Yasmin penasaran seberapa kuat dirinya?Biasanya, ketika dia meronta karena ditahan oleh Daniel, dia sama sekali tidak berdaya."Ah!" Ketika Yasmin mengepalkan tangannya dan menekan otot bahu Daniel, karena dia kurang kendali, tangannya pun langsung menggelincir ke bawah sehingga dia hampir jatuh ke dalam bak mandi.Daniel menoleh sedikit. Matanya yang terpejam dibuka dan dia tampak kesal.Yasmin buru-buru berdiri, kemudian dia menyadari di leher Daniel terdapat goresan berwarna merah. Saking takutnya, Yasmin berkata dengan terbata-bata, "A ... anu .... Aku bukan sengaja .... Aku sudah nggak punya tenaga ....""Keluar," ucap Daniel dengan kesal."Baik. Aku keluar sekarang juga!" Yasmin segera pergi.Setelah dia keluar dari kamar mandi, dia tidak berani pergi. Dia berdiri di dalam kamar tidur sambil menunggu Daniel.Daniel keluar dari bak mandi, tapi dia masih tidak begitu sadar.Dia berdiri di depan cermin dan melihat segaris goresan yang jelas di lehernya.Sebelum dia bisa bereaksi, r
"Sudah lima enam tahun ..." jawab Helen.Yasmin berpikir itu waktu yang sama ketika dia pergi ke luar negeri.Saat itu, kekuasaan Daniel belum begitu kuat di Kota Imperial. Penyakit perutnya seharusnya kambuh karena dia sibuk bekerja.Selain itu, setiap kali Yasmin mengecek keberadaan Daniel, Daniel selalu di Grup Naga. Jelas sekali kalau pria itu sangat sibuk.Helen melihat Yasmin mengikutinya turun ke lantai bawah. Helen melirik ke lantai atas sekilas sebelum bertanya, "Kamu nggak tinggal di sini?"Yasmin berkata dengan canggung, "Nggak. Aku mau pulang."Untuk menyenangkan Daniel, seharusnya Yasmin tinggal di sini walaupun dia tidak akan melakukan apa-apa.Akan tetapi, anak-anak di rumah. Dia harus memikirkan anak-anaknya sebelum melakukan apa pun."Naik mobilku. Aku akan mengantarmu.""Nggak perlu. Aku bisa naik kereta bawah tanah.""Jam segini sudah nggak ada kereta bawah tanah," kata Helen sambil tersenyum.Yasmin pun berkata dengan segan, "Kalau begitu ... terima kasih."Helen se
Hubungan Yasmin dengan Daniel bukan berdasarkan "suka" dan "tidak suka". Yasmin bahkan tidak mempunyai kualifikasi menjadi kekasih Daniel.Kini Yasmin tidak mempunyai uang dan juga teman."Sebenarnya aku yang rakus." Cindy berkata, "Waktu itu penanggung jawab kelab bilang orang yang melayani Daniel akan mendapatkan tip yang besar, makanya aku pergi. Akan lebih baik kalau aku nggak pergi. Aku juga nggak akan merepotkanmu.""Kamu nggak merepotkanku." Yasmin tidak ingin membahas masalah ini lagi. "Apa kamu masih pergi ke kelab pada malam hari?""Masih. Ibuku mengambil semua gajiku. Aku bahkan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hariku. Aku mendapatkan uang tunai kalau aku bekerja di kelab. Jadi, setidaknya aku nggak kelaparan."Cindy mempunyai wajah yang cantik dan cara dia berbicara juga sopan. Namun, Yasmin masih mengkhawatirkannya. "Kelab agak berisik. Apa kamu nggak berpikir untuk bekerja di tempat lain?""Ada, tapi pelan-pelan. Selama aku punya tujuan, kehidupanku nggak akan be
