Beranda / Pendekar / Asmara di Kehidupan 303 / Bab 29. Pembelaan Candrawati

Share

Bab 29. Pembelaan Candrawati

Penulis: Dee Renjii
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-01 21:34:07

“Ndoro Putri akan menikam jantungku bila melihat ini, tolong jangan begini…” bisik Mbayang di telinga Candrawati yang sedang memeluknya.

Anak gadis Juragan Karta itu buru-buru melepas pelukan. Rona wajahnya berubah merah, dia kini baru menyadari kalau sudah terbawa perasaannya saat melihat Mbayang. Candrawati lalu menunduk, menatap ke arah lain sambil mengurai rambut panjangnya menutupi rasa malu.

“Kau jangan punya pikiran macam-macam!” ancam Candrawati pura-pura sewot.

“Iya, saya mengerti Ndoro,” jawab Mbayang sambil menunduk, tak berani menatap langsung wajah Candrawati.

Keduanya pun berjalan beriringan menuju perkemahan dengan perasaan canggung. Bagi Mbayang, ini pertama kalinya ada seorang gadis memeluknya begitu erat, sebagai laki-laki biasa, dia dapat merasakan hasrat yang bergejolak, saat dada Candrawati menempel di tubuhnya. Bila tidak ingat begitu galaknya Ndoro Putri padanya, Mbayang ingin sekali membalas pelukan hangat dari Ndoro Ayunya itu. seperti ada dorongan kuat yang s
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 30. Pendekar-pendekar Pengacau

    Dua puluh orang pemuda sudah bersiap sudah bersiap, satu diantaranya adalah Mbayang, pemuda itu terlihat gagah memakai pakaian seperti Pangeran Gardapati. Candrawati sampai ternganga melihatnya, tapi gadis ayu itu buru-buru membuang muka saat Mbayang menatap ke arahnya. Mbayang hanya tersenyum melihat kelakuan Ndoro Putrinya yang pura-pura tak peduli itu.Selain Mbayang, dianatara dua puluh pemuda itu terdapat dua senopati yang bergabung. Dia adalah senopati Ringkin, dan senopati Panuluh. Kedua senopati ini yang akan memimpin rombongan meninggalkan desa, sambil menunggu kabar gerombolan pengacau muncul. Sebelum berangkat, Mbayang turun dari kudanya berpamitan pada para junjungannya. Saat dia berpamitan pada Candrawati, terlihat jelas kalau gadis berat melepas Mbayang.“Mohon Pamit, Ndoro!”Candrawati terlihat khawatir, dengan nada ketus dia mengingatkan Mbayang untuk cepat kembali.“Jangan kira setelah memakai pakaian kebesaran kau lupa aku ini Ndoromu. Kau harus lekas pulang dengan s

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-02
  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 31. Banjir Darah di Sebrang Desa

    Suara derap langkah dan ringkikan kuda serta teriakan –teriakan makin bergemuruh memecah keheningan malam. Para pengacau sudah tak sabar membakar dan melakukan keonaran. Sementara itu, Pangeran Gardapati sudah bersiap menyambut dengan pasukannya. Para pemuda warga desa juga sudah berjaga-jaga dengan senjata seadanya. Pangeran Gardapati melarang para pemuda desa untuk ikut langsung bertarung, mereka hanya diperintah untuk berjaga-jaga. Meski kalah jumlah, Pangeran Gardapati yakin pasukannya sanggup meringkus para pengacau.“Panah!”Dalam sekejap langit mendadak merah membara saat panah api pasukan khusus meluncur begitu mendengar aba-aba dari pangeran Gardapati. Kuda-kuda meringkik kaget melihat panah-panah api yang menyambar. Kuda-kuda banyak melompat menjatuhkan penunggang di punggungnya.“Kita terjebak!” teriak Gagak Ireng menangkis hujan anak panah yang menyerang.“Amukk!” Genta Obong kalap memberi aba-aba untuk maju. para para gerombolan pun nekat menerjang hujan panah, menerobos

