3 Bulan sebelum pesta pembukaan ...Daniel King melihat kembali arloji peraknya, jam menunjukan pukul tiga pagi. Ia mengumpat kesal, "Berapa lama lagi aku harus menunggu?"Ia menyesap puntung rokok terakhir lalu membuangnya ke tanah, menginjak puntung itu dengan kaki kanannya. Pagi tadi, nomor tak dikenal tiba-tiba menelpon, mengajaknya bertemu karena ia memiliki informasi tentang Pasangan Prince. Beau Prince sudah menjadi obsesi Daniel sejak lama, meskipun ia sempat berurusan dengan kepolisian Inggris dan nyaris kehilangan nyawa akibat perkelahian bar dengan pewaris Prince, semua itu tidak mampu membuatnya jera. Banyak media Inggris yang akan membayarnya tinggi demi cacat keluarga Prince. Terakhir kali ia memblow up skandal perceraian Beau dan Daphne, jutaan poundsterling mengalir ke dalam rekeningnya.Daniel mengeratkan mantel, ia berdiri di samping pintu belakang sebuah bar di pinggiran London. Bar yang tersembunyi di antara gang-gang sempit di daerah yang jarang tersorot. Yang han
(Beberapa hari setelah paket teror ditebar, setting lokasi berada di Restoran Pawone Pak Karmo.)"Maaf telah lancang menginterupsi kalian, silahkan dilanjut. Kurasa suamiku sudah menungguku di dalam."Daniel meneguk tandas segelas air putih, pandangannya awas tertuju ke arah Rengganis melangkah masuk beberapa saat lalu. Pelayan telah mengantarkan mereka ke meja dan menyajikan menu hidangan andalan restoran tersebut, namun Daniel seolah tak berminat. Sungguh berbeda dengan wanita yang memaksa untuk menemaninya dinner di sini. Ia tampak asyik menyantap dua main course sekaligus; sate lontong dan ikan bakar bumbu manis."Kau serius, Becky?" Daniel menggeleng, sejak kegilaan wanita itu terhadap Widyanto Semito, semua seleranya berubah, dari klasik European menuju tradisional khas Indonesia.Rebecca Welsh menyeruput teh hangat yang tersaji guna mendorong makanan untuk cepat masuk, sebelum memutar jengah bola matanya menanggapi pertanyaan Daniel."Bahkan restoran ini tidak menyediakan wine!
"Mereka pasti mencarimu, sebaiknya kau segera menyusul mereka, Wid." Aya dan rombongan sudah keluar sekitar dua puluh menitan yang lalu. Acara penutup dari rangkaian susunan acara pesta pembukaan galeri juga sudah mulai berjalan meskipun kasak-kusuk mengenai live ranjang panas Beau dan Aya semakin santer dibicarakan. Apalagi Keluarga Green Mansion tidak lagi muncul selama sisa acara, hal ini membuat tajuk pembicaraan semakin panas bergulir. Elizabeth masih murung, ia mempunyai firasat buruk. Aya selalu menghargainya, Aya merupakan idola yang tidak pernah sekalipun bertindak ceroboh. Bagi Aya, penggemar adalah bos. Orang-orang yang telah sudi menyisihkan uangnya untuk menjadikan buku-buku Aya sebagai koleksi pribadi. Jadi memang, AyaBeast terkenal dekat dan menjaga hubungan baik dengan para penggemar, tak terkecuali terhadap Elizabeth. Hubungan mereka terbilang cukup dekat, Aya sering memprioritaskan namanya dalam berbagai event yang diadakan PrincePages. Penggemar nomor satu, begitul
"Katakan! Berapa lama kalian berpacaran sebelum menikah?""Aku menikahinya saat Mbak pergi ke London untuk pertama kalinya. Aku bilang akan menyusul kan bersama Elizabeth? Sehari setelah keberangkatan kalian, aku menikahinya secara agama dan baru mengajukan pernikahan secara negara saat Liz mengandung Daniyah."Aya berdiri, kaget, ia memandang tajam sang adik yang tertunduk duduk di sofa single. Proses Rengganis membujuk Aya untuk tanda tangan kontrak menulis itu hampir tiga bulanan. Di bulan ke empat, mereka sudah membahas naskah. Bulan berikutnya, Beau datang memperkenalkan seorang Elizabeth Rodney, baru di bulan ke enamlah, Aya pergi ke London bersama rombongan. Ini berarti proses pengenalan mereka sangat singkat? Sebulan? Apa adiknya itu sudah sangat kebelet untuk melakukan hubungan intim, hanya sebulan kenal langsung menikahinya? Dan apa yang barusan dia bilang? Daniyah?"Kalian sudah punya anak?" tanya Aya dengan suara bergetar. Wiwid mengangguk, masih dengan posisi tertunduk."
