[POV Fany]
-----
Di depan rumah Tuan Zul, Tiga mobil Ranger menghampiri kami. Aku kenal para lelaki yang keluar dari mobil hitam itu, mereka teman-teman Clint, juga ada Minerva dan keluarga Dohl.
Dari samping pelukan Adrian memberi rasa aman nan hangat. Ini akan menjadi perjalanan kami, melawan dunia.
"Jangan takut, atau kamu ingin berhenti?" Pertanyaan konyol keluar dari seorang yang selalu gasak-gusuk.
"Bicara apa kamu? Aku tidak akan mundur. Tidak satu langkah pun."
Lesung di pipinya keluar, lalu dia mengecup lembut keningku. "Aku harap kamu siap."
"Siap untuk rencana awal, Nak?" Tuan Dohl menghampiri kami, memakai kasula. Bor
[POV Fany]-----Mystery bukan favoritku, sekarang Adrian memilih bermain hal itu. Atau mungkin dia sama sepertiku, tidak tahu akan dibawa ke mana.Walau demikian aku merasa aman karena dia di sebelahku, menggenggam erat tanganku. Mau kemana pun selama ada Adrian, aku rela."Kalian begitu manis, tidak melepas gandengan sedetik pun," ucap Minerva, entah sejak kapan dia memandang kami. Bibirnya melekuk manis. "Kamu beruntung memiliki Adrian, Nona Bened.""Jadi menurutmu aku di bawah Adrian?" keluh Clint. "Kamu tidak beruntung mendapatkanku, sayang?""Bukan begitu, tapi--" Mereka berdebat masalah kecil. Menurutku mereka juga lucu dan manis. Clint pencemburu dan Minerva seperti menikmat
[POV Adrian]-----"Adrian, apa yang kamu lakukan?"Fany panik berusaha menarikku kembali duduk ketika diriku berusaha merangkak melalui atas kursi untuk membuka pintu belakang.Aku tak tahu betapa menderitanya Fany, aku bukan dia, tapi tahu bagaimana membuatnya nyaman nanti.Aku merayap ke belakang membuka pintu, melempar apapun yang bisa kuambil.Ban serep yang kulempar menggelinding berhasil membuat dua mobil polisi melambat, tapi tidak dengan dua mobil lain.Kenapa kalian tidak menyerah, pergi ke club dan makan donat seperti biasa?"Kumohon jangan nekat. Aku takut kehi
[POV Adrian]-----"Kamu serius?" Pertanyaanku membuatnya mengangguk. "Tidak mungkin. Bagaimana--""Tuan Bovington ayah Alex terkenal sebagai casanova, entah berapa banyak wanita pernah dia tiduri. Salah satunya Ibuku. Karena si tua bangka tidak mengakuiku, aku memilih nama Westwood, keluarga ibuku sebagai nama belakang."Dari raut wajah dan suara yang naik turun aku rasa dia jujur. Jika seperti itu bukankah dia saudara Alex? "Kenapa membantu kami?""Melihat wajah tua bangka itu sekarat adalah kenikmatan tersendiri bagiku. Selain itu aku tidak suka Alex."Dia mengamati wajahku lekat seperti menerawang kejujuran yang terlukis di mata. "Jadi Bened, bagaimana kisahmu. Aku kaget kamu bukan hanya kena
[POV Adrian]-----"Apa kamu bodoh, dia Sheriff, kita penjahat," ucap Minerva mewakili pikiranku tentang aksi heroik Clint, dia menarik lengan tunangannya supaya tidak keluar mobil."Rileks, dia Paman Sheriff yang baik dan sedang butuh bantuan, kenapa harus kejam padanya?" Sudah kuduga Clint kenal Sheriff itu, tapi tetap saja sekarang kita berada di dua kubu berbeda.Dia berdiri di sebelah mobil memandang kami bergantian dengan wajah ramah. "Lagi pula paman memundurkan mobil tadi malam demi membantu kita. Apa kita harus membalas kebaikan dengan kejahatan?" Menutup rapat pintu kemudi."Perasaanku tidak enak," gumam Fany sembari mengamati Clint di luar sana mendekati mobil Sherif yang kapnya terbuka.
[POV Fany] ----- Mereka berkumpul di ruang tamu rumah, memandang bengis seperti kucing ketika perutnya digaruk, kecuali Ayah. Beliau langsung merangkul hangat diriku ketika baru melangkah masuk. "Ya Tuhan, syukurlah kamu tidak apa-apa." "Kami menemukannya di Texas bersama bajingan bernama Bened." Aku berbalik memandang komisaris sembari membentak, "Namanya Adrian Bened, bukan bajingan, tapi suamiku." "Jaga sopan snatunmu, gadis muda!" Sentak Ibu, menarikku mundur hingga mau tak mau terpaksa melihat wajahnya yang seperti kotoran sapi terinjak ayam. Sok perhatian iblis tua memegang keningku, seperti khawatir padahal semua palsu
[POV Fany]-----"Kamu tahu Romeo dan Juliet?"Aku mengangguk tenang, siapa yang tidak tahu kisah legendaris mereka, cerita cinta tragedi klasik tentang sejoli yang tewas. Namun, kenapa dia membahas hal ini? "Apa rencanamu ingin supaya aku bunuh diri seperti Juliet?" Jika begitu, aku siap. Untuk bersama Adrian di akhirt, aku tidak menyesal.Alex menggeleng kecil sambil memperlihatkan lesung menggemaskan di pipi. "Tentu saja tidak, tapi rencanaku memakai taktik seperti juliet. Berbohonglah pada kedua orang tuamu jika mau menikah denganku.""Kamu tidak mengerti, ibu akan--"Dengan tawa bersuara kecil, dia memotong ucapanku. "Kita akan menikah dan setelah Ibumu membebaskan Adrian, kamu bisa kabur lagi den
[POV Adrian]Sel sempit, bau, dingin, dan hening memberi waktu bagiku untuk beristirahat berselonjor di kasur lipat, berbantal tangan yang kulipat ke belakang kepala, sembari memikirkan kejadian tadi malam.Bagaimana bisa Helikopter langsung menyorot mobil kami, tanpa memberi kode terlebih dahulu?Sial, kenapa semakin lama berpikir malah semakin timbul pertanyaan bary? Tidak mungkin polisi tahu keberadaan kami tanpa ada yang memberitahu mereka.Tiba-tiba suara benda tumpul menggores tirai besi semakin mendekat, hingga sosok besar itu memberi seringai sombong menjijikkan jepadaku. Dia polisi brutal, mantan pacar Sea dulu. "Selamat pagi pahlawan, kita bertemu lagi.""Sudah pagi rupanya," jawabku, membalik badan
[POV Adrian]-----Keadaan menjadibtenang, hingga suara obrolan di ruang jauh terdengar sampai ke selku."Adrian Bened, ayo keluar, kasihan mereka menunggumu. Mereka jauh-jauh datang untukmu, Bened."Sea menanti di muka pintu yang terbuka, ketika aku duduk di tepi dipan. Mungkin dia tak sabar atau bahkan cemas melihat keadaanku, memilih menghampiri duduk di sebelah. "Ada apa Ad, ayo temui keluargamu. Jangan seperti ini."Aku menggeleng pelan. Sungguh aku bingung harus apa, mengingat baru beberapa bulan yang lalu aku bersumpah tidak akan membuat Ibu cemas."Kenapa? Kamu terkena masalah besar, mereka cemas."Wajah Sea terlihat sayu ketika tangannya memberi elusan lembut ke punggungku. "Di saat seperti ini, lebih baik berbagi dengan sahabat ata