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-03
  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 32. Pertemuan dengan Murid Terkutuk

    Tujuh belas pemuda yang menyamar telah membubarkan diri, menyisakan Mbayang Pranaya dan dua orang senopati, Panuluh dan Ringkin. Senopati Panuluh tiduran di atas tikar menatap ke langit. Matanya terus terjaga menunggu sandi dari Pangeran Gardapati. Sementara itu, Mbayang dan Senopati Ringkin, berbincang dekat perapian. “Jadi, setelah ini kau ingin pergi berguru, di padepokan segaran?” tanya Senopati Ringkin membuka percakapan. “Benar, Paman. Saya ingin ingin bisa ilmu kanuragan agar bisa menjaga junjungan-junjungan saya, dari marabahaya,”jawab Mbayang Pranaya polos. Senopati panuluh dan Ringkin tersenyum mendengar jawaban dari Mbayang. “Ha ha, meski galak dan merepotkan, anak gadis Juragan Karta itu cukup cantik memang, untuk membuat seseorang rela jauh-jauh belajar ilmu kanurgan,” Sindir Senopati Ringkin. Mbayang langsung gelagapan mendengar ucapan itu, dia selama ini hanya menganggap Candrawati adalah majikan dan teman kecilnya, tak pernah terbersit pikiran yang lebih dari itu.

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-04
  • Asmara di Kehidupan 303   BAB 33. Pertarungan dua Senopati

    Senopati Ringkin mencabut keris dari pingggang, lalu mengayunkankan keris pusaka itu mengicar telapak Tangan Badranaya yang sudah melesat membentuk sebuah cakar ke arah pangkal leher Mbayang. Merasakan desiran angin dari senjata pusaka, buru-buru Badranaya menarik tangannya. Senopati Panuluh langsung menerjang maju, melancarkan serangan-serangan dengan keris yang membuat Badranaya harus berkelit kesana kemari, disusul Senopatii Ringkin yang ikut mendesak, membuatnya cukup kewalahan.“Bagus, maju kalian berdua. Akan aku antar kalian menemui dewa kematian!” teriak Badranaya langsung mengelar pukulan tangan berdarah.Dalam satu kesempatan, Bandranaya yang menyerang dengan hebat berhasil memukul dada Senopati panuluh, membuat Senopati berusia empat puluhan tahun itu, mundur beberrapa jengkal merasakan sesak di dadanya.“Panuluh!” jerit Senopati Ringkin mendekati Senopati Panuluh. “Kau tak apa?” tanyanya khawatir.Senopati Panuluh memegangi dadanya yang terasa sesak, terkena pukulan yang s

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-06
  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 34. Niat Jahat yang Terbongkar

    Perlahan Mbayang membuka mata, kepalanya masih terasa berat dan nyeri di sekujur tubuh. Mbayang kini berada di sebuah ruangan dan lamat-lamat, Mbayang melihat orang-orang yang dia kenali berada di sekilingnya, ada Candrawati, Juragan Karta dan Pangeran Gardapati.“Mbayang!” jerit Candrawati berbinar. “Ndoro… aku dimana?” tanya Mbayang berusaha bangun meski tubuhnya masih lemah.“Kau ada di rumah, Mbayang. Syukurlah, kau tak sadarkan diri berhari-hari. Aku takut sekali, hiks” terang Candrawati terbata-bata.Pangeran Gardapati dan Juragan Karta yang tadinya duduk tak jauh dari dipan, berdiri mendekat untuk melihat kondisi Mbayang yang siuman.Meski kepalanya masih terasa berat, Mbayang berusaha untuk untuk memberi hormat. Tapi dicegah oleh Candrawati. Gadis itu membantu Mbayang mengubah posisi dari tidur ke duduk.“Bagaimana kondisimu?” tanya Pangeran Gardapati.“Tubuh hamba rasanya panas sekali, Pangeran. Bagaimana dengan paman Panuluh dan paman Ringkin?”Wajah Pangeran Gardapati beru