Elizabeth menonton pewartaan itu dengan sorot nanar. Kedua matanya telah sembab oleh airmata, suaranya serak, hidungnya memerah. Meskipun begitu, ia masih saja menangis. Sedangkan kondisi kamar hotelnya nyaris tak berbentuk. Tisu berserakan di lantai, potato chips berhamburan di ranjang dengan lima botol coke yang telah kosong tersebar di sudut-sudut kamar. Satu koper besar terbuka dan dibiarkan tergeletak begitu saja.Suara televisi menggema di ruangan, menayangkan sebuah prosesi sakral pernikahan tradisional Jawa. Elizabeth semakin meremas undangan yang tergenggam di tangan saat sesi ijab qobul dimulai."Saya terima nikahnya, Rengganis binti Cahyadi dengan mahar seperangkat alat sholat dan sejumlah uang dibayar tunai!""Para saksi, bagaimana? Sah?"Gemuruh sorak bahagia pun menggema. Wajah-wajah mereka begitu sumringah. Turut merestui penyatuan sejoli dalam satu ikatan suci.Elizabeth memakukan pandangan pada sang suami, pria itu menyentuh dagu Rengganis dan menciumnya mesra. Elizab
Jemari mungilnya bergerak lincah di atas kertas berukuran 148 × 210 mm, selembar kertas tebal A5 yang separuhnya telah terisi. Mulutnya bersenandung nada-nada tak beraturan, kepalanya manggut-manggut seolah menikmati nada sumbang gumamannya sendiri. Akan tetapi kedua hazelnya awas mengamati gerak jari telunjuk dan jempol yang menjepit sebuah crayon kuning, menggerakkannya untuk membentuk garis melingkar sebelum mewarnainya penuh."Wah, bagus sekali Dani!" Gadis mungil itu menoleh, senyumnya terkembang karena sebuah pujian. Siapa sih yang tidak senang dipuji?"Persis seperti gambar Papa, pintar kamu, Sayang!" lanjutnya memuji sembari membelai surai kecoklatan milik si gadis.Wanita muda itu kemudian meletakan segelas jus jeruk di sisi kanan Daniyah -karena Daniyah duduk beralaskan karpet bulu di ruang anak yang berbatasan langsung dengan ruang tamu. "Ayo diminum dulu, ada cookies untukmu.""Terima kasih, Hana. Aku akan mencuci tangan dahulu." Daniyah meletakan crayon kuningnya, ia berd
Aya mengamati bagaimana adiknya membujuk Elizabeth untuk makan, gesture yang ia tunjukan mengatakan betapa besar rasa cintanya pada wanita cantik itu. Aya juga membacanya dari perlakuan Wiwid terhadap Rengganis. Jadi, ia menarik kesimpulan jika sang adik sama-sama mencintai kedua istrinya. "Aku tak menyangka kau mengikuti Sunnah Rasul," desah Aya. Airmatanya menetes, ia seolah ditampar oleh kenyataan akan perbuatan zina yang ia jalani. Cinta ternyata mempunyai dua sisi koin. Dalam gelap, ia merupakan iblis terkejam yang mampu menjerumuskan manusia pada lembah dosa. Dalam terang, apabila mampu mempergunakan cahayanya untuk menyusuri jalan kebaikan, cinta sanggup menyelamatkanmu. Pernikahannya dengan Beau Prince adalah pernikahan beda agama, Aya tidak terlalu mempermasalahkannya karena itu merupakan nikah kontrak dengan syarat ketat. Terbatas oleh waktu dan dilarang melibatkan hubungan ranjang. Setidaknya, dua poin utama itulah yang tercantum dalam perjanjian kontrak di awal, sebelum
