Share

Peringatan

Author: Danea
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Setelah Ardi mengusir Violet dengan cara paksa, Cherry kembali ke kamarnya. Sesuai niatnya tadi, ia akan menghubungi Kalila yang beberapa panggilannya tidak terjawab. Cherry duduk di tepi ranjang, meletakkan ponselnya di telinga hingga suara seorang wanita terdengar dari ponsel itu.

“Halo Cher..,”

“Halo, Bun, tadi Cherry liat ada beberapa panggilan dari bunda. Tapi gak keangkat, soalnya Cherry baru bangun. Kenapa, Bun?” tanya Cherry. Ia menjelaskan alasan mengapa tak menjawab telepon bundanya

“Iya sayang bunda hapal banget kebiasaan kamu. Gak apa-apa, bunda cuma mau tahu kabar kamu aja. Kamu sehat sayang?”

Cherry merasa bersyukur, karena meskipun kurang beruntung dalam hal percintaan, setidaknya ia beruntung karena masih memiliki keluarga lengkap dan harmonis. Bunda dan ayahnya selalu memberikan limpahan kasih sayang pada dirinya, dan Langit, kakak laki-lakinya itu terkesan tidak peduli tapi sebenarnya

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Aster [Indonesia Ver.]   Siapa Keira?

    “Keira?” tanya Green bingung, pasalnya sejak tadi ia tak melihat manusia lain selain dirinya dan Langit.“Keira mana?” tanya Langit sekali lagi.Mata Green mencari-cari ke segala penjuru, barangkali sepeninggal dirinya tadi memang ada manusia lain yang datang ke rumah. Sebenarnya ia tidak yakin, namun melihat Langit bersikap demikian tidak salah bukan jika Green berpikir sempat ada orang lain di rumah ini selain dirinya dan Langit? Setelah mengamati semua sudut dan mengecek ke luar, Green kembali duduk dan berbicara pada Langit.“Gak ada Keira, Kak,” tutur Green.“Ada, tadi saya liat Keira.”“Gak ada, Kakak cuma mimpi. Barusan saya udah cek ke luar, gak ada siapa-siapa.”“Ada, Green,” Langit mengatakannya dengan sangat yakin.“Ga ada, Kak.”“Kei…” Langit kembali memanggil nama itu, berharap orang tersebut segera muncul dan men

  • Aster [Indonesia Ver.]   Killer dan Nyebelin

    Setelah kepergian Alta, Daren tersenyum miring. Ia senang karena sepertinya Alta termakan ucapannya. Daren sengaja mengatakan hal demikian agar Alta tak menyesal nantinya, ia tahu betul bahwa temannya itu hanya menjadikan Reina pelampiasan, hati dan cinta Alta sepenuhnya untuk Green. Hanya karena Green berada di kota yang berbeda, Alta jadi bersikap seenaknya, dan Daren ingin Alta kembali ke jalan yang benar. Menurut Daren, Alta dan Green adalah pasangan yang serasi, mereka saling mencintai dan mengasihi, sebagai teman ia ingin Green dan Alta bisa bersama sampai waktu yang tak bisa ditentukan. Daren tak benar-benar ingin merebut Green, hanya sekadar ingin tahu reaksi Alta saat ia mengatakan hal itu, dan benar saja Alta langsung meradang saat mendengarnya.“Al… Al, udah dikasih cewek modelan Green, masih aja nyari kerikil jalanan,” tutur Daren sambil kembali memusatkan perhatiannya pada layar monitor.Perhatian Daren sedikit teralihkan saat meli

  • Aster [Indonesia Ver.]   Reina or Daren?

    Langit menyentil dahi Green cukup keras hingga menimbulkan suara rintihan dari bibir wanita itu. “Aduhhhh sakittttt.”“Kamu itu kebanyakan hah hoh hah hoh.”“Ya kan saya gak terlalu denger kakak ngomong apa tadi, saya cuma denger─”“Udah jangan diterusin.” Langit memotong ucapan Green. Rasa kesal karena wanita itu membicarakan hal buruk tentangnya sudah reda sejak tadi.“Kak…”“Hmm?” jawab Langit sambil menyandarkan tubuhnya, kepalanya masih sedikit pening, sepertinya obat yang diberikan Green tadi belum bekerja secara maksimal.“Jangan dikasih C ya, plis,” tutur Green dengan rasa tidak enak.“Enggak.” Langit memijit pangkal hidungnya yang tiba-tiba terasa sakit.“Makasih, Kak, sekali lagi saya minta maaf.” Green lega karena posisinya aman, ternyata Langit tak sekejam itu.“Gak saya kasih C tapi D,&rdq

  • Aster [Indonesia Ver.]   Belum bukan Enggak

    "Kakak darimana aja? Kenapa baru pulang?" Cherry langsung memberondong Langit dengan banyak pertanyaan begitu laki-laki itu membuka pintu. "Ada urusan," jawab Langit singkat. Cherry mencium gelagat aneh dari sang kakak, ia yakin kepergian Langit berhubungan dengan Green. "Udah gak usah kepo, urusan orang dewasa!" lanjut Langit yang paham isi kepala Cherry. Cherry mecebikkan bibirnya kesal, Langit berbicara seolah dirinya masih balita. "Gue udah dewasa woii." "Belum cukup umur," timpal Langit sambil terus berjalan menuju kamarnya, saat tengah melintasi ruang tamu matanya tak sengaja tertuju pada guci antik yang masih terpajang. "Nanti tolong minta bi Ruri buat pindahin guci itu ke gudang!!" ucap Langit sambil melenggang pergi. "Kenapa harus dipindahin ke gudang, bukannya dulu Kak Langit yang pengin guci itu disimpen di ruang tamu?" gumam Cherry dalam hati. Ia bingung dengan Langit, laki-laki itu terkadang bersikap labil dan sulit dipahami.

  • Aster [Indonesia Ver.]   Tanggung Jawab

    Keesokan harinya Green dan Zafran di panggil menghadap Ronal—pemilik minimarket, Green bingung mengapa lelaki tersebut memanggil dirinya, seingatnya ia tak melakukan kesalahan apapun. “Zaf, ada apa ya?” tanya Green gelisah. Zafran mengedikkan bahunya cuek. “Gak tahu.” Saat ini, Green dan Zafran berdiri di hadapan atasan mereka dengan perasaan tak menentu. Terutama Green, entah benar atau hanya perasaannya saja, tapi sejak kehadiran dirinya di ruangan itu pak Ronal menatapnya dengan tatapan tajam, sangat kentara bahwa pria itu tengah menahan amarah. “Green...” Deg!! Pak Ronal memanggil namanya dengan suara berat, firasat Green sangat tidak enak, tapi ia berusaha tetap tenang, toh ia tidak melakukan pelanggaran apa pun. “Iya, Pak?” jawab Green kalem. “Kamu saya pecat!” Green kaget bukan main mendengar penuturan Ronal, jujur saja ia tak tahu di mana letak kesalahannya sehingga Ronal mengambil tindakan tega

  • Aster [Indonesia Ver.]   Emang Iya?

    Green yang saat itu tengah dipenuhi amarah, kekesalan, dan merasa dirugikan mendatangi rumah Langit, ia sudah siap untuk mengomeli laki-laki tersebut. Menurutnya, apa yang terjadi hari ini sedikit banyak disebabkan oleh Langit yang tiba-tiba datang dan mengajaknya berbicara di luar malam itu. "Eh Non Green, mau ketemu Non Cherry, ya?" tanya Ardi yang tengah berjaga di pos satpam, seperti biasa laki-laki botak itu tengah sibuk dengan ponselnya. "Enggak Pak Ardi, saya mau ketemu kak Langit," jawab Green cemberut, amarah di wajah ayunya sudah tak bisa disembunyikan lagi. Ardi yang melihat itu segera membuka gerbang dan menyuruh Green masuk. "Silakan masuk non." Green berjalan dengan langkah lebar, sesampainya di depan pintu ia segera menekan bel berkali-kali. "Eh si cantik, bibi pikir debt colector tadi." Ruri terkekeh pelan, napasnya sedikit tersengal karena tergopoh-gopoh membuka pintu. Green menjawabnya dengan senyum tipis, asisten rumah tang

  • Aster [Indonesia Ver.]   Peduli

    Fajar telah menyingsing menandakan malam telah berlalu, bulan telah kembali ke peradunya. Ada namun tak terlihat, begitulah kira-kira. Sang raja siang menyembunyikan dewi malam karena ingin sang dewi beristirahat sejenak usai menghibur lara yang dialami manusia saat malam tiba. Lara milik Green, salah satunya. Green baru bisa terlelap upukul 05.00 pagi, tidak ada yang menemaninya selain sang dewi. Kini, wanita itu masih bergulat dengan selimut merah muda yang membungkus tubuhnya dengan sempurna. ‘Kringgggggggg…,’ suara alarm yang memang di setting pada pukul 06.00 pagi itu adalah pengingat agar Green tak kesiangan, jika biasanya Green akan langsung bangun begitu mendengar suara tersebut, yang terjadi hari ini malah sebaliknya, Green mematikan alarm itu dan melanjutkan tidurnya. Tak ada tanda-tanda ia akan bangun, padahal waktu telah menunjukkan pukul 06.40, seharusnya Green sudah tiba di kampus mengingat kelas akan dimulai pukul 07.00. ‘Dr

  • Aster [Indonesia Ver.]   Kalau Kamu Mau

    Untuk kamu yang pernah terluka di masa lalu Siapa pun dan di mana pun kamu berada, jika saat membaca kata demi kata dalam buku ini sedang merasa tidak baik-baik saja, masih terluka karena sosok yang pernah hadir kemudian pergi tanpa sepatah atau dua patah kata, tidak apa-apa. Berikan jeda pada dirimu untuk kembali menata hati, tidak perlu terlihat seolah baik-baik saja. Nanti, akan ada waktu di mana kamu bisa memaknai segalanya, dan ketika waktu itu datang, kamu akan sadar bahwa bukan dunia yang tak ramah padamu, melainkan kamu yang terlalu terpaku pada setiap luka dan rasa sakit. Hingga kamu lupa betapa setiap luka dan rasa sakit akan mengantarkanmu pada kehidupan baru, kehidupan di mana kamu bisa lebih menyeleksi siapa yang boleh dan siapa yang tidak boleh masuk ke dalam ruang terpenting dalam hidupmu. Bukan menutup diri, hanya saja membatasi. Untuk apa? sekadar tidak memberi kesempatan bagi mereka yang datang dengan tujuan kurang, belum, bahkan tidak baik sama sekali. Entah sudah

Latest chapter

  • Aster [Indonesia Ver.]   End

    Meskipun kemarin kedatangannya tak membuahkan hasil, Langit tak menyerah. Sore hari setelah pulang dari kampus, ia kembali mendatangi rumah Green. Namun, sudah satu jam menunggu Green tak kunjung datang. Langit mulai gelisah dan bertanya-tanya, apakah Green tak ada di sini? Lantas, kemana wanita itu pergi? Ponsel wanita tersebut tak bisa dihubungi, bahkan pesan yang ia kirimkan pun belum dibaca. Apa Green telah memblokir nomornya? Berbagai asumsi memenuhi kepala Langit. Rasa bersalah dan penyesalannya semakin besar, ia tak henti mengumpat pada diri sendiri, merutuki segala kebodohan yang berujung kepergian Green dari sisinya. Hari sudah mulai gelap, tak jua ada tanda-tanda kehadiran Green. Tiba-tiba, ponsel di saku celana Langit bergetar, menampilkan sebuah pengingat. Langit tersenyum, hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan mereka yang ke lima, hampir saja Langit melupakan momen itu.&n

  • Aster [Indonesia Ver.]   Kehilangan (lagi)