Yang terpenting adalah apa anak-anak sudah pulang?Yasmin ada memberi tahu mereka kalau kunci berada di bawah pot bunga. Kalau dia belum pulang, mereka bisa membuka pintu sendiri.Klara menghidangkan makanan, lalu berkata, "Kenapa bengong? Cepat cuci tanganmu, lalu mari makan."Yasmin sama sekali tidak punya suasana hati tersebut. Kalau anak-anak belum pulang, bagaimana nanti setelah mereka pulang? Bukankah mereka akan berpapasan?"Tante, bagaimana kamu masuk?" tanya Yasmin."Tentu saja dengan kunci. Kamu meletakkan kuncimu di bawah pot bunga," ujar Klara.Yasmin berencana menelepon pihak sekolah. Pada saat ini, anak-anak pasti sedang dalam perjalanan pulang. Dia ingin menghentikan anak-anaknya bertemu dengan tantenya ....Sebelum Yasmin sempat menelepon, layarnya menyala.Raymond meneleponnya.Yasmin pergi ke balkon untuk mengangkat telepon. "Halo?""Kamu di rumah?""Ya. Ada apa?" tanya Yasmin."Anak-anak di rumahku," ucap Raymond."Ha? Kenapa mereka bisa di rumahmu?" bisik Yasmin."R
"Oh, ya. Tadi sebelum kamu sampai rumah, ada tiga anak kecil mengetuk pintu," kata Klara.Tangan Yasmin yang memegang sendok pun gemetar. Ekspresinya terlihat panik.Anak-anak ada mengetuk pintu? Setelah itu? Apa Klara melihat mereka?Klara pasti sudah melihat mereka. Kalau tidak, bagaimana dia tahu ada tiga anak kecil?"Itu adalah tiga anak yang diasuh ibumu. Aneh, kenapa mereka bisa datang kemari?" tanya Klara."Sepertinya mereka salah lantai.""Ya, mereka bilang salah rumah. Orang zaman sekarang makin sulit dimengerti. Mereka bisa mempekerjakan seorang pengasuh, tapi malah tinggal di kompleks usang seperti ini. Ibumu beruntung." Klara berbicara tanpa berpikir apakah kata-katanya bisa menyakiti orang atau tidak. Dia merasa dia hanya mengatakan yang sebenarnya.Yasmin terdiam. Dia merasa anak-anaknya sungguh cerdas.Setelah berhadapan dengan tantenya, mereka bisa memikirkan solusi dengan cepat.Akan tetapi, bagaimana mereka bisa menghubungi Raymond? Mereka bahkan tahu nomor ponsel Ray
"Oh, ya. Bagaimana anak-anak bisa menghubungimu?" tanya Yasmin."Mereka meminjam ponsel orang lain," jawab Raymond.Yasmin tertawa dengan tak berdaya. Dia tidak tahu harus menjawab apa.Ketiga anaknya tidak hanya menghafal nomor ponsel Raymond, mereka juga bisa meminjam ponsel orang lain untuk menelepon.Yasmin tidak pernah mengajar semua itu.Satu-satunya hal yang pernah diajarkan adalah kalau mereka tidak bisa menemukannya di luar, hubungi 110 untuk menelepon polisi.Sebagai seorang pendidik, Raymond berkata, "Mereka sangat pintar. Didik mereka dengan baik dan di masa depan mereka akan menjadi orang hebat."Ibu mana pun yang mendengar kalimat itu pasti akan merasa senang.Itu juga termasuk Yasmin. "Baik."Setelah menutup telepon, Yasmin berbaring di tempat tidur sambil melamun. Setelah berpikir sejenak, dia mengambil ponselnya untuk mengecek keberadaan Daniel.Daniel masih di Grup Naga.Selama Daniel tidak menuju ke rumah Yasmin, Daniel boleh berada di mana saja.Sebenarnya, kemuncul
"Kalau begitu ....""Terserahmu."Yasmin tercengang. Daniel pun langsung mengakhiri panggilan.Itu membuat Yasmin terkejut. Jadi, dia boleh pergi, 'kan?Sejak kapan dia mempunyai kebebasan seperti ini?Daniel menyingkirkan ponselnya. Ekspresinya tampak sinis dan tatapan matanya tajam. "Apa belum ada kabar dari kantor polisi?""Belum," jawab Eric.Setiap kali Eric menelepon kantor polisi, seluruh polisi panik. Para penyelidik merasa sangat tertekan. Mereka bekerja siang dan malam untuk menemukan pembunuhnya.Namun, mereka masih belum dapat petunjuk yang berguna.Tatapan mata Daniel menjadi menyeramkan. Dia berkata dengan sinis, "Pembunuhan yang terjadi di rumah Kakek dan pembunuh Sofia seharusnya orang yang sama. Tebakanku nggak salah."Eric kaget, lalu berkata, "Apa ... hubungannya? Apa untuk menjebak Tuan Daniel, pelaku ingin merusak hubungan Anda dengan Nona Yasmin? Taktik seperti itu terlalu rendahan."Daniel tersenyum sinis dengan tidak ikhlas. "Target mereka adalah aku."Ekspresi
