Share

Bab 37. Murid Utama

Penulis: Dee Renjii
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-10 23:32:58
Mbayang kembali berkelit hingga tendangan yang di arahkan padanya menerpa angin.

“Pengawal!” jerit juragan Karta melihat Mbayang dikepung beberapa Cantrik.

Empat orang pendekar yang disewa Juragan Karta langsung melesat dan melayang di udara. Dengan cepat ke empat pendekar itu sampai tempat kejadian. Mereka langsung membantu Mbayang menangkis pukulan yang mengarah pada Mbayang. Juragan Karta berjalan cepat menghampiri Mbayang yang terkepung.

“Apa yang sebenarnya terjadi?” tanyanya heran melihat keadaan yang tiba-tiba kacau.

“Saya juga tidak tahu, Juragan!” jawab Mbayang gugup tak menyangka akan jadi seperti ini.

ke empat pendekar berdiri dengan sikap siaga di kelilingi para cantrik yang juga siap menyerang.

“Ada pengacau!” teriak salah seorang cantrik.

Tak berselang lama, beberapa cantrik dalam jumlah lebih banyak datang mengepung kali ini bukan dengan tangan kosong, tapi dengan pedang terhunus. Kilatan pedang yang terkena sinar itu membuat giris hati.

“Tahan! Kami tidak ber
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Asmara di Kehidupan 303   BAB 38. Borok Padepokan

    Di sebuah ruangan yang terletak di belakang padepokan, Permana, pria empat puluh lima tahun, yang merupakan pemimpin sementara padepokan sedang bersemedi meninggkat tenaga dalam. Tiba-tiba seorang wanita perlahan membuka pintu dan masuk ke dalam. Sang wanita yang berusia empat puluhan tahun itu menatap Permana yang sedang bersemedi sambil mengulum senyum menggoda.Menyadari ada orang lain yang masuk, Permana membuka mata, semedi lelaki itu buyar seketika, melihat sosok wanita cantik jelita ada di hadapannya.“Nyi, Dewi!” seru Permana langsung berdiri, dengan mata terbelalak. Nyi Dewi melempar senyum genit, wanita dengan rambut terurai sebahu, tidak terlalu tinggi, punya dada montok dan kulit sawo matang itu berjalan mendekati Permana. Kecantikan Nyi Dewi memang dengan cepat menggugah hasrat lelaki. Permana sampai dibuatnya tak berkedip, terlebih Nyi Dewi memakai jarik, dan kemben ketat memperlihatkan belahan dadanya yang putih mulus juga mempertontokan lekukan tubuhnya.“Aku mengga

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-11
  • Asmara di Kehidupan 303   BAB 39. Keributan di Aula padepokan

    “Biaya belajar silat di sini tidak murah. Kau lihat sendiri cantrik di sini sangat banyak, tentu menghidupi mereka perlu biaya yang tak sedikit,” Permana membuka suara setelah Juragan Karta mengutarakan maksudnya menitipkan Mbayang di perguruan segaran.Mbayang gelisah, duduk mulai tak tenang mendengar penuturan Permana. Dia ingin sekali memotong pembicaraan pimpinan sementara padepokan ini. Dia sudah kehilangan minat belajar ilmu pada orang-orang terlihat picik dan mata duitan itu.Berbeda dengan Mbayang, Juragan Karta yang sudah kenyang pengalaman lebih tenang menghadapinya. Dia juga sudah mempersiapkan segala sesuatunya. Baginya, yang penting Mbayang menyingkir dulu dari rumah selain agar tidak terlibat asmara dengan Candrawati, juga menjaga agar Mbayang aman, dari tangan jahat istrinya. Sukur-sukur kalau Mbayang nantinya bisa menjadi pendekar yang sakti. soal biaya tak jadi soal baginya.“Apakah ini cukup!” Juragan Karta mengahaturkan satu kantong besar uang perak pada Permana.M

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-12
  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 40. pedang pusaka padepokan

    Ttu tuk ttuk ttukTitir kentongan dibunyikan,memecah keheningan pagi saat matahari mulai meninggi. Para murid Padepokan segaran pun segera berkumpul. Padepokan segaran adalah perguruan silat yang cukup besar, ada sekitar dua ratusan murid yang belajar di sana laku-laki dan perempuan. Para murid berkumpul dekat panggung besar depan aula padepokan, Kabar tentang pertikaian Bimantara dan Permana sudah menyebar semalam. Murid-murid pun sudah tak sabar melihat pertarungan dua pendekar andalan padepokan segaran. Ya, Nyi Dewi pada akhirnya merestui pertarungan demi menyelesaikan ganjalan hati antara Permana dan Bimantara.“Aku yakin, Paman Bimantara akan menang dan menggantikan Paman Permana menjadi pemimpin sementara...” kasak kusuk para murid padepokan menjagokan Bimantara, hanya beberapa saja, terutama murid-murid dibimbing oleh Jalasanda dan Permana yang mendukung pemimpin padepokan untuk menang. Mereka adalah murid-murid yang berasal dari keluarga orang-orang kaya.Satu persatu ketua te

