Share

Maaf

Penulis: Danea
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Cherry tertawa terbahak-bahak melihat wajah kakaknya yang sudah seperti kepiting rebus, sementara Green tak menganggap serius ucapan Cherry, ia masih berusaha agar Langit mengembalikan ponselnya.

“Saya akan kembalikan ini nanti, sekarang saya buru-buru!” Langit melenggang pergi, mengabaikan Green yang masih berusaha mengambil ponsel.

Setelah Langit hilang dari pandangan, Green mencak-mencak pada Cherry. “Sumpah ya, kakak lo ngeselin bangett. Hp lo disita gak?” tanya Green dengan raut kesal.

Dengan polosnya Cherry menggeleng, sontak hal itu membuat Green bertambah kesal. “Hp lo gak diambil, sementara Hp butut gue malah dikantongin, heran deh!” ujar Green sembari meninggalkan Cherry.

Cherry segera mengejar Green yang sudah mendahuluinya. “Maklumin aja, namanya juga om-om,” tutur Cherry sambil merangkul Green.

“Dasar om-om gila.” Green memaki Langit di depan adiknya tanpa rasa bersalah.

<
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Aster [Indonesia Ver.]   Menginap

    Seminggu telah berlalu sejak Alta mengunjungi Green, sejak itu pula Langit menjaga jarak dan membatasi komunikasinya dengan Green. Pertemuan terakhir mereka adalah saat Langit datang ke rumah Green untuk mengembalikan ponsel wanita itu, itu adalah pertemuan sekaligus komunikasi terakhir mereka. Karena setelahnya Langit pergi ke luar kota untuk road show guna mempromosikan buku barunya. Green tak pernah peduli dengan apa yang dilakukan Langit, namun ada satu hal yang terkadang memaksanya untuk peduli. Kalila, wanita itu selalu membuatnya ada di posisi sulit, Kalila selalu berusaha melakukan segala cara agar Green dan Langit semakin dekat, mau menolak pun Green tidak enak, akhirnya ia hanya bisa pasrah dan menerima. Seperti hari ini, Sabtu malam sekitar pukul 19.00 wib, Kalila menghubungi dirinya. “Halo sayang, kamu sedang apa?” “Halo Bunda, Green baru pulang kerja, Bunda sehat?” tanya Green dengan nada dibuat seriang mungkin, ia tak ingin orang lain

  • Aster [Indonesia Ver.]   Dinner

    “Ha? Maksudnya Kakak mau nginep di sini?”“Iya.”“Kakak udah gila?”Langit menatap Green dengan tatapan penuh arti. “Kenapa, ada masalah?” tanya Langit tanpa beban.Malam ini Langit seperti sudah hilang kesadaran. Ia abai pada semua hal dan memutuskan untuk menginap di rumah Green, Green memberikan tatapan datar dan menusuk. “Jelas ada. Kakak itu laki-laki, dan saya perempuan. Kita gak boleh satu ruangan, sebaiknya sekarang Kakak pulang. Saya bisa kena masalah kalau Kakak di sini.”“Gak usah berlebihan, lagian kita tidur di kamar yang beda,” jawab Langit tanpa santai. “Atau kamu ingin….,” timpalnya.“Stop, gak usah diterusin, dasar om-om mesum!” Green pergi meninggalkan Langit dengan menghentak-hentakkan kaki, darah tingginya bisa naik jika terus meladeni laki-laki itu.“Om-om lebih menggoda, mau bukti?” Langit bersuara s