Martin memakai jas yang terlihat kasual. Dia seperti seorang bangsawan. Lalu, dia tersenyum ketika dia melihat Yasmin.Yasmin pun memalingkan pandangannya.Pria itu bukan lagi Martin yang dulu dia kenal.Setelah mengucapkan ulang tahun dan memberi hadiah kepada Tuan Besar Guntur, Yasmin melakukan hal lain.Hadiah itu tentu saja disiapkan oleh Klara.Yasmin tidak sanggup membeli hadiah yang sepadan untuk orang Keluarga Guntur.Bukan salahnya dia miskin. Mempermalukan dirinya dengan hadiah adalah kesalahan besar.Yasmin mengobrol dan meminum teh.Klara adalah orang yang pandai bersosialisasi. Dia berbicara tentang edisi terbatas dan kemewahan suatu rumah bersama saudari-saudari iparnya. Untungnya, Klara mempunyai status di sini, jadi orang lain bersedia mendukungnya.Kemudian, Yasmin ditarik keluar oleh Klara dan satu per satu orang memanggilnya.Yasmin hanya bisa tersenyum dengan sopan dan canggung."Yasmin, kita sudah beberapa tahun nggak berjumpa. Kamu makin cantik.""Kamu sangat miri
"Lauren yang nggak tahu malu dan bersikeras melengket dengan Evan! Tante nggak perlu khawatir. Aku bisa menanganinya." Sofia terlihat sombong. Bagaimana mungkin dia merasa terancam oleh wanita yang berasal dari daerah kumuh? "Tapi, bagaimana Tante bisa tahu?"Melihat Sofia masih belum mengetahui apa-apa, Jessy pun berkata, "Lauren ini sedang hamil.""Apa?" Raut wajah Sofia berubah drastis. Suaranya menjadi tinggi.Saat Jessy melihat Sofia mau naik darah, dia berkata, "Ketika aku berada di toilet, aku mendengar istri Daniel mengatakannya. Aku merasa kamu pasti nggak tahu, jadi aku memberitahumu.""Aku mau membunuh Lauren si wanita jalang itu! Dasar nggak tahu diri! Bisa-bisanya sampah sepertinya ingin berebutan denganku. Aku akan bertanya pada Evan ....""Tunggu." Jessy menahannya."Tante, aku nggak bisa berpura-pura nggak tahu tentang hal ini!""Apa yang bisa kamu lakukan setelah mengetahuinya? Kalau kamu membuat keributan, kamu yang malu. Sekarang yang paling penting adalah kamu harus
"Iya, aku meneleponnya. Nanti malam aku ingin pergi menemuinya," kata Yasmin."Nggak perlu," tolak Evan.Alis Yasmin pun berkerut. "Kenapa? Paman, kamu seperti ini salah. Kamu sudah melukai dua orang.""Aku tahu apa yang sedang kulakukan." Evan tidak ingin membicarakan ini lagi.Sofia datang. Dia bersandar pada Evan, lalu bertanya, "Apa yang sedang kalian bicarakan? Kenapa wajah Yasmin terlihat sangat serius?"Yasmin berkata, "Wajahku menjadi terlihat serius karena aku memakai masker. Hebat."Sofia sengaja tertawa.Evan merangkul Sofia. "Ayo cari tempat untuk makan. Apa kamu lapar?""Lapar. Evan, kamu sangat baik padaku.""Selamat menikmati, Yasmin." Setelah Evan mengatakan itu, dia pergi bersama Sofia.Yasmin melihat tampang mereka berdua yang tampak mesra. Ini benar-benar tidak pantas bagi Lauren.Dia pun berbalik dan pergi ke toilet.Dia tiba di depan toilet wanita dan baru saja ingin membuka pintu."Yasmin." Daniel muncul dari belakang. "Jangan berkeliaran."Jessy yang hendak menar