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-14
  • Asmara di Kehidupan 303   BAB 41, Percakapan Dua Dewa

    Gendis sempat gugup menoleh ke kanan dan kiri, semua mata kini tertuju padanya, akibat memprotes penggunaan pedang pusaka. Dia menarik nafas dalam, lalu berdiri, kembali memprotes penggunaan pedang pusaka dalam pertarungan.“Kau harusnya menggunakan pedang biasa, agar pertarungan ini adil!” teriak Gendis.“Tidak, diajeng. Biarkan dia menggunakan pedang pusaka, Kakangg tak gentar!” saut Bimantara meski sebenarnya kakinya gemetaran terkena pamor pedang pusaka itu.Sraaaang….Permana menyarungkan kembali pedang pusaka di tangannya. Kilatan sinar menyilaukan dari pedang itu pun lenyap seketika. Dia menarik nafas dalam, menoleh ke arah Jalasanda lalu melempar pedang pusaka kembali ke Jalasanda.SssssatJalasanda menangkap kembali pedang pusaka padepokan, lalu kembali melempar sebuah pedang biasa pada Permana.“Baik, biar tidak ada yang menganggap curang, biarlah aku memakai pedang biasa. Ayo, maju

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-15
  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 42. Cinta yang Tumbuh

    Setelah kemenangan Permana atas Bimantara dalam pertarungan, pemimpin sementara padepokan itu jadi makin semena-mena. Murid-murid yang berasal dari keluarga kaya, bukan saja dimanja tapi juga dibebaskan dari segala tugas-tugas yang seharusnya di jalankan sebagia murid padepokan. Para murid-murid itu sering turun gunung dan membuat onar dimana-mana. Tapi selagi mereka memberi upeti, Permana akan menutup mata akan perilaku murid-murid di bawah bimbingannya. Kebalikannya, murid-murid dari keluaraga biasa-biasa saja, dibebani banyak tugas, seperti mengurus ladang, ternak dan kebersihan padepokan. Kondisi ini membuat situasi padepokan jadi tidak kondusif dan menimbulkan perpecahan dan rasa iri antar sesama murid.Mbayang sebenarnya masuk kelompok murid yang dilatih Jalasanda dan Permana, tapi karena dia tak tahan dengan sikap rekan-rekannya yang malas berlatih, dia memilih pindah dan masuk bimbingan Cakraraya dalam berlatih ilmu silat di padepokan. Resiko yang harus dia terima selain harus

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-16
  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 43. Sebuah Rahasia

    “Uhuuk.. uhuuk!”Bimantara terbatuk-batuk merasakan panas di dadanya. Meski sudah dua bulan berlalu, dia masih merasakan dadanya masih terasa sesak dan panas, setelah terkena tendangan katak beracun. Tubuhnya juga masih terasa lemas, dan kadang secara tiba-tiba, dia juga merasa sakit yang teramat sangat di sekujur tubuh. Cakraraya dan Gendis sudah menyalurkan tenaga dalam untuk mempercepat pemulihan, tapi hasilnya masih jauh dari harapan.“Kakang mau minum?” tawar Gendis yang selalu setia menemani suaminya siang dan malam.Bimantara mengannguk. Gendis pun membantu Bimantara yang tadinya dalam posisi rebahan di tempat tidur, menjadi duduk, baru setelah itu, dia mengambil minum dari sebuah wadah yang terbuat dari bambu, menyodorkannya pada Bimantara.“Hmm, aku benar-benar tak menyangka, akibat dari tendangan katak beracun, aku sampai begini!” sesal Bimantara yang sudah hampir putus asa tak kunjung sembuh.“Sabar, kang. Aku dan Dimas Cakraraya sedang mengusaha yang terbaik untuk kesembuh

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-17
  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 44. Serigala Berbulu Domba