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-07
  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 35. Perjanjian dengan Candrawati

    “Anjani!” panggil Juragan Karta. Tapi Anjani terus berlalu. Dia melemparkan tanggung jawab tentang apa yang terjadi pada suaminya. Dia sudah siap kalau Juragan Karta menceritakan pada Candrawati tentang rencananya melenyapkan Mbayang. Bila itu terjadi, dia juga akan membongkar rahasia perselingkuhan suaminya hingga melahirkan Mbayang pada Candrawati. Juragan Karta menoleh ke arah putrinya yang masih bingung menunggu jawaban. Otak pria berusia lima puluhan tahun itu berpikir keras mencari-cari kata yang tepat untuk menjelaskan pertengkarannya dengan Anjani, tak mungkin baginya mengakui segala dosa masa lalunya pada Candrawati. Semua akan berantakan bila rahasia itu terungkap.“Apa yang terajadi, Romo?” Candrawati kembali bertanya tentang sikap biyung dan Romonya yang tiba-tiba nampak tak akur dan Candrawati merasa kalau semua ini ada hubungannya dengan Mbayang.“Apa kau mencintai Mbayang?” Juragan Karta balik bertanya.Wajah Candrawati langsung bersemu merah, dia buru-buru memalingkan

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-08
  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 36. Gadis Padepokan Segaran

    Candrawati berdiri melamun di dekat jendela kamar, menatap kosong halaman rumahnya yang luas. Baru dua hari Mbayang pergi, tapi rasanya sudah lama sekali. Lelaki yang selalu menemaninya kini harus benar-benar pergi ke padepokan segaran. Dia tak bisa menahan lebih lama, luka-luka Mbayang telah sembuh sepenuhnya dan dia juga sudah berjanji pada Romonya untuk tak berulah lagi. Andaikan bisa memilih, dia ingin Mbayang tetap lemah, agar dia bisa lebih lama merawatnya. Meski dia seorang Ndoro, tapi dia senang sekali bisa merawat Mbayang.“Ndoro…”Suara Ningrum mengagetkan Candrawati dari lamunan, perlahan dia berbalik menghadap ke arah Ningrum.“Ada apa, Rum!” jawab Candrawati ketus, tak senang dengan kedatangan abdinya itu.Ningrum jadi gugup mendapati jawaban ketus dari Candrawati. Ningrum pun memberanikan diri untuk maju mendekati junjungannya itu.“Ampun Ndoro,” Ningrum memberi hormat, “Ndoro Putri memanggil Ndoro Ayu ke ruang makan. Ndoro Ayu katanya belum makan sejak pagi...”“Itu bu

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-09
  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 37. Murid Utama

    Mbayang kembali berkelit hingga tendangan yang di arahkan padanya menerpa angin. “Pengawal!” jerit juragan Karta melihat Mbayang dikepung beberapa Cantrik. Empat orang pendekar yang disewa Juragan Karta langsung melesat dan melayang di udara. Dengan cepat ke empat pendekar itu sampai tempat kejadian. Mereka langsung membantu Mbayang menangkis pukulan yang mengarah pada Mbayang. Juragan Karta berjalan cepat menghampiri Mbayang yang terkepung. “Apa yang sebenarnya terjadi?” tanyanya heran melihat keadaan yang tiba-tiba kacau. “Saya juga tidak tahu, Juragan!” jawab Mbayang gugup tak menyangka akan jadi seperti ini. ke empat pendekar berdiri dengan sikap siaga di kelilingi para cantrik yang juga siap menyerang. “Ada pengacau!” teriak salah seorang cantrik. Tak berselang lama, beberapa cantrik dalam jumlah lebih banyak datang mengepung kali ini bukan dengan tangan kosong, tapi dengan pedang terhunus. Kilatan pedang yang terkena sinar itu membuat giris hati. “Tahan! Kami tidak ber