Anak-anak berlari keluar untuk bermain. Yasmin berdiri, lalu mengingatkan mereka, "Jangan nakal, ya!"Jessy tertawa. "Ketiga anak kecil itu benar-benar menggemaskan. Aku sangat suka melihat mereka."Juan berkata, "Kalau begitu, minta James cepat mencari istri agar dia juga dapat melahirkan anak."James mengerutkan alisnya. "Bukankah itu terlalu cepat untukku? Bukankah sekarang sudah ada yang lebih modern? Setelah bertunangan, kamu bisa melewatkan pernikahan dan langsung mempunyai anak!"Sofia melihat Evan dengan senang, kemudian mengulurkan tangan untuk memeluk lengan Evan.Meskipun Evan diam saja, Sofia tetap sangat senang.Hari ini adalah hari pertunangannya. Akhirnya hari ini tiba juga.Ketika mereka tidur bersama malam ini, Sofia tentu bisa hamil.Jessy memelototi James. Walaupun apa yang dikatakan James benar, dia tidak boleh mengatakan hal yang begitu memalukan!Lalu, dia sengaja mengatai putranya, "Kamu juga sudah nggak muda. Jangan membuat keluargamu cemas. Kapan kamu akan memb
"Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Yasmin."Nggak tahu. Yasmin ... aku hamil." Lauren memberitahunya. "Jalan keluarku semuanya sudah diblokir Evan."Yasmin terkejut. "Hamil ....""Dia mengganti pil KB-ku dan membuatku hamil. Evan ... benar-benar membuatku jijik!"Yasmin dapat merasakan keputusasaan Lauren.Di keputusasaannya Lauren, apa yang bisa dilakukan tentang pertunangan Evan?Evan tahu Lauren sedang hamil anaknya, tapi dia tetap pergi bertunangan dengan wanita lain. Dia benar-benar parah.Lauren menghibur dirinya sendiri, "Kamu nggak perlu mengkhawatirkanku. Manusia tetap harus berpikiran terbuka, 'kan?"Pada hari pertunangan Evan, Yasmin dan Daniel membawa anak-anak ke Kota Greya.Saat melihat daftar nama tamu, tidak ada yang menyangka Daniel, penguasa Kota Imperial, akan muncul.Hubungan itu tentu membuat Keluarga Darsono puas.Mereka mengadakan pestanya di hotel termewah Kota Greya. Mereka memesan seluruh gedung.Helikopter mendarah di atap. Setelah mereka tiba di lantai satu
Lauren sendiri tidak tahu siapa ibu kandungnya.Ayah tirinya bukanlah orang baik, sementara ibu angkatnya berpura-pura tidak melihatnya. Mereka menjalani hidup yang susah setiap hari.Dia selalu berpikir kenapa orang tua kandungnya tidak menginginkannya? Apa dia diculik orang seperti kakak kandung James?Kalau seperti itu, Lauren akan merasa sedikit lebih baik.Setidaknya dia bukan dibuang ...."Omong-omong, kakakku sangat hebat. Apa kamu tahu apa yang dia ambil pada pesta ulang tahunnya yang pertama?""Kalkulator? Pulpen? Makanan? Uang?" Lagi pula, tidak ada yang perlu dilakukan Lauren, lebih baik mengobrol dengan James."Semuanya salah. Dia memegang tangan kakekku.""Ha?" Itu benar-benar di luar sangka Lauren."Makanya, kakekku sangat senang. Dia langsung mengumumkan kalau kakakku akan menjadi penerus Keluarga Darsono." Setelah James berbicara dengan penuh semangat, suaranya berubah menjadi kecewa ketika dia berkata, "Tapi, kakakku nggak mempunyai takdir itu ....""Takdir setiap oran
Lauren tidak hanya memahami ancaman itu, tapi tubuhnya juga mendingin.Selama anak ini ada, semuanya baik-baik saja. Begitu anak ini tidak ada, pembunuhan apa pun bisa terjadi.Tak peduli apa Lauren sengaja menggugurkan anak ini atau tidak.Dia bertanggung jawab.Besok pagi, Evan menemani Lauren makan sarapan sebelum pergi. Dia memegang jasnya dan naik mobil. Suasana hatinya tampak sangat bagus.Lauren berjalan ke pintu, lalu melihat mobil Bentley hitam itu melaju pergi. Kemudian, gerbang tertutup secara otomatis.Evan pergi atau tidak itu tidak terasa berbeda.Lauren merasa ada kamera di mana-mana sehingga dia tidak punya tempat untuk bersembunyi.Dia pergi ke kamar mandi, lalu melihat bagian belakang cermin kecil. Benda tersebut masih di sana.Dia benar-benar ingin mencabutnya, kemudian melemparkannya ke dalam toilet.Namun, apa yang dikatakan Evan tidak boleh dianggap remeh. Kalau Lauren membuang kamera ini, akan muncul kamera kedua.Terdengar suara dering ponsel dari kamar tidur. L
