan masalah ini. Percayalah padaku."Yasmin tidak tahu apa solusinya. Dia tidak bisa melihat mata Raymond dengan jelas karena kacamata pria itu, tapi dia tetap menganggukkan kepalanya.Raymond tidak mengizinkan Yasmin lanjut mengantarnya. Raymond pun turun sendiri.Yasmin kembali ke rumah. Dia baru saja membuka pintu, kemudian tiga kepala kecil muncul. "Mama, Papi sudah pulang?""Aku menyuruh Papi menginap di sini, tapi dia nggak mau.""Papi pasti malu!"Yasmin tertawa, kemudian dia mengusap kepala Julia sambil berkata, "Ayo masuk."Malu? Dasar anak-anak nakal.Setelah Yasmin menidurkan anak-anak, dia keluar dari kamar dan melihat Bibi sedang menyimpan mainan di ruang tamu.Yasmin membantu menyusun mainan sambil berkata, "Bibi, menjaga tiga anak capek, 'kan?""Nggak, kok. Aku serius. D
Yasmin berpikir Joshua pasti adalah orang yang licik. Kalau bukan saat itu Yasmin mengungkit nama Daniel di telepon, dia tidak mungkin dipromosikan.Memikirkan itu, Yasmin pun berkata dengan sopan, "Terima kasih atas kepercayaan Bapak. Saya pasti akan bekerja dengan baik. Saya berharap suatu hari saya bisa menggantikan Bapak."Ekspresi Joshua menjadi tegang.Daniel mengalihkan tatapannya yang tajam. "Kamu sudah dengar itu?"Joshua berdeham sebelum berkata, "Ya, Tuan Daniel. Aku mendengarnya dengan jelas dan perusahaan perlu karyawan sepertinya. Kamu sudah boleh balik."Yasmin membungkuk sedikit, kemudian dia langsung pergi.Dia melangkah dengan kuat.Dia tidak takut dipecat. Lebih baik dia diusir sekarang juga!Oh, salah .... Yasmin tidak punya hak itu.Martin tidak akan membiarkannya pergi.Hal itu sungguh menyakitkan kepala.Yasmin yang sedang berjalan segera berhenti. Dia mematung, seakan-akan telah disengat listrik. Raut wajahnya juga tampak sangat terkejut.Yang terpenting adalah
"Apa?" Yasmin tidak paham. Dia juga tidak ingin memahaminya. "Biarkan aku turun."Yasmin tidak ingin menghabiskan satu detik pun bersama pria seperti Daniel."Apa kamu sedang memberontak?" tanya Daniel sambil menatap Yasmin dengan sinis."Apa yang salah dengan aku menjaga jarak darimu? Jangan lupa kalau kamu sudah membebaskanku. Tentu saja, aku nggak akan mencari pria lain di wilayahmu. Bagaimanapun juga, kamu nggak senang melihatku hidup dengan bahagia. Jadi, aku akan menjadi anak baik. Kalau kamu memaksa dekat-dekat denganku, aku akan mengira aku lebih penting daripada Irene."Aura Daniel langsung menjadi suram. "Kamu berpikir terlalu jauh."Yasmin turun dari mobil di tengah jalan. Setelah mobil Rolls Royce itu menghilang, dia baru merasa lega.Saat berhadapan dengan Daniel, Yasmin benar-benar takut dia akan mati kalau dia tidak berhati-hati.Yasmin masuk ke rumah sakit. Dia baru tiba di depan pintu kamar Klara dan dia sudah mendengar Klara berisik ingin pulang.Dokter pun menasehati
"Betul!" Yasmin mencolek hidung Julia.Selesai mandi, ketika mereka di kamar, Yasmin melihat ketiga anaknya yang sedang berbaring di tempat tidur dengan menggemaskan. Yasmin terlihat bimbang sejenak sebelum dia bertanya, "Apa kalian suka tinggal di sini?"Tidak peduli mereka tinggal di mana, Yasmin tidak pernah menanyakan pendapat mereka.Anak-anak juga tidak pernah bertanya apa-apa.Ini membuat Yasmin tidak enak.Mereka seolah-olah tidak punya rumah. Sebentar tinggal di sana, sebentar pindah ke sini."Suka!""Suka!""Suka sekali!"Yasmin tertawa, lalu dia tidak bertanya apa-apa lagi.Julia menempelkan pipinya yang lembut ke wajah Mama. "Selama ada Mama, tinggal di mana pun nggak masalah.""Benar!" sahut Julian."Mama nggak perlu mengkhawatirkan kami," kata Julius.Anak-anak merasa sangat puas dengan jawaban mereka ketika mereka melihat senyuman di wajah Yasmin.Mama sudah bekerja keras demi menghindari Papa.Sekarang mereka tinggal di lantai yang berbeda. Yasmin pun merasa jauh lebih
Yasmin merasa gawat.Pesan itu pasti bukan dia yang kirim!Dia mengingat ketika dia kembali ke kamar setelah dia mandi, Julia sedang bermain ponselnya.Yasmin juga tidak berpikir apa-apa. Dia tidak menyangka Julia akan mengirim pesan seperti itu yang kebetulan kepada Daniel.Dia benar-benar tidak tahu harus bagaimana menyelesaikan ini."Kalau kamu bukan mau mengirimkannya ke aku, berarti kamu salah kirim. Kepada siapa kamu ingin mengirimkannya?""Aku nggak salah kirim ..." ucap Yasmin dengan canggung."Kalau begitu, kamu merindukanku." Daniel mendekat, kemudian langsung mendorong Yasmin ke dinding."Emm ...." Aura Daniel yang kuat membuat wajah Yasmin memerah. Yasmin memalingkan mukanya dan berkata, "Jangan begini. Ini nggak seperti yang kamu pikirkan ....""Aku sedang menunggu penjelasanmu," kata Daniel.Yasmin buru-buru berkata, "Aku hanya asal mengetik, kemudian tanganku nggak sengaja ....""Kamu rasa apa aku akan percaya?"Yasmin ingin berkata kalau dia sendiri juga tidak percaya!