    “Hiattt hiat,”Angin berdesir kencang saat Cakraraya memainkan jurus-jurus pedang Segaran di halaman kediamannya. Gerakannya gesit dan mengandung tenaga dalam yang mumpuni. Saking serunya berlatih jurus pedang, dia sampai tak sadar kalau ada Permana yang terus mengamati. Ketua padepokan segaran itu diam-diam merasakan kagum pada perkembangan ilmu silat Cakraraya yang meningkat pesat.“Prok prork! Kemajuan ilmu silatmu sungguh luar biasa, Dimas Cakraraya!” Permana bertepuk tangan memuji jurus-jurus pedang adiknya.Cakraraya menoleh cepat ke arah Permana. Dalam hatinya bertanya-tanya, sejak kapan dan mau apa kakak seperguruannya menemuinya. Dia menyarungkan pedang dalam warangka yang menggantung di punggung. Perlahan dia mendekati kakak seperguruannya itu dengan perasaan was-was.“Hmmm, kakang terlalu memuji. Angin apa yang membawa Kakang kemari?” tanya Cakraraya dengan nada sinis, menyelidik penuh curiga.Permana tersenyum, mendekati Cakraraya, menepuk-nepuk bahu adik seperguruannya it

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-18
  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 45. Sukesih

    “Bodoh! Kenapa bisa hilang!?” sengit Cakraraya kesal, mengingat dia sudah susah payah mencari rumput dan akar-akaran untuk ramuan obat.“Saya akan mencarinya lagi! Saya lupa menaruhnya di mana,” Mbayang bergegas pergi.Permana menatap curiga dengan gelagat Mbayang yang bergegas bergegas pergi. dia merasakan ada sesuatu yang disembunyikan dari murid baru itu, tapi dia juga belum bisa menebaknya.Mbayang membuang nafas saat sudah berada di tempat yang sepi. Dia kini mulai berpikir ulang untuk memberitahu tentang apa yang dia dengar. Dia sama sekali tidak punya bukti. Tentu hal ini akan sangat berbahaya. Dia juga hanya seorang murid baru yang belum tentu ucapannya dipercaya, terlebih yang dia hadapi adalah ketua padepokan. Menimbang lebih jauh, Mbayang akhirnya memutuskan untuk tidak menceritakan apa yang dia dengar sebelum dia mempunyai bukti yang kuat.“Ya, aku harus menyelidik dulu. Dan tak boleh gegabah,” gumam Mbayang mengambil keputusan.Hari hari berikutnya, Mbayang melakukan kegi

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-19

Bab terbaru

  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 82. Markas tengkorak Hitam

    Tawa KI Bayu Seta perlahan mulai mereda, berubah jadi suara parau yang memilukan, membuat Mbayang makin bingung dan merasa takut kalau berada di jurang yang sepi, dan seorang diri dalam kurun waktu yang lama telah membuat kejiwaan Ki Bayu Seta terganggu.“Entah sudah berapa purnama aku berada di tempat sepi ini. Akhirnya aku menemukan cara untuk kembali ha ha. Mbayang, setelah kau pulih, aku akan melatihmu menjadi pendekar tak tertandingi!Di tempat lain, Permana sibuk menggembleng tujuh murid pilihan padepokan segaran. Dia mengajarkan jurus formasi pedang yang di mainkan oleh tujuh orang. Dengan formasi pedang itu, Permana bermaksud menantang pangeran Gardapati, saat sedang sibuk melatih, seorang murid padepokan tergopoh-gopoh menghampirinya.“Ampun ketua… Nyi Dewi menunggu di aula padepokan!”“Ada perlu apa Nyi Dewi mencariku?” tanya Permana merasa terganggu.“Hamba tidak tahu ketua, saya hanya menjalankan perintah, untuk memanggil ketua.”“Lanjutkan latihan!” perintah Permana yang

  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 81. Luka yang Belum Mengering

    Ki Barada kembali murung, air muka kesedihan tidak lagi bisa dia sembunyikan, saat mendengar alasan kenapa Mbayang sampai jatuh ke dalam jurang yang tidak lain tidak bukan sebab tanpa sengaja melihat Permana dan NyI Dewi melakukan cinta terlarang. Berkali kali dia menarik napas panjang mencoba merelakan apa yang telah terjadi.“Guru...” panggil Mbayang yang melihat wajah duka dari Ki Bayu Seta.Ki Bayu Seta tersadar dan menoleh ke arah Mbayang dan berusaha tersenyum. Dia merasa suka sekali dengan pemuda yang terlihat gagah dan bertulang kuat itu. Bertahun-tahun dia berada dalam lembah curam seorang diri hingga muncul Mbayang. Ya, meski kemunculan Mbayang juga membuatnya harus kembali merasakan luka hati yang tak kunjung mengering.“Saya mohon maaf bila cerita saya membuat Guru, tidak berkenan,” Mbayang yang mulai bisa bergerak jadi merasa tidak enak hati menceritakan asmara terlarang Nyi Dewi dan Permana.“Ha ha, sudahlah. Dulu aku adalah pendekar pedang yang cukup di segani. Bertahun