"Kamu salah. Aku keluar untuk melihat bulan. Kapan aku ingin melarikan diri?" bohong Lauren dengan ekspresi datar."Lauren, kamu jangan berbohong tanpa berkedip. Kami semua melihatmu! Kenapa kamu mau keluar untuk melihat bulan? Apa di dalam nggak ada bulan?" Pada akhirnya, Zarco masih mementingkan harga dirinya sebagai pria.Dia sudah ditampar dan dihantam kepalanya. Dia sangat malu!"Rasa melihat bulan di luar dan dari dalam berbeda," balas Lauren. Dia tidak ingin mengalah pada Zarco. "Selain itu, dia sudah bersikap nggak sopan padaku. Apa aku nggak boleh memberinya pelajaran? Evan, kamu nggak bisa membiarkan anak buahmu selalu menindasku, 'kan?""Kak Evan, aku nggak ...." Zarco baru ingin membela diri, tapi kemudian Evan menyelanya."Obati lukamu."Zarco menggertakkan giginya dan amarah memenuhi hatinya, tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa karena ada Evan. Maka itu, dia pergi bersama anak buah lainnya.Evan menatap Lauren. Tatapan matanya yang tajam seperti monster yang menghantui
"Kamu pasti nggak memberitahunya kalau aku hamil," kata Lauren."Aku bilang aku menyembunyikanmu di luar." Evan bersandar ke kursi ruang kerjanya dan meregangkan kaki panjangnya. "Dia nggak peduli. Walaupun dia tahu, dia nggak bisa melakukan apa-apa. Aku hanya nggak suka repot.""Kalau kita menggugurkan anak ini, maka nggak akan ada repot," kata Lauren."Aku lebih memilih membunuh orang tua itu."Kekejaman Evan mengejutkan Lauren, jadi Lauren tidak ingin lanjut berbicara dengannya. "Aku mau tidur. Sudah, ya."Setelah mematikan telepon, dia melirik cahaya terakhir di cakrawala sebelum berjalan kembali.Dia tidak meragukan kalau Evan tidak peduli dengan ikatan keluarga. Orang tua angkatnya Lauren dan Juan bukanlah siapa-siapa bagi Evan.Namun, dia bersikeras menginginkan anak.Lauren ingin sekali bertanya padanya apa dia tahu bagaimana cara mendidik anak?Bagi orang yang tumbuh di daerah kumuh, hal yang paling mereka kurang adalah kasih sayang ...Lauren tahu Evan tidak akan datang. Dia
"Aku setuju untuk bertunangan, tapi syaratku adalah kamu nggak boleh mencari Lauren," ujar Evan dengan tajam.Juan menganggukkan kepalanya. "Baiklah. Aku akan menentukan waktunya."Evan sengaja bertanya, "Apa kamu akan mengundang istrimu ke pertunanganku?"Ekspresi Juan menjadi masam. "Dia dirawat dengan baik di rumah sakit jiwa, jadi dia nggak boleh keluar."Selesai makan malam, Evan tidak menetap dan langsung pergi.Dia meninggalkan Juan sendirian di meja makan.Pengurus rumah berjalan mendekat. "Tuan Besar, apa Anda ingin saya memanaskan sopnya? Saya melihat Anda nggak meminum sesendok pun.""Apa aku bisa menelannya?" Juan meletakkan sendok garpunya."Pria mencari wanita bukan hal yang perlu dikhawatirkan," hibur pengurus rumah."Wanita ini berbeda. Dia adalah mantan istri Gilbert." Juan tidak pernah meremehkan Lauren. "Aku bisa melihat dia itu wanita yang cukup kejam karena bisa melemparkan Gilbert ke penjara. Kalau Evan jatuh ke tangannya lagi ....""Tuan Besar nggak perlu khawati