Daniyah tertidur diiringi storytelling dadakan dari Aya mengenai si kucing Oren -setelah ia lelah menangis. Aya menceritakan kisah tragedi, alih-alih kisah bahagia sehingga membuat dirinya diomeli oleh sang adik."Biarkan dia mengenal pahitnya dunia sejak dini!""Mbak, dia belum genap empat tahun, di usia segitu apapun yang kau ajarkan pasti akan membekas. Dan aku tidak mau putriku mempunyai trauma buruk.""Oh, astaga! Kau terlalu membesarkan masalah kecil ini. Ini sebagai pembelajaran agar Dani belajar merawat Rara dengan baik.""Tapi, bisakan diakhiri dengan happy ending?""Keracunan bagi kucing adalah hal mematikan. Itu berlangsung sangat cepat, tidak lebih dari seperempat hari. Bahkan di beberapa kasus, kucing bisa mati dalam hitungan 2 jam jika racun tertelan dalam jumlah banyak. Kau ingin menyodorkan harapan palsu pada putrimu?""Aish! Kau sungguh menyebalkan!"Oren Little pernah menjadi milik Aya dan Wiwid, kisah sedih yang membekas karena kehilangan si pandai nan cerewet. Kuci
"Allyson di dalam?"Amanda terlonjak, hingga menumpahkan bekalnya ke lantai dan menjatuhkan ponselnya yang masih menayangkan video yang sama."Honey ..." Suara nikmat tertahan terdengar keluar dari ponsel yang tergeletak tepat di samping sepasang kaki bersepatu pantofel mengkilap.Amanda membeku total, saat mengarahkan pandangan pada si tamu yang menanyakan keberadaan Allyson barusan. Tidak mungkin!Pria yang masih terlihat gagah di usianya yang sudah memasuki kepala enam itu mengambil ponsel Amanda. Video sudah berhenti tapi ia memutarnya ulang. Pria itu menontonnya dengan seksama tanpa menunjukan ekspresi apapun dan setelah durasi pemutaran berakhir, ia menscroll ke atas. Secara otomatis video di atasnya terputar. Ekspresinya masih sama, no expression! Matanya mengamati total pemutaran yang telah dilakukan lalu like yang diberikan dan komentar yang tertera. Ia baru menunjukan ekspresi sedikit terbelalak ketika ada nominal satu pada ikon share.Segera, jarinya mengotak-atik ponsel Am
Beau memanjakannya. Bukan hanya keperluannya tapi juga tubuhnya. Setelah mengetahui Aya hamil, Beau memutuskan pindah ke kamar Aya, ia juga sudah merobek semua dokumen nikah kontrak yang tertanda tangani. Bahkan keluarga besar Prince berencana untuk mengadakan pernikahan ulang di akhir tahun, bertepatan dengan rilisnya novel Aya bertajuk Lost in Love; The South Mansion.Berita kehamilan Aya juga sudah tersiar luas, publik sangat antusias menyambut kabar tersebut. Ini membuat Beau dan Aya semakin mesra. Aya tidak lagi menolak ajakan Beau, malah ia sering berinisiatif menggoda Beau. Seperti sekarang, saat Aya menggarap milik Beau dengan mulutnya."Sayang, Gosh!" Sensasi lidah Aya yang membelai permukaan kulit membuat Beau meringis tak karuan. Nikmat yang ia rasakan sungguh tak bertepi. Padahal mereka sedang berada di kantor dan Beau sedang berkonsentrasi dengan laporan pendanaan mega project W yang masuk. Tapi, sang istri malah menawarkan kenikmatan yang tak akan mampu Beau tolak."Oh,