  • Aster [Indonesia Ver.]   (Bukan) Menaruh Rasa

    Tepat pukul 19.00 wib, Langit tiba di rumahnya. Ia membuka pintu rumah dengan langkah gontai, beberapa hari kemarin cukup menyita waktu, menguras tenaga, emosi dan pikirannya. Satu-satunya yang ingin Langit lakukan saat ini adalah membersihkan dan merebahkan diri di kasur empuk kesayangannya, namun Cherry menghalangi niatnya. Wanita itu datang tiba-tiba kemudian menghadang Langit yang hendak membuka pintu kamar. “Apa-apaan, sih, Cher, minggir kakak capek banget, mau istirahat.”“Kak, gue punya informasi penting,” ujar Cherry serius.“Penting menurut kamu belum tentu penting buat kakak, udah ah minggir!” Langit menggeser tubuh Cherry agar tak menghalangi jalannya.Tubuhnya sangat lelah, meladeni Cherry hanya akan membuatnya semakin lelah. Lagipula Langit sangat yakin bahwa informasi yang dibawa Cherry tidak sepenting itu.“Kak.., minimal dengerin dulu, ihhhhh,” pinta Cherry dengan suara memohon.&ldquo

  • Aster [Indonesia Ver.]   Will U Marry Me?

    Langit tengah menunggu Green di ruang tamu, beberapa kali ia menguap karena kantuk yang tak bisa dikendalikan mengingat ia baru tidur beberapa jam saja, Green yang melihat itu berinisiatif menawarkan kopi untuk Langit.“Mau saya buatkan kopi, Kak? Ngantuk gitu, bahaya kalau dipaksa nyetir.”“Langsung berangkat aja, nanti kesiangan,” ajak Langit. Laki-laki itu beranjak dari kursi. “Kamu udah siap?” tanya Langit sambil menatap Green. Mereka mengenakan baju dengan warna senada, Green mengikat rambut serta merias sedikit wajahnya. Sementara Langit tidak menata rambut sama sekali, ia membiarkan saja ujung rambutnya jatuh dan nyaris menutupi mata, namun itu tak mengurangi kadar ketampanannya sebagai Langit Danendra Adyaksa. Seperti biasa, tak lupa Langit menyemprotkan parfum kesukaannya yang membuat kesan maskulin tersemat dalam diri lelaki itu. Tidak ada yang istimewa, mereka berpenampilan sederhana layaknya muda-mudi pada umumnya.

  • Aster [Indonesia Ver.]   Kamu

    Alta menepati ucapannya untuk menemui Reina, tentunya setelah ia menata dan merencanakan segalanya dengan matang. Di ruang tamu berukuran tidak terlalu besar, Alta duduk berdampingan dengan Reina. Sejak tadi belum ada yang membuka suara, Reina masih mengamati dan memandang wajah Alta, tampak jelas dari raut wajahnya ia sangat merindukan lelaki itu.“Sayang aku kangen,” ucap Reina yang tak tahan jika tak berbicara dengan Alta.Alta mengecup kening Reina yang saat ini tengah bersandar di bahunya. “Aku juga kangen, kangen banget.”Mendengar penuturan Alta, Reina tersenyum senang. Ia mendaratkan ciuman singkat di pipi mulus lelaki itu. “Makasih udah kembali ya, aku pikir kamu gak akan ke sini lagi.”“Gak mungkin dong, kan, aku udah janji untuk gak ninggalin kamu.”“Kamu bakal tepatin janji itu?”“Pasti, gak ada alasan buat aku ingkar sama janji itu. Aku cinta banget sama kamu, Rei

  • Aster [Indonesia Ver.]   Keira

    Cherry bangun dari tidur panjangnya saat mendengar seseorang mengetuk pintu kamar, ia membuka pintu tersebut dengan mata setengah terpejam. “Kenapa, Bi?”“Ada tamu nyariin Non Cherry,” ujar Bi Ruri, asisten rumah tangga yang baru beberapa bulan bekerja.“Siapa? Bilang aja saya masih tidur.” Cherry hendak menutup pintu untuk melanjutkan tidurnya, hari libur adalah hari yang tidak boleh dilewatkan, dan Cherry berniat untuk mengisinya dengan tidur panjang dan nonton film seharian“Tapi, Non.” Asisten rumah tangga itu mencegah Cherry yang akan menutup pintu, Cherry memberi isyarat melalui tatapan mata agar Ruri menyelesaikan ucapannya. “Orangnya udah Bibi suruh pergi tapi ndak mau, katanya mau bicara penting sama Nona.”Cherry memaksa matanya untuk terbuka sempurna kemudian meneguk air mineral yang berada di atas meja sampai tandas, “Sekarang orangnya di mana. Bi?” tanya Cherry semb