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-10

Bab terbaru

  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 82. Markas tengkorak Hitam

    Tawa KI Bayu Seta perlahan mulai mereda, berubah jadi suara parau yang memilukan, membuat Mbayang makin bingung dan merasa takut kalau berada di jurang yang sepi, dan seorang diri dalam kurun waktu yang lama telah membuat kejiwaan Ki Bayu Seta terganggu.“Entah sudah berapa purnama aku berada di tempat sepi ini. Akhirnya aku menemukan cara untuk kembali ha ha. Mbayang, setelah kau pulih, aku akan melatihmu menjadi pendekar tak tertandingi!Di tempat lain, Permana sibuk menggembleng tujuh murid pilihan padepokan segaran. Dia mengajarkan jurus formasi pedang yang di mainkan oleh tujuh orang. Dengan formasi pedang itu, Permana bermaksud menantang pangeran Gardapati, saat sedang sibuk melatih, seorang murid padepokan tergopoh-gopoh menghampirinya.“Ampun ketua… Nyi Dewi menunggu di aula padepokan!”“Ada perlu apa Nyi Dewi mencariku?” tanya Permana merasa terganggu.“Hamba tidak tahu ketua, saya hanya menjalankan perintah, untuk memanggil ketua.”“Lanjutkan latihan!” perintah Permana yang

  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 81. Luka yang Belum Mengering

    Ki Barada kembali murung, air muka kesedihan tidak lagi bisa dia sembunyikan, saat mendengar alasan kenapa Mbayang sampai jatuh ke dalam jurang yang tidak lain tidak bukan sebab tanpa sengaja melihat Permana dan NyI Dewi melakukan cinta terlarang. Berkali kali dia menarik napas panjang mencoba merelakan apa yang telah terjadi.“Guru...” panggil Mbayang yang melihat wajah duka dari Ki Bayu Seta.Ki Bayu Seta tersadar dan menoleh ke arah Mbayang dan berusaha tersenyum. Dia merasa suka sekali dengan pemuda yang terlihat gagah dan bertulang kuat itu. Bertahun-tahun dia berada dalam lembah curam seorang diri hingga muncul Mbayang. Ya, meski kemunculan Mbayang juga membuatnya harus kembali merasakan luka hati yang tak kunjung mengering.“Saya mohon maaf bila cerita saya membuat Guru, tidak berkenan,” Mbayang yang mulai bisa bergerak jadi merasa tidak enak hati menceritakan asmara terlarang Nyi Dewi dan Permana.“Ha ha, sudahlah. Dulu aku adalah pendekar pedang yang cukup di segani. Bertahun

  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 80. Pelajaran Pertama Sang Guru

    Bab 80. Pelajaran Pertama sang GuruTok tok tokBunyi Kentongan terdengar bertalu-talu, sebuah pertanda ada peristiwa besar yang terjadi di padepokan Segaran. Seluruh murid padepokan langsung bergegas berkumpul di halaman. Kasak kusuk mulai terdengar riuh seperti tawon. Semua saling bertanya tentang apa yang terjadi hingga pagi buta mereka harus berkumul di halaman. Tidak lama berselang, Permana naik dia atas mimbar kehormatan. Dia di dampingi oleh Nyi Dewi dan Bimantara. Wajah Permana terlihat tegang dan penuh amarah. Dia menyapu pandang ke semua murid padepokan dengan tatapan tajam, yang membuat semua murid padepokan tidak lagi berani bersuara. Mereka diam menyimak, hal penting apa yang akan di sampaikan oleh pimpinan padepokan.“Murid-murid padepokan Segaran! kita tidak pernah berbuat onar, dan selalu setia pada kerajaan. Bila kerajaan memanggil, murid-murid padepokan selalu siap berlaga membela kerajaan. Bila kerajaan butuh, kita siap berjuang tanpa pamrih. Tapi Kerajaan malah men