Suara di seberang terdiam cukup lama, tapi sambungan masih terhubung. Daphne menunggu dengan sabar, walaupun jantungnya berdebar tak karuan karena pikirannya telah terlintas satu konspirasi ngawur."Kenapa kau mendekati Aya, Liam?" Akhirnya Daphne memutuskan untuk berbicara kembali, ia tidak sabar, Liam terlalu lama terdiam. "Demi Tuhan! Mereka sangat mirip!""Itu karena mereka adalah kembar!""Apa?" Jantung Daphne serasa berhenti berdetak untuk sesaat. Pantas saja ia merasa familiar dengan wajah Aya saat pertama kali bertemu walaupun waktu itu Aya belum mengenal yang namanya perawatan kecantikan sama sekali."Kau harus menceritakan seluruhnya Liam! Aku menuntutmu karena kau telah memilihku menjadi partnermu!"Liam mendesah, "Tidak cukupkah kau urus saja Beau?!""Kita harus bertemu! Apakah Keluarga Prince mengetahui hal ini?""Kau kira kenapa selama ini mereka memaksa Beau untuk merubah status nikah kontraknya bersama Aya? Bukankah kau bilang mereka ada di pihak Aya?"Daphne mematikan
Ting tong!Siapa sih yang bertamu? Niat Daphne untuk berendam air hangat terpaksa ia tunda. Daphne segera melangkahkan kakinya cepat menuju pintu depan. Kuncian pintu pun ia buka.Ceklek!"Kau siapa? Ini benar apartemennya Beau Prince kan?" Sapa tiba-tiba si tamu.Daphne terkesima dengan kecantikan wanita yang berdiri di hadapannya. Kulitnya eksotik dengan rambut legam mengkilat nan halus. Tubuhnya ramping, walaupun terlihat mungil karena ia tidak lebih tinggi dari Daphne. Ia mengenakan dress ketat berwarna hitam dengan mantel bulu berwarna coklat. Usianya mungkin lebih tua tiga atau lima tahun darinya dan dari segi wajah, sepertinya ia orang Asia Tenggara. Philipine, mungkin? Tapi, wanita itu benar-benar terlihat anggun dan seksi."Anda sendiri siapa? Kenapa ingin menemui Beau?"Wanita itu mengulurkan tangannya, "Hai! Namaku Rayanti Semito, calon istri dari Beau Prince."Daphne terbangun dengan perasaan kaget, mimpi yang ia alami tergambar mirip dengan peristiwa tujuh belas tahun sil
"Apa kau dengan mudah melupakan kebersamaan kita yang nyaris menyentuh angka tujuh belas, Beau? Walaupun harus diselingi dengan perceraian, akhirnya kau berhasil membujukku kembali. Katakan, jika ini sudah tidak lagi berarti bagimu!"Tatapan Daphne kepadanya mengingatkan Beau akan hari itu, hari dimana ia dengan berani meminta Daphne Westwood untuk menjadi kekasihnya. Bersedia melindungi keluarganya dari cemoohan publik dan memanjakan segala keperluannya. Tatapan itu mengingatkannya pada rasa rapuh yang hari itu mendera Daphne, sebuah frustasi akan himpitan hidup. Tersingkir dari society lalu sendiri, tanpa ada satu pun yang sudi menemani. Daphne Westwood bagi mereka tidaklah pantas untuk dilihat dan ditangisi.Daphne merogoh saku baju pasien rumah sakit yang ia kenakan, mengambil sesuatu di dalamnya lalu mengulurkannya ke arah Beau. Sebutir permen buah rasa apel tergeletak di telapak tangan Daphne."Ini segalanya bagiku! Sebuah mantra!" Airmata Daphne menggenang. Ia membuka bungkus b