  • Aster [Indonesia Ver.]   Peringatan

    Setelah Ardi mengusir Violet dengan cara paksa, Cherry kembali ke kamarnya. Sesuai niatnya tadi, ia akan menghubungi Kalila yang beberapa panggilannya tidak terjawab. Cherry duduk di tepi ranjang, meletakkan ponselnya di telinga hingga suara seorang wanita terdengar dari ponsel itu.“Halo Cher..,”“Halo, Bun, tadi Cherry liat ada beberapa panggilan dari bunda. Tapi gak keangkat, soalnya Cherry baru bangun. Kenapa, Bun?” tanya Cherry. Ia menjelaskan alasan mengapa tak menjawab telepon bundanya“Iya sayang bunda hapal banget kebiasaan kamu. Gak apa-apa, bunda cuma mau tahu kabar kamu aja. Kamu sehat sayang?”Cherry merasa bersyukur, karena meskipun kurang beruntung dalam hal percintaan, setidaknya ia beruntung karena masih memiliki keluarga lengkap dan harmonis. Bunda dan ayahnya selalu memberikan limpahan kasih sayang pada dirinya, dan Langit, kakak laki-lakinya itu terkesan tidak peduli tapi sebenarnya

  • Aster [Indonesia Ver.]   Siapa Keira?

    “Keira?” tanya Green bingung, pasalnya sejak tadi ia tak melihat manusia lain selain dirinya dan Langit.“Keira mana?” tanya Langit sekali lagi.Mata Green mencari-cari ke segala penjuru, barangkali sepeninggal dirinya tadi memang ada manusia lain yang datang ke rumah. Sebenarnya ia tidak yakin, namun melihat Langit bersikap demikian tidak salah bukan jika Green berpikir sempat ada orang lain di rumah ini selain dirinya dan Langit? Setelah mengamati semua sudut dan mengecek ke luar, Green kembali duduk dan berbicara pada Langit.“Gak ada Keira, Kak,” tutur Green.“Ada, tadi saya liat Keira.”“Gak ada, Kakak cuma mimpi. Barusan saya udah cek ke luar, gak ada siapa-siapa.”“Ada, Green,” Langit mengatakannya dengan sangat yakin.“Ga ada, Kak.”“Kei…” Langit kembali memanggil nama itu, berharap orang tersebut segera muncul dan men

Bab terbaru

  • Aster [Indonesia Ver.]   End

    Meskipun kemarin kedatangannya tak membuahkan hasil, Langit tak menyerah. Sore hari setelah pulang dari kampus, ia kembali mendatangi rumah Green. Namun, sudah satu jam menunggu Green tak kunjung datang. Langit mulai gelisah dan bertanya-tanya, apakah Green tak ada di sini? Lantas, kemana wanita itu pergi? Ponsel wanita tersebut tak bisa dihubungi, bahkan pesan yang ia kirimkan pun belum dibaca. Apa Green telah memblokir nomornya? Berbagai asumsi memenuhi kepala Langit. Rasa bersalah dan penyesalannya semakin besar, ia tak henti mengumpat pada diri sendiri, merutuki segala kebodohan yang berujung kepergian Green dari sisinya. Hari sudah mulai gelap, tak jua ada tanda-tanda kehadiran Green. Tiba-tiba, ponsel di saku celana Langit bergetar, menampilkan sebuah pengingat. Langit tersenyum, hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan mereka yang ke lima, hampir saja Langit melupakan momen itu.&n

  • Aster [Indonesia Ver.]   Kehilangan (lagi)