    Pikiran Langit benar-benar kalut. Berhari-hari ia tak pulang dan selama itu pula tak berkomunikasi dengan Green. Langit benar-benar mengabaikan wanita yang dahulu mati-matian ia perjuangkan. Saat ini, tujuan Langit hanya satu, mencari dalang dibalik kematian Cherry. Ia tak lagi memikirkan tentang Green, bertanya soal kabar wanita itu saja tidak. Sebulan telah berlalu, Langit berhasil memecahkan teka-teki itu dengan bantuan beberapa teman yang memang ahli di bidangnya. Dugaan Langit benar, Cherry tidak bunuh diri, melainkan dibunuh. Semua data yang ditemukan polisi dan pihak rumah sakit adalah sesuatu yang sudah disusun dan direncanakan dengan matang. Hari ini, Langit datang ke kantor polisi untuk bertemu pelaku sebenarnya, Zein dan Violet. Mereka ditangkap atas tuduhan pembunuhan berencana. Langit puas saat

  • Aster [Indonesia Ver.]   Bertengkar

    “Green, tolong kamu jawab semua pertanyaan saya dengan jujur,” ujar Langit begitu mereka sampai di rumah. Disaksikan oleh Kalila dan Jerry, ia berniat menginterogasi Green. Kalau benar Green menjadi penyebab kematian Cherry, Langit tak akan segan menjebloskan wanita itu ke dalam penjara sekalipun mereka masih terikat hubungan pernikahan. Green merasa diperlakukan seperti penjahat oleh Langit. Ia duduk di depan Langit, di samping kanan dan kirinya ada Jerry dan Kalila yang juga tengah menatap intens ke arahnya.. “Sebenarnya ada apa, Lang?” tanya Kalila tak paham. Pasalnya, Langit terlihat begitu marah pada Green. “Kata Violet, Green ke kost Cherry di malam terakhir sebelum dia meninggal,” terang Langit. “Jangan bilang kamu mencurigai Green? Sudah lah Lang, polisi bahkan rumah sakit bilang Cherry meninggal karena bunuh diri, bukan dibunuh,” ujar Kalila yang perlahan mulai ikhals dan menerima kepergian Cherry. “Gak Bun, Langit masih belum percaya

  • Aster [Indonesia Ver.]   Duka

    Sepulang dari mengajar, Langit teringat pada Cherry. Sudah lama sekali ia tak bertemu adiknya. Karena hal itu, Langit memutar arah mobilnya menuju indekos sang adik, tiba-tiba ia sangat ingin bertemu untuk sekadar menyapa dan memasikan Cherry baik-baik saja. Jalanan yang padat membuat Langit membutuhkan waktu lebih lama untuk sampai di sana. Ia memutuskan memberi tahu Green akan pulang terlambat, sekaligus menghubungi Cherry perihal kedatangannya. Sampai beberapa kali panggilan, tak ada satu pun yang mendapat jawaban. Langit menerka-nerka, kemana adiknya hingga tak menjawab telepon? Apa mungkin masih bekerja? Sepertinya tidak, mengingat waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 wib. Langit mengemudi secepat yang ia bisa. Perasaanya tidak enak entah karena alasan apa, yang jelas saat ini keinginannya untuk melihat wajah sang adik amat besar. “Semoga kamu baik-baik aja,” lirih Langit sembari terus mengemudi. Langit tiba di indekos Cherry saat matahari sudah r

  • Aster [Indonesia Ver.]   Obat Penggugur Kandungan

    Keesokan harinya, Green benar-benar tak keluar kamar. Tak menjawab telepon dan chat, tak juga menggubris saat Langit mengajaknya sarapan. Emosi Green masih belum reda, hatinya belum menerima saat tahu bahwa Langit menikahi dirinya hanya karena wajah dan sifat serta kebiasaannya mirip dengan Keira.Green masih berbaring dengan posisi terlentang, matanya menatap langit-langit. Raganya memang di kamar, namun pikirannya bercabang. Ia tak bisa berhenti memikirkan Cherry. Bagaimana kabarnya hari ini? Apakah wanita itu sudah menemukan solusi terbaik dari permasalahan yang menimpanya?“Cher, semoga lo baik-baik aja,” batinnya.Tak ada lagi suara ketukan pintu dan Langit yang memanggilnya. Tampaknya, lelaki itu sudah berangkat ke kampus. Green memanfaatkan situasi itu untuk mengisi perut dan kerongkongannya yang terasa kering. Hari ini, ia sengaja meminta izin tidak mengajar dengan alasan sakit.Green berjalan dengan langkah pelan. Wajah dan m