Beau tidak habis pikir dengan jalan pikiran Daphne. Ia datang menemuinya untuk melakukan satu hal yang menurut Beau gila. Memecat Leonore Westwood, ibunya sendiri dari Mansion Lama Prince. Sudah sekitar dua tahun sejak Daphne memasuki jenjang perkuliahan bergengsi di Cambridge, Leonore Westwood menawarkan jasanya untuk bekerja menjadi pelayan di Mansion Lama Prince. Ibunya menerimanya karena mereka pernah melalui masa kanak-kanak bersama. Ia bersimpati pada nasib wanita itu. Tidak ada yang mau menerima mereka untuk bekerja karena rekam jejak Jeremiah Westwood. Terusir dari keluarga besarnya yang berada karena memilih menikahi seorang pengusaha rendahan. Gelar bangsawannya pun nyaris dicopot oleh pihak kerajaan jika saja beberapa keluarga terpandang tidak mendukung pilihannya."Kau sepenuhnya sadar tidak dengan akibat dari permintaanmu itu?" Ledek Beau. "Kaukira darimana kau dan adikmu, Elijah bisa hidup?" Sengit Beau. Ia kesal dengan kesombongan Daphne yang tidak menghargai kerja kera
Maya Rosenberg adalah primadona di kalangan mahasiswa jurusan bisnis, walaupun ketenarannya tak mampu mengalahkan silaunya popularitas Elizabeth Rodney. Apalagi sang bintang seolah tak mau tersentuh oleh tangan pria manapun. Elizabeth hanya mampu mereka jadikan objek dalam fantasi tanpa mereka berani merealisasikannya. Hal ini merupakan keberuntungan tersendiri bagi Maya. Atensi kini perlahan bergeser kepadanya. Ia bahkan bisa leluasa bercumbu dengan sang pangeran kampus, Beau Prince."Aku sudah memesan kamar, Sayang," Maya bergerak gelisah di pangkuan Beau, pinggulnya bergerak memutar tak beraturan, bergesekan dengan milik Beau Prince yang terbungkus celana jeans. Lelaki itu masih asyik mencumbu lehernya, dengan rabaan membara di sekujur titik-titik sensitif pada tubuhnya."Kita lakukan saja di sini, tidak ada yang akan berani protes." Maya melolong nikmat kala bahunya disesap kuat.Mereka berada di klub malam bersama teman-teman kampus mereka untuk menikmati Sabtu malam. Memesan ru
Beau mengajak Velma untuk mampir ke toko kue dan bunga. Hatinya luluh dengan keinginan sang putri yang memintanya untuk mengantarkannya ke rumah sakit. Beau pikir, biarlah ini menjadi yang terakhir kalinya, sekalian menegaskan kepada Daphne tentang hubungan mereka. Ia juga harus memberi pengertian kepada Velma mengenai status yang dipilihnya sekarang."Aku harap ini yang terakhir kalinya, Daphne. Kumohon jangan lagi kau libatkan Velma!"Velma ijin keluar ruang rawat inap, ia beralasan ingin mencari mesin minuman tapi Beau paham putrinya itu ingin meninggalkannya berdua dengan sang ibu."Kalau aku tidak melibatkannya, apa kau mau menemuiku? Tidak kan?""Hubungan kita telah berakhir! Aku rasa aku sudah cukup jelas mengatakannya!""Itu bagimu, Beau! Dan aku tidak bisa menerimanya! Kami baik-baik saja dengan Charles lalu kau datang memohon kesempatan, setelah kutinggalkan Charles demