"Sudah lima enam tahun ..." jawab Helen.Yasmin berpikir itu waktu yang sama ketika dia pergi ke luar negeri.Saat itu, kekuasaan Daniel belum begitu kuat di Kota Imperial. Penyakit perutnya seharusnya kambuh karena dia sibuk bekerja.Selain itu, setiap kali Yasmin mengecek keberadaan Daniel, Daniel selalu di Grup Naga. Jelas sekali kalau pria itu sangat sibuk.Helen melihat Yasmin mengikutinya turun ke lantai bawah. Helen melirik ke lantai atas sekilas sebelum bertanya, "Kamu nggak tinggal di sini?"Yasmin berkata dengan canggung, "Nggak. Aku mau pulang."Untuk menyenangkan Daniel, seharusnya Yasmin tinggal di sini walaupun dia tidak akan melakukan apa-apa.Akan tetapi, anak-anak di rumah. Dia harus memikirkan anak-anaknya sebelum melakukan apa pun."Naik mobilku. Aku akan mengantarmu.""Nggak perlu. Aku bisa naik kereta bawah tanah.""Jam segini sudah nggak ada kereta bawah tanah," kata Helen sambil tersenyum.Yasmin pun berkata dengan segan, "Kalau begitu ... terima kasih."Helen se
Hubungan Yasmin dengan Daniel bukan berdasarkan "suka" dan "tidak suka". Yasmin bahkan tidak mempunyai kualifikasi menjadi kekasih Daniel.Kini Yasmin tidak mempunyai uang dan juga teman."Sebenarnya aku yang rakus." Cindy berkata, "Waktu itu penanggung jawab kelab bilang orang yang melayani Daniel akan mendapatkan tip yang besar, makanya aku pergi. Akan lebih baik kalau aku nggak pergi. Aku juga nggak akan merepotkanmu.""Kamu nggak merepotkanku." Yasmin tidak ingin membahas masalah ini lagi. "Apa kamu masih pergi ke kelab pada malam hari?""Masih. Ibuku mengambil semua gajiku. Aku bahkan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hariku. Aku mendapatkan uang tunai kalau aku bekerja di kelab. Jadi, setidaknya aku nggak kelaparan."Cindy mempunyai wajah yang cantik dan cara dia berbicara juga sopan. Namun, Yasmin masih mengkhawatirkannya. "Kelab agak berisik. Apa kamu nggak berpikir untuk bekerja di tempat lain?""Ada, tapi pelan-pelan. Selama aku punya tujuan, kehidupanku nggak akan be
Yang terpenting adalah apa anak-anak sudah pulang?Yasmin ada memberi tahu mereka kalau kunci berada di bawah pot bunga. Kalau dia belum pulang, mereka bisa membuka pintu sendiri.Klara menghidangkan makanan, lalu berkata, "Kenapa bengong? Cepat cuci tanganmu, lalu mari makan."Yasmin sama sekali tidak punya suasana hati tersebut. Kalau anak-anak belum pulang, bagaimana nanti setelah mereka pulang? Bukankah mereka akan berpapasan?"Tante, bagaimana kamu masuk?" tanya Yasmin."Tentu saja dengan kunci. Kamu meletakkan kuncimu di bawah pot bunga," ujar Klara.Yasmin berencana menelepon pihak sekolah. Pada saat ini, anak-anak pasti sedang dalam perjalanan pulang. Dia ingin menghentikan anak-anaknya bertemu dengan tantenya ....Sebelum Yasmin sempat menelepon, layarnya menyala.Raymond meneleponnya.Yasmin pergi ke balkon untuk mengangkat telepon. "Halo?""Kamu di rumah?""Ya. Ada apa?" tanya Yasmin."Anak-anak di rumahku," ucap Raymond."Ha? Kenapa mereka bisa di rumahmu?" bisik Yasmin."R
"Oh, ya. Tadi sebelum kamu sampai rumah, ada tiga anak kecil mengetuk pintu," kata Klara.Tangan Yasmin yang memegang sendok pun gemetar. Ekspresinya terlihat panik.Anak-anak ada mengetuk pintu? Setelah itu? Apa Klara melihat mereka?Klara pasti sudah melihat mereka. Kalau tidak, bagaimana dia tahu ada tiga anak kecil?"Itu adalah tiga anak yang diasuh ibumu. Aneh, kenapa mereka bisa datang kemari?" tanya Klara."Sepertinya mereka salah lantai.""Ya, mereka bilang salah rumah. Orang zaman sekarang makin sulit dimengerti. Mereka bisa mempekerjakan seorang pengasuh, tapi malah tinggal di kompleks usang seperti ini. Ibumu beruntung." Klara berbicara tanpa berpikir apakah kata-katanya bisa menyakiti orang atau tidak. Dia merasa dia hanya mengatakan yang sebenarnya.Yasmin terdiam. Dia merasa anak-anaknya sungguh cerdas.Setelah berhadapan dengan tantenya, mereka bisa memikirkan solusi dengan cepat.Akan tetapi, bagaimana mereka bisa menghubungi Raymond? Mereka bahkan tahu nomor ponsel Ray
"Oh, ya. Bagaimana anak-anak bisa menghubungimu?" tanya Yasmin."Mereka meminjam ponsel orang lain," jawab Raymond.Yasmin tertawa dengan tak berdaya. Dia tidak tahu harus menjawab apa.Ketiga anaknya tidak hanya menghafal nomor ponsel Raymond, mereka juga bisa meminjam ponsel orang lain untuk menelepon.Yasmin tidak pernah mengajar semua itu.Satu-satunya hal yang pernah diajarkan adalah kalau mereka tidak bisa menemukannya di luar, hubungi 110 untuk menelepon polisi.Sebagai seorang pendidik, Raymond berkata, "Mereka sangat pintar. Didik mereka dengan baik dan di masa depan mereka akan menjadi orang hebat."Ibu mana pun yang mendengar kalimat itu pasti akan merasa senang.Itu juga termasuk Yasmin. "Baik."Setelah menutup telepon, Yasmin berbaring di tempat tidur sambil melamun. Setelah berpikir sejenak, dia mengambil ponselnya untuk mengecek keberadaan Daniel.Daniel masih di Grup Naga.Selama Daniel tidak menuju ke rumah Yasmin, Daniel boleh berada di mana saja.Sebenarnya, kemuncul
"Kalau begitu ....""Terserahmu."Yasmin tercengang. Daniel pun langsung mengakhiri panggilan.Itu membuat Yasmin terkejut. Jadi, dia boleh pergi, 'kan?Sejak kapan dia mempunyai kebebasan seperti ini?Daniel menyingkirkan ponselnya. Ekspresinya tampak sinis dan tatapan matanya tajam. "Apa belum ada kabar dari kantor polisi?""Belum," jawab Eric.Setiap kali Eric menelepon kantor polisi, seluruh polisi panik. Para penyelidik merasa sangat tertekan. Mereka bekerja siang dan malam untuk menemukan pembunuhnya.Namun, mereka masih belum dapat petunjuk yang berguna.Tatapan mata Daniel menjadi menyeramkan. Dia berkata dengan sinis, "Pembunuhan yang terjadi di rumah Kakek dan pembunuh Sofia seharusnya orang yang sama. Tebakanku nggak salah."Eric kaget, lalu berkata, "Apa ... hubungannya? Apa untuk menjebak Tuan Daniel, pelaku ingin merusak hubungan Anda dengan Nona Yasmin? Taktik seperti itu terlalu rendahan."Daniel tersenyum sinis dengan tidak ikhlas. "Target mereka adalah aku."Ekspresi
Martin memakai jas yang terlihat kasual. Dia seperti seorang bangsawan. Lalu, dia tersenyum ketika dia melihat Yasmin.Yasmin pun memalingkan pandangannya.Pria itu bukan lagi Martin yang dulu dia kenal.Setelah mengucapkan ulang tahun dan memberi hadiah kepada Tuan Besar Guntur, Yasmin melakukan hal lain.Hadiah itu tentu saja disiapkan oleh Klara.Yasmin tidak sanggup membeli hadiah yang sepadan untuk orang Keluarga Guntur.Bukan salahnya dia miskin. Mempermalukan dirinya dengan hadiah adalah kesalahan besar.Yasmin mengobrol dan meminum teh.Klara adalah orang yang pandai bersosialisasi. Dia berbicara tentang edisi terbatas dan kemewahan suatu rumah bersama saudari-saudari iparnya. Untungnya, Klara mempunyai status di sini, jadi orang lain bersedia mendukungnya.Kemudian, Yasmin ditarik keluar oleh Klara dan satu per satu orang memanggilnya.Yasmin hanya bisa tersenyum dengan sopan dan canggung."Yasmin, kita sudah beberapa tahun nggak berjumpa. Kamu makin cantik.""Kamu sangat miri
Dingin?Perasaan yang familier ini membuat ekspresi Yasmin berubah.Saat Martin hendak menoleh ke belakang, Yasmin mendadak mendapatkan ide dan mengulurkan tangannya untuk mendorong dada Martin. "Pergi!"Martin pun terdorong mundur beberapa langkah. Dia mengerutkan keningnya sambil menatap wajah Yasmin yang penuh amarah."Kamu nggak usah mengetesku. Aku nggak akan meninggalkan Kota Imperial. Ini adalah rumahku, kenapa aku harus pergi? Tolong menjauhlah dariku!" kata Yasmin dengan emosi. Setelah itu, dia beranjak pergi. Matanya menangkap sosok seseorang yang tidak jauh darinya, jadi dia berhenti. Ekspresi Yasmin menjadi panik, dia seakan-akan baru tertangkap basah.Daniel sedang berdiri di tempatnya dengan tegak. Dia seperti binatang buas yang tiba-tiba muncul dari hutan dan mengawasi mangsanya.Kemunculannya mengagetkan orang!Martin mengontrol ekspresinya, setelah itu dia melewati Yasmin sambil berkata, "Kak, aku kira kamu nggak akan datang! Kamu mengejutkanku!"Raut wajah Daniel tamp