  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 80. Pelajaran Pertama Sang Guru

    Bab 80. Pelajaran Pertama sang GuruTok tok tokBunyi Kentongan terdengar bertalu-talu, sebuah pertanda ada peristiwa besar yang terjadi di padepokan Segaran. Seluruh murid padepokan langsung bergegas berkumpul di halaman. Kasak kusuk mulai terdengar riuh seperti tawon. Semua saling bertanya tentang apa yang terjadi hingga pagi buta mereka harus berkumul di halaman. Tidak lama berselang, Permana naik dia atas mimbar kehormatan. Dia di dampingi oleh Nyi Dewi dan Bimantara. Wajah Permana terlihat tegang dan penuh amarah. Dia menyapu pandang ke semua murid padepokan dengan tatapan tajam, yang membuat semua murid padepokan tidak lagi berani bersuara. Mereka diam menyimak, hal penting apa yang akan di sampaikan oleh pimpinan padepokan.“Murid-murid padepokan Segaran! kita tidak pernah berbuat onar, dan selalu setia pada kerajaan. Bila kerajaan memanggil, murid-murid padepokan selalu siap berlaga membela kerajaan. Bila kerajaan butuh, kita siap berjuang tanpa pamrih. Tapi Kerajaan malah men

  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 79. Ki Bayu Seta

    Mbayang merasakan tubuhnya makin lemas, dadanya juga terasa sesak. Dalam hatinya dia membatin, kalau dia masih beruntung bisa hidup dan selamat, meski dia juga tidak tahu dia benar-benar selamat atau hanya menunda kematian, karena selain tidak bisa bergerak, dan merasakan nyeri di sekujur tubuh, dadanya juga panas dan sesak.Kakek tua itu berjalan makin mendekat, wajah tua, rambut putih dan rambut yang awut-awutan itu membuat Mbayang jerih. Dia mulai menduga-duga kalau kakek itu itu adalah malaikat maut yang akan mengakhiri hidupnya.“Mau apa kau! Uhuuk-uhuuuk!”Mbayang berusaha menggerakkan tubuhnya tapi tidak bisa, semakin dia mencoba, tubuhnya makin terasa panas dan perih di sekujur tubuh.“Simpan tenagamu, anak muda. Kau sudah pingsan seharian. Sungguh beruntung kau tidak menemui ajal!” ujar kakek tua itu sambil berjongkok memeriksa nadi Mbayang, mengalirinya dengan hawa murni.Mbayang merasakan tubuhnya mulai menghangat, aliran tenaga murni dari kakek tua itu mampu mengurangi nye

  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 78. Kakek tua dalam Jurang

    Mbayang melesat cepat menembus hutan, berusaha melarikan diri secepat mungkin. Dari belakang, nampak berkelebat bayangan mengejarnya. Mbayang mengerahkan seluruh tenaga untuk menjauh, tapi bayangan itu selalu berhasil membayanginya. Mbayang yang terus berlari terjebak di sebuah tebing curam yang dalam, membuatnya tidak bisa lari kemana-mana lagi.“Ha ha,mau lari kemana lagi kau! ” sengit Permana tertawa geram berhasil menyusul Mbayang.Mbayang menoleh ke belakang, menatap tajam Permana tanpa rasa takut. Wajahnya kini terlihat jelas di terangi sinar rembulan.“Mbayang…!” Permana sendiri sedikit kaget mengetahui kalau yang mengintipnya adalah Mbayang, meski sebenarnya Permana punya rencana menjadikan Mbayang sapi perah, mau tak mau dia harus membungkam mulut Mbayang untuk selamanya agar rahasianya tidak terbongkar."Aku benar-benar tidak menyangka kau selancang itu!"“Aku juga tidak menyangka, paman berbuat serendah itu!” saut Mbayang tak kalah sengit.“Ku robek mulutmu! Hiatt!”Perman

  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 77. Bangkai Busuk yang Terkuak