    Pikiran Langit benar-benar kalut. Berhari-hari ia tak pulang dan selama itu pula tak berkomunikasi dengan Green. Langit benar-benar mengabaikan wanita yang dahulu mati-matian ia perjuangkan. Saat ini, tujuan Langit hanya satu, mencari dalang dibalik kematian Cherry. Ia tak lagi memikirkan tentang Green, bertanya soal kabar wanita itu saja tidak. Sebulan telah berlalu, Langit berhasil memecahkan teka-teki itu dengan bantuan beberapa teman yang memang ahli di bidangnya. Dugaan Langit benar, Cherry tidak bunuh diri, melainkan dibunuh. Semua data yang ditemukan polisi dan pihak rumah sakit adalah sesuatu yang sudah disusun dan direncanakan dengan matang. Hari ini, Langit datang ke kantor polisi untuk bertemu pelaku sebenarnya, Zein dan Violet. Mereka ditangkap atas tuduhan pembunuhan berencana. Langit puas saat

  • Aster [Indonesia Ver.]   Bertengkar

    “Green, tolong kamu jawab semua pertanyaan saya dengan jujur,” ujar Langit begitu mereka sampai di rumah. Disaksikan oleh Kalila dan Jerry, ia berniat menginterogasi Green. Kalau benar Green menjadi penyebab kematian Cherry, Langit tak akan segan menjebloskan wanita itu ke dalam penjara sekalipun mereka masih terikat hubungan pernikahan. Green merasa diperlakukan seperti penjahat oleh Langit. Ia duduk di depan Langit, di samping kanan dan kirinya ada Jerry dan Kalila yang juga tengah menatap intens ke arahnya.. “Sebenarnya ada apa, Lang?” tanya Kalila tak paham. Pasalnya, Langit terlihat begitu marah pada Green. “Kata Violet, Green ke kost Cherry di malam terakhir sebelum dia meninggal,” terang Langit. “Jangan bilang kamu mencurigai Green? Sudah lah Lang, polisi bahkan rumah sakit bilang Cherry meninggal karena bunuh diri, bukan dibunuh,” ujar Kalila yang perlahan mulai ikhals dan menerima kepergian Cherry. “Gak Bun, Langit masih belum percaya

  • Aster [Indonesia Ver.]   Duka

    Sepulang dari mengajar, Langit teringat pada Cherry. Sudah lama sekali ia tak bertemu adiknya. Karena hal itu, Langit memutar arah mobilnya menuju indekos sang adik, tiba-tiba ia sangat ingin bertemu untuk sekadar menyapa dan memasikan Cherry baik-baik saja. Jalanan yang padat membuat Langit membutuhkan waktu lebih lama untuk sampai di sana. Ia memutuskan memberi tahu Green akan pulang terlambat, sekaligus menghubungi Cherry perihal kedatangannya. Sampai beberapa kali panggilan, tak ada satu pun yang mendapat jawaban. Langit menerka-nerka, kemana adiknya hingga tak menjawab telepon? Apa mungkin masih bekerja? Sepertinya tidak, mengingat waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 wib. Langit mengemudi secepat yang ia bisa. Perasaanya tidak enak entah karena alasan apa, yang jelas saat ini keinginannya untuk melihat wajah sang adik amat besar. “Semoga kamu baik-baik aja,” lirih Langit sembari terus mengemudi. Langit tiba di indekos Cherry saat matahari sudah r

  • Aster [Indonesia Ver.]   Obat Penggugur Kandungan

    Keesokan harinya, Green benar-benar tak keluar kamar. Tak menjawab telepon dan chat, tak juga menggubris saat Langit mengajaknya sarapan. Emosi Green masih belum reda, hatinya belum menerima saat tahu bahwa Langit menikahi dirinya hanya karena wajah dan sifat serta kebiasaannya mirip dengan Keira.Green masih berbaring dengan posisi terlentang, matanya menatap langit-langit. Raganya memang di kamar, namun pikirannya bercabang. Ia tak bisa berhenti memikirkan Cherry. Bagaimana kabarnya hari ini? Apakah wanita itu sudah menemukan solusi terbaik dari permasalahan yang menimpanya?“Cher, semoga lo baik-baik aja,” batinnya.Tak ada lagi suara ketukan pintu dan Langit yang memanggilnya. Tampaknya, lelaki itu sudah berangkat ke kampus. Green memanfaatkan situasi itu untuk mengisi perut dan kerongkongannya yang terasa kering. Hari ini, ia sengaja meminta izin tidak mengajar dengan alasan sakit.Green berjalan dengan langkah pelan. Wajah dan m