Helen tidak mengatakan apa-apa lagi.Sebagai seorang dokter, tentu saja dia tahu bahaya dari obat itu.Setelah Helen memeriksa Yasmin, dia tidak menemukan apa-apa, jadi dia pergi. Yasmin ingin mengantar Helen, tapi ditolak.Setelah mendengar suara pintu ditutup, Yasmin kembali berbaring dan dia menatap langit-langit.Dia pasti bukan hamil.Ada perubahan di udara. Aura bahaya menyebar ke setiap sudut kamar.Yasmin buru-buru menoleh. Tubuh Daniel memancarkan aura yang sangat kuat. Dia sedang berdiri di samping tempat tidur dan menatap Yasmin.Yasmin duduk. Dia menatap Daniel dengan waswas. "Aku baik-baik saja. Kamu nggak perlu memanggil Dokter Helen ...." Dia tidak akan berterima kasih pada Daniel.Karena Daniel yang sudah melukainya.Ekspresi Daniel yang datar membuat orang sulit untuk memahaminya. Dia mendekat, lalu mencengkeram rahang Yasmin. Daniel menatap Yasmin dengan tajam sambil berkata, "Jangan rusak atau lain kali bagaimana aku bisa menggunakanmu, hm?"Yasmin sama sekali tidak
Yasmin tidak bisa menyalahkan anak-anak karena sebuah kebetulan ....Meskipun dia tidak boleh menyalahkan mereka, hal seperti ini tidak boleh terjadi lagi."Yang kali ini Mama lupakan. Tapi, lain kali nggak boleh melakukannya lagi, ya?" Yasmin memperingati mereka, "Mengirim pesan seperti ini akan membuat orang salah paham dan itu sangat merepotkan ....""Mama, kenapa orang bisa salah paham?" tanya Julia.Kenapa orang bisa salah paham? Kalau bukan karena Yasmin tidak enak badan, sekarang dia pasti tidak bisa bangun!"Orang jahat akan mencari kita." Yasmin berkata, "Pokoknya, ini nggak boleh dilakukan lagi, ya? Julian, Julius, kalian adalah seorang kakak. Harus mengawasi adik.""Baik!" sahut Julian dan Julius dengan serempak.Yasmin baru melepaskan mereka.Lalu, dia makan bersama anak-anak.Yasmin baru makan dua suap, kemudian dia merasa mual. Dia pun menutup mulutnya dengan tangan dan wajahnya langsung memucat."Mama, ada apa?" tanya Julian."Nggak apa-apa. Makan." Yasmin menekan rasa m
Yasmin tersenyum tipis. Kenapa Joshua tampak mendukungnya?"Apa kamu nggak enak badan? Akhir-akhir ini wajahmu terlihat pucat. Kamu baik-baik saja, 'kan? Apa kamu mau cuti?""Tetap digaji, 'kan?""Ya.""Aku mau cuti tiga hari." Setelah Yasmin mengatakan itu, tanpa memberi Joshua kesempatan untuk bereaksi, dia berkata, "Aku akan menghitung ulang datanya. Nanti sore aku pulang."Kemudian, Yasmin keluar.Yasmin duduk di depan komputer, lalu dia berpikir, seharusnya tiga hari sudah cukup untuk melakukan aborsi dan beristirahat, 'kan? Dia tidak pernah aborsi, jadi dia tidak tahu.Dulu dia pernah melihat sebuah iklan yang berkata bisa langsung kerja setelah melakukan aborsi."Wah, apa Irene sedang bersiap-siap untuk masuk ke industri hiburan?""Dia adalah seorang master piano, jadi dia sudah termasuk setengah selebritas.""Dia cantik dan pandai main piano. Pasti banyak yang ingin dia menjadi model iklan.""Dulu Kezia adalah dewi iklan industri hiburan, tapi sekarang dia sudah digantikan oleh