  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 79. Ki Bayu Seta

    Mbayang merasakan tubuhnya makin lemas, dadanya juga terasa sesak. Dalam hatinya dia membatin, kalau dia masih beruntung bisa hidup dan selamat, meski dia juga tidak tahu dia benar-benar selamat atau hanya menunda kematian, karena selain tidak bisa bergerak, dan merasakan nyeri di sekujur tubuh, dadanya juga panas dan sesak.Kakek tua itu berjalan makin mendekat, wajah tua, rambut putih dan rambut yang awut-awutan itu membuat Mbayang jerih. Dia mulai menduga-duga kalau kakek itu itu adalah malaikat maut yang akan mengakhiri hidupnya.“Mau apa kau! Uhuuk-uhuuuk!”Mbayang berusaha menggerakkan tubuhnya tapi tidak bisa, semakin dia mencoba, tubuhnya makin terasa panas dan perih di sekujur tubuh.“Simpan tenagamu, anak muda. Kau sudah pingsan seharian. Sungguh beruntung kau tidak menemui ajal!” ujar kakek tua itu sambil berjongkok memeriksa nadi Mbayang, mengalirinya dengan hawa murni.Mbayang merasakan tubuhnya mulai menghangat, aliran tenaga murni dari kakek tua itu mampu mengurangi nye

  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 78. Kakek tua dalam Jurang

    Mbayang melesat cepat menembus hutan, berusaha melarikan diri secepat mungkin. Dari belakang, nampak berkelebat bayangan mengejarnya. Mbayang mengerahkan seluruh tenaga untuk menjauh, tapi bayangan itu selalu berhasil membayanginya. Mbayang yang terus berlari terjebak di sebuah tebing curam yang dalam, membuatnya tidak bisa lari kemana-mana lagi.“Ha ha,mau lari kemana lagi kau! ” sengit Permana tertawa geram berhasil menyusul Mbayang.Mbayang menoleh ke belakang, menatap tajam Permana tanpa rasa takut. Wajahnya kini terlihat jelas di terangi sinar rembulan.“Mbayang…!” Permana sendiri sedikit kaget mengetahui kalau yang mengintipnya adalah Mbayang, meski sebenarnya Permana punya rencana menjadikan Mbayang sapi perah, mau tak mau dia harus membungkam mulut Mbayang untuk selamanya agar rahasianya tidak terbongkar."Aku benar-benar tidak menyangka kau selancang itu!"“Aku juga tidak menyangka, paman berbuat serendah itu!” saut Mbayang tak kalah sengit.“Ku robek mulutmu! Hiatt!”Perman

  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 77. Bangkai Busuk yang Terkuak

    Juragan Karta merasa lega, Mbayang tidak memiliki rasa apa-apa pada Candrawati. dalam hati dia merasa bangga, kelak anak laki-lakinya itu akan menjadi seorang pendekar tangguh sekaligus seorang Senopati dibawah bimbingan Pangeran Gardapati. “Aku akan segera kembali untuk menepati janjiku!” ucap Juragan Karta saat berpamitan pada Mbayang. “Mbayang… sapi dan kudamu kurus kering sejak kau tinggal. Cepat pulang,” Candrawati terbata-bata berat kembali berpisah dengan Mbayang, dia sama sekali tidak tahu menahu soal janji Juragan Karta akan kembali untuk melamar Sukesih dan melepaskan Mbayang untuk pergi mengabdi di kota raja. Mbayang hanya menunduk tidak menjawab perkataan Candrawati. Dia merasa berat untuk berkata kalau dia mungkin tidak akan kembali ke rumah Juragan Karta setelah menikahi Sukesih. Dia melirik Juragan Karta, berharap junjungannya itu nanti akan menjelaskan pada Candrawati. “Kita harus berangkat!” Juragan Karta menarik pelan tangan Candrawati, yang membuat gadis itu mau

  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 76. Berpamitan

    “siapa dia kang?” tanya Sukesih dengan nada ketus, mencegat Mbayang yang mengambil makanan di dapur umum.Mbayang tersenyum dan terus saja masuk ke dapur, mengambil jagung dan ketela rebus.“Siapa yang kau maksud?”tanya Mbayang sambil menata jagung dan ketela rebus di sebuah nampan.“Hah, jangan pura-pura tidak tahu, kang. Tentu saja wanita yang bersikap manja padamu itu, apa hubungan kalian sebenarnya?” cecar Sukesih dengan wajah manyun.“Ha ha Ndoro ayu itu junjungan sekaligus teman masa kecilku, Kesih.”“Tapi sikap kalian bukan seperti hamba dan junjungan!” sengit Sukesih masih cemburu.“Kesih... malam ini aku akan bicara pada juragan Karta, meminta izin padanya untuk melamarmu dan pergi ke kota raja, mengabdi pada pangeran Gardapati. Berdoalah, agar semua berlancar baik,” terang Mbayang sambil melangkah keluar membawa makanan untuk dihidangkan pada Juragan Karta.Sukesih yang tadinya kesal dan uring-uringan langsung terdiam mendengar ucapan Mbayang.Mbayang terus berjalan, tekadny

  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 75. Api Cemburu

    Wajah Jalasanda langsung berseri cerah saat melihat Permana berjalan ke arahnya. Dia pun langsung berjalan menyambut sang ketua padepokan. Dia sudah menunggu cukup lama untuk menagih perkataan sang ketua padepokan.“Kang…”“Hmmm,” Permana berdehem sambil mangangkat telapak tangan. “Bersabarlah, bila kau ingin membahas soal Sukesih, percaya padaku, dia akan jadi milikmu. Bahkan aku akan memberimu hadiah kejutan, tunggu saja!” ucap Permana sambil berlalu.“Tapi kang...,”"Bersabarlah, aku tidak akan lupa pada janjiku!" Permana menoleh sejenak lalu kembali berjalan pergiJalasanda sebenarnya tidak puas dengan jawaban dari Permana, tapi tidak berani membantah, meski begitu, dia sudah bertekad akan melakukan segala cara untuk mendapatkan Sukesih dengan atau tanpa bantuan Permana.Hubungan antara Mbayang dan Sukesih sendiri memang makin terlihat mesra. Kini, seluruh padepokan seakan tahu, kalau Mbayang dan Sukesih saling menyukai. Hal itu membuat Jalasanda makin terbakar cemburu. Jalasanda

  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 74. Penakluk Pedang Terbang

    “Teja… kau lawan Mbayang!” putus Jalasanda saat sedang melakukan latihan bersama. Semua murid langsung duduk bersila membentuk lingkaran begitu Jalasanda memutuskan Teja yang akan menjadi lawan tanding Mbayang. Jalasanda tersenyum licik membayangkan Mbayang akan babak belur dihajar Teja, murid padepokan yang lebih lama belajar silat. Dia sebenarnya ingin langsung menghajar Mbayang dengan tangannya sendiri, kerana cemburu pada keakraban Mbayang dan Sukesih. Hubungan Mbayang dan Sukesih memang sudah terendus olehnya. Tapi, dia harus menahan diri karena Permana mencegahnya untuk berbuat sesuatu pada Mbayang yang merupakan kenalan dari pangeran Gardapati. Jalasanda pun memanfaatkan tangan orang lain untuk memberi pelajaran ada Mbayang. “Ha ha, bersiaplah Mbayang, aku tidak akan sungkan!” Teja tersenyum berjalan mendekati Mbayang. Murid-murid yang menonton bersorak-sorai. Hampir semua menjagokan Teja yang memang terkenal kuat dan sulit di kalahkan. Beberapa tombak dari tempat Mbayang dan

DMCA.com Protection Status