  • Aster [Indonesia Ver.]   Kenyataan

    “Darimana kamu? Kenapa telepon dan chat saya gak ada yang dijawab?” cecar Langit saat Green menginjakkan kaki di rumah mereka. Green melanjutkan langkahnya tanpa menjawab pertanyaan tersebut. “Green, saya ini suami kamu. Gak seharusnya kamu bersikap begini. Pergi gak ngasih kabar, pulang malem basah-basahan, kamu pikir saya gak khawatir?!” tanya Langit seraya mencekal pergelangan tangan Green agar wanita itu mau menatapnya. Green tak menggubris. Ia berusaha melepaskan tangan Langit. “Lepas!” titahnya dengan suara dingin. “Kamu kenapa? Tolong kasih tahu, salah saya dimana? Kalau kamu begini saya bingung. Dari tadi saya teleponin berkali-kali gak ada satupun yang diangkat. Marah?”&n

  • Aster [Indonesia Ver.]   Rapuh

    Green menunggu kedatangan Cherry dengan sabar. Sudah sejak tiga puluh menit yang lalu ia berada di depan indekos seraya mencoba menghubungi ponsel wanita tersebut, namun tak mendapat jawaban. Tak lama berselang, ponsel Green berdering. Nama Langit tertera di layar, cukup lama ia membiarkan dering itu hingga mati dengan sendirinya. Hari ini, Green sudah putuskan untuk menginap. Ia perlu waktu untuk berpikir jernih lebih dulu. Karena jika langsung bertemu Langit, dirinya akan emosi dan perang dingin di antara mereka semakin menjadi. Hujan di luar sana masih belum reda. Green menatap rintik air yang kian deras membasahi bumi, sembari membiarkan pikirannya melanglangbuana. Benda pipih di tangannya kembali berdering, membuyarkan lamunan Green sore menjelang malam itu. Hatinya tak bergairah untuk menjawab panggilan tersebut. 

  • Aster [Indonesia Ver.]   Runtuh

    Tanda dua garis biru menjadi penyebab Cherry menangis tersedu-sedu. Ia mengamati benda di tangannya sekali lagi, menolak percaya bahwa apa yang dilihatnya benar sebuah tanda yang menyatakan dirinya positif hamil. “Gak, ini pasti gak bener.” Cherry mengambil taxpack terakhir kemudian menggunakan benda itu. Selang beberapa menit, hasilnya keluar. Cherry berharap dapat melihat garis satu di sana. Namun nihil, tandanya tetap sama. Tangisnya pecah begitu saja. Secepat kilat, Cherry menyambar ponselnya dan menghubungi orang yang paling bertanggungjawab atas semua hal yang terjadi hari ini. “Zein.., angkat dong,” gumam Cherry seraya menggigit bibir bawahnya. “K

  • Aster [Indonesia Ver.]   Terungkap (2)

    “Hai, sori telat. Udah lama?” Green duduk di hadapann Regita dengan napas terengah.Regita tak langsung menjawab, ia menyodorkan jus jeruk miliknya kepada Green yang langsung diminum oleh wanita itu. Green masih mengenakan baju guru, keringat di keningnya tercetak jelas.“Gak apa-apa. Lo dari sekolah langsung ke sini?” tanya Regita basa-basi.Green mengangguk. “Jus lo?” Gelas berisi jus itu hanya tersisa setengah, ia menatap Regita tidak enak.“Santai, bisa pesen lagi.” Regita tersenyum, ia memanggil pelayan kafe yang kebetulan lewat. Keduanya memesan dua minuman dan makanan ringan yang berbeda.“Thanks udah mau dateng,” ucap Green saat pelayan kafe tersebut sudah pergi.“Sama-sama. Jadi, lo mau tanya apa?” tanya Regita.Green menghela napas berat. Ia bingung harus memulai darimana. Ada banyak sekali pertanyaan yang berkecamuk di kepalanya saat ini.

DMCA.com Protection Status