Share

Keping 62a

Dia tertawa. Entah tawa macam apa di sesi konsultasi psikologi ini. Itu bukan keahlianku. Tapi, aku bisa melihat ia begitu ingin bercerita lagi. Seolah-olah semua yang ia pendam ingin ia muntahkan malam ini.

"Aku pernah berpikir, jika aku menjadi dokter mungkin Papa akan lebih baik menerimaku."

"Apa dia begitu?"

"Tampaknya tidak, Jani. Apalagi aku menjadi mahasiswa DO di fakultas kedokteran, tentu saja hal ini sangat memalukan bagi Papa."

"Bagiku tidak, Mas."

Ia menoleh, tersenyum lalu menarik kepalaku ke pangkuannya. Rasa-rasanya aku ingin sekali mengantuk dan tertidur, tapi aku tahu sekarang perhatianku masih pada Biru.

"Aku sama sekali tidak ingin diduakan, Jani. Aku tidak ingin menjadi yang kedua. Tapi, Samu dan Bumi selalu ada di atasku."

Aku melihat kemarahan seperti mengepul dari kepala dan pori-pori kulitnya.

"Mas, kau selalu menjadi nomor satu untukku."

Ia menatapku dalam, seperti memastikan kalau apa yang kukatakan bukan bualan biasa.

"Jani, jangan berkata yang kau tidak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status