  • Aster [Indonesia Ver.]   Kenyataan

    “Darimana kamu? Kenapa telepon dan chat saya gak ada yang dijawab?” cecar Langit saat Green menginjakkan kaki di rumah mereka. Green melanjutkan langkahnya tanpa menjawab pertanyaan tersebut. “Green, saya ini suami kamu. Gak seharusnya kamu bersikap begini. Pergi gak ngasih kabar, pulang malem basah-basahan, kamu pikir saya gak khawatir?!” tanya Langit seraya mencekal pergelangan tangan Green agar wanita itu mau menatapnya. Green tak menggubris. Ia berusaha melepaskan tangan Langit. “Lepas!” titahnya dengan suara dingin. “Kamu kenapa? Tolong kasih tahu, salah saya dimana? Kalau kamu begini saya bingung. Dari tadi saya teleponin berkali-kali gak ada satupun yang diangkat. Marah?”&n

  • Aster [Indonesia Ver.]   Rapuh

    Green menunggu kedatangan Cherry dengan sabar. Sudah sejak tiga puluh menit yang lalu ia berada di depan indekos seraya mencoba menghubungi ponsel wanita tersebut, namun tak mendapat jawaban. Tak lama berselang, ponsel Green berdering. Nama Langit tertera di layar, cukup lama ia membiarkan dering itu hingga mati dengan sendirinya. Hari ini, Green sudah putuskan untuk menginap. Ia perlu waktu untuk berpikir jernih lebih dulu. Karena jika langsung bertemu Langit, dirinya akan emosi dan perang dingin di antara mereka semakin menjadi. Hujan di luar sana masih belum reda. Green menatap rintik air yang kian deras membasahi bumi, sembari membiarkan pikirannya melanglangbuana. Benda pipih di tangannya kembali berdering, membuyarkan lamunan Green sore menjelang malam itu. Hatinya tak bergairah untuk menjawab panggilan tersebut. 

  • Aster [Indonesia Ver.]   Runtuh

    Tanda dua garis biru menjadi penyebab Cherry menangis tersedu-sedu. Ia mengamati benda di tangannya sekali lagi, menolak percaya bahwa apa yang dilihatnya benar sebuah tanda yang menyatakan dirinya positif hamil. “Gak, ini pasti gak bener.” Cherry mengambil taxpack terakhir kemudian menggunakan benda itu. Selang beberapa menit, hasilnya keluar. Cherry berharap dapat melihat garis satu di sana. Namun nihil, tandanya tetap sama. Tangisnya pecah begitu saja. Secepat kilat, Cherry menyambar ponselnya dan menghubungi orang yang paling bertanggungjawab atas semua hal yang terjadi hari ini. “Zein.., angkat dong,” gumam Cherry seraya menggigit bibir bawahnya. “K

  • Aster [Indonesia Ver.]   Terungkap (2)

    “Hai, sori telat. Udah lama?” Green duduk di hadapann Regita dengan napas terengah.Regita tak langsung menjawab, ia menyodorkan jus jeruk miliknya kepada Green yang langsung diminum oleh wanita itu. Green masih mengenakan baju guru, keringat di keningnya tercetak jelas.“Gak apa-apa. Lo dari sekolah langsung ke sini?” tanya Regita basa-basi.Green mengangguk. “Jus lo?” Gelas berisi jus itu hanya tersisa setengah, ia menatap Regita tidak enak.“Santai, bisa pesen lagi.” Regita tersenyum, ia memanggil pelayan kafe yang kebetulan lewat. Keduanya memesan dua minuman dan makanan ringan yang berbeda.“Thanks udah mau dateng,” ucap Green saat pelayan kafe tersebut sudah pergi.“Sama-sama. Jadi, lo mau tanya apa?” tanya Regita.Green menghela napas berat. Ia bingung harus memulai darimana. Ada banyak sekali pertanyaan yang berkecamuk di kepalanya saat ini.

DMCA.com Protection Status