    Juragan Karta merasa lega, Mbayang tidak memiliki rasa apa-apa pada Candrawati. dalam hati dia merasa bangga, kelak anak laki-lakinya itu akan menjadi seorang pendekar tangguh sekaligus seorang Senopati dibawah bimbingan Pangeran Gardapati. “Aku akan segera kembali untuk menepati janjiku!” ucap Juragan Karta saat berpamitan pada Mbayang. “Mbayang… sapi dan kudamu kurus kering sejak kau tinggal. Cepat pulang,” Candrawati terbata-bata berat kembali berpisah dengan Mbayang, dia sama sekali tidak tahu menahu soal janji Juragan Karta akan kembali untuk melamar Sukesih dan melepaskan Mbayang untuk pergi mengabdi di kota raja. Mbayang hanya menunduk tidak menjawab perkataan Candrawati. Dia merasa berat untuk berkata kalau dia mungkin tidak akan kembali ke rumah Juragan Karta setelah menikahi Sukesih. Dia melirik Juragan Karta, berharap junjungannya itu nanti akan menjelaskan pada Candrawati. “Kita harus berangkat!” Juragan Karta menarik pelan tangan Candrawati, yang membuat gadis itu mau

  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 76. Berpamitan

    “siapa dia kang?” tanya Sukesih dengan nada ketus, mencegat Mbayang yang mengambil makanan di dapur umum.Mbayang tersenyum dan terus saja masuk ke dapur, mengambil jagung dan ketela rebus.“Siapa yang kau maksud?”tanya Mbayang sambil menata jagung dan ketela rebus di sebuah nampan.“Hah, jangan pura-pura tidak tahu, kang. Tentu saja wanita yang bersikap manja padamu itu, apa hubungan kalian sebenarnya?” cecar Sukesih dengan wajah manyun.“Ha ha Ndoro ayu itu junjungan sekaligus teman masa kecilku, Kesih.”“Tapi sikap kalian bukan seperti hamba dan junjungan!” sengit Sukesih masih cemburu.“Kesih... malam ini aku akan bicara pada juragan Karta, meminta izin padanya untuk melamarmu dan pergi ke kota raja, mengabdi pada pangeran Gardapati. Berdoalah, agar semua berlancar baik,” terang Mbayang sambil melangkah keluar membawa makanan untuk dihidangkan pada Juragan Karta.Sukesih yang tadinya kesal dan uring-uringan langsung terdiam mendengar ucapan Mbayang.Mbayang terus berjalan, tekadny

  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 75. Api Cemburu

    Wajah Jalasanda langsung berseri cerah saat melihat Permana berjalan ke arahnya. Dia pun langsung berjalan menyambut sang ketua padepokan. Dia sudah menunggu cukup lama untuk menagih perkataan sang ketua padepokan.“Kang…”“Hmmm,” Permana berdehem sambil mangangkat telapak tangan. “Bersabarlah, bila kau ingin membahas soal Sukesih, percaya padaku, dia akan jadi milikmu. Bahkan aku akan memberimu hadiah kejutan, tunggu saja!” ucap Permana sambil berlalu.“Tapi kang...,”"Bersabarlah, aku tidak akan lupa pada janjiku!" Permana menoleh sejenak lalu kembali berjalan pergiJalasanda sebenarnya tidak puas dengan jawaban dari Permana, tapi tidak berani membantah, meski begitu, dia sudah bertekad akan melakukan segala cara untuk mendapatkan Sukesih dengan atau tanpa bantuan Permana.Hubungan antara Mbayang dan Sukesih sendiri memang makin terlihat mesra. Kini, seluruh padepokan seakan tahu, kalau Mbayang dan Sukesih saling menyukai. Hal itu membuat Jalasanda makin terbakar cemburu. Jalasanda

  • Asmara di Kehidupan 303   Bab 74. Penakluk Pedang Terbang

    “Teja… kau lawan Mbayang!” putus Jalasanda saat sedang melakukan latihan bersama. Semua murid langsung duduk bersila membentuk lingkaran begitu Jalasanda memutuskan Teja yang akan menjadi lawan tanding Mbayang. Jalasanda tersenyum licik membayangkan Mbayang akan babak belur dihajar Teja, murid padepokan yang lebih lama belajar silat. Dia sebenarnya ingin langsung menghajar Mbayang dengan tangannya sendiri, kerana cemburu pada keakraban Mbayang dan Sukesih. Hubungan Mbayang dan Sukesih memang sudah terendus olehnya. Tapi, dia harus menahan diri karena Permana mencegahnya untuk berbuat sesuatu pada Mbayang yang merupakan kenalan dari pangeran Gardapati. Jalasanda pun memanfaatkan tangan orang lain untuk memberi pelajaran ada Mbayang. “Ha ha, bersiaplah Mbayang, aku tidak akan sungkan!” Teja tersenyum berjalan mendekati Mbayang. Murid-murid yang menonton bersorak-sorai. Hampir semua menjagokan Teja yang memang terkenal kuat dan sulit di kalahkan. Beberapa tombak dari tempat Mbayang dan

DMCA.com Protection Status