[POV Adrian]
-----
"Kamu serius?" Pertanyaanku membuatnya mengangguk. "Tidak mungkin. Bagaimana--"
"Tuan Bovington ayah Alex terkenal sebagai casanova, entah berapa banyak wanita pernah dia tiduri. Salah satunya Ibuku. Karena si tua bangka tidak mengakuiku, aku memilih nama Westwood, keluarga ibuku sebagai nama belakang."
Dari raut wajah dan suara yang naik turun aku rasa dia jujur. Jika seperti itu bukankah dia saudara Alex? "Kenapa membantu kami?"
"Melihat wajah tua bangka itu sekarat adalah kenikmatan tersendiri bagiku. Selain itu aku tidak suka Alex."
Dia mengamati wajahku lekat seperti menerawang kejujuran yang terlukis di mata. "Jadi Bened, bagaimana kisahmu. Aku kaget kamu bukan hanya kena
[POV Adrian]-----"Apa kamu bodoh, dia Sheriff, kita penjahat," ucap Minerva mewakili pikiranku tentang aksi heroik Clint, dia menarik lengan tunangannya supaya tidak keluar mobil."Rileks, dia Paman Sheriff yang baik dan sedang butuh bantuan, kenapa harus kejam padanya?" Sudah kuduga Clint kenal Sheriff itu, tapi tetap saja sekarang kita berada di dua kubu berbeda.Dia berdiri di sebelah mobil memandang kami bergantian dengan wajah ramah. "Lagi pula paman memundurkan mobil tadi malam demi membantu kita. Apa kita harus membalas kebaikan dengan kejahatan?" Menutup rapat pintu kemudi."Perasaanku tidak enak," gumam Fany sembari mengamati Clint di luar sana mendekati mobil Sherif yang kapnya terbuka.
[POV Fany] ----- Mereka berkumpul di ruang tamu rumah, memandang bengis seperti kucing ketika perutnya digaruk, kecuali Ayah. Beliau langsung merangkul hangat diriku ketika baru melangkah masuk. "Ya Tuhan, syukurlah kamu tidak apa-apa." "Kami menemukannya di Texas bersama bajingan bernama Bened." Aku berbalik memandang komisaris sembari membentak, "Namanya Adrian Bened, bukan bajingan, tapi suamiku." "Jaga sopan snatunmu, gadis muda!" Sentak Ibu, menarikku mundur hingga mau tak mau terpaksa melihat wajahnya yang seperti kotoran sapi terinjak ayam. Sok perhatian iblis tua memegang keningku, seperti khawatir padahal semua palsu
[POV Fany]-----"Kamu tahu Romeo dan Juliet?"Aku mengangguk tenang, siapa yang tidak tahu kisah legendaris mereka, cerita cinta tragedi klasik tentang sejoli yang tewas. Namun, kenapa dia membahas hal ini? "Apa rencanamu ingin supaya aku bunuh diri seperti Juliet?" Jika begitu, aku siap. Untuk bersama Adrian di akhirt, aku tidak menyesal.Alex menggeleng kecil sambil memperlihatkan lesung menggemaskan di pipi. "Tentu saja tidak, tapi rencanaku memakai taktik seperti juliet. Berbohonglah pada kedua orang tuamu jika mau menikah denganku.""Kamu tidak mengerti, ibu akan--"Dengan tawa bersuara kecil, dia memotong ucapanku. "Kita akan menikah dan setelah Ibumu membebaskan Adrian, kamu bisa kabur lagi den
[POV Adrian]Sel sempit, bau, dingin, dan hening memberi waktu bagiku untuk beristirahat berselonjor di kasur lipat, berbantal tangan yang kulipat ke belakang kepala, sembari memikirkan kejadian tadi malam.Bagaimana bisa Helikopter langsung menyorot mobil kami, tanpa memberi kode terlebih dahulu?Sial, kenapa semakin lama berpikir malah semakin timbul pertanyaan bary? Tidak mungkin polisi tahu keberadaan kami tanpa ada yang memberitahu mereka.Tiba-tiba suara benda tumpul menggores tirai besi semakin mendekat, hingga sosok besar itu memberi seringai sombong menjijikkan jepadaku. Dia polisi brutal, mantan pacar Sea dulu. "Selamat pagi pahlawan, kita bertemu lagi.""Sudah pagi rupanya," jawabku, membalik badan
[POV Adrian]-----Keadaan menjadibtenang, hingga suara obrolan di ruang jauh terdengar sampai ke selku."Adrian Bened, ayo keluar, kasihan mereka menunggumu. Mereka jauh-jauh datang untukmu, Bened."Sea menanti di muka pintu yang terbuka, ketika aku duduk di tepi dipan. Mungkin dia tak sabar atau bahkan cemas melihat keadaanku, memilih menghampiri duduk di sebelah. "Ada apa Ad, ayo temui keluargamu. Jangan seperti ini."Aku menggeleng pelan. Sungguh aku bingung harus apa, mengingat baru beberapa bulan yang lalu aku bersumpah tidak akan membuat Ibu cemas."Kenapa? Kamu terkena masalah besar, mereka cemas."Wajah Sea terlihat sayu ketika tangannya memberi elusan lembut ke punggungku. "Di saat seperti ini, lebih baik berbagi dengan sahabat ata
[POV Adrian]-----Tiga sisi tembok dan satu sisi jeruji besi, semua ini membuatku kalut. Berapa hari, Minggu, atau tahun berlalu?"Pengacara tiba," ucap Sea ketika membukakan pintu jeruji besi, menyadarkanku dari lamunan. "Ayo Adrian, semangat."Aku keluar sel bersama Sea. Ketika melintasi ruang utama menuju ruang pertemuan, banyak mata memandang tanpa berkedip ke arahku. "Sea, ada apa?""Namamu terkenal. Penculik calon istri orang, berandal yang berani mencuri di kediaman Alex. Kamu pasti senang esok setelah keluar, akan banyak gadis ingin menikah denganmu.""Aku hanya ingin kesalah pahaman ini cepat berakhir," sahutku."Semoga." Sean membuk
[POV Fany]-----Beberapa hari berlalu, acara tv sama saja. Semua membahas pernikahanku dengan Alex yang akan diadakan sebentar lagi.Sampai detik ini aku belum percaya pada rencana cemerlang Alex, setidaknya sampai laporan Joshua tiba, tapi kapan?Aku mondar-mandir dalam kamar, lalu suara tawa di luar mengunggah rasa penasaran.Aku berdiri di balik gorden, bersembunyi sembari mengamati situasi di sana.Banyak pria berjas hitam berseliweran. Wajah-wajah baru yang tak aku kenal begitu serius. Orang-orang Ibu, aku yakin itu … Ya Tuhan, kenapa jadi serumit ini?Jadi begini rasa menjadi burung dalam sangkar? Apa kalian kuat menjadi diriku?Ibu menempatkan ba
[POV Fany]------Aku masuk ke dalam selimut kasur, pura-pura tidur, tapi siapapun yang berada di luar tak mau mengerti.Suara ketukan berulang diikuti suara pria terus mengusik. "Nona, aku masuk."Dia membuka pintu membuat cahaya menerobos masuk menerpa wajahku. Berani sekali dia masuk tanpa izin.Aku duduk mengucek mata. "Aduh silau, tutup pintunya!""Maaf, tapi--""Ada apa?" tanyaku dengan nada mengantuk. "Hei, kenapa malah masuk?""Maaf mengganggu, tapi pintu balkon Anda terbuka." Aduh, dia menutup rapat pintu balkon. Sekarang akan lebih sulit bagi Joshua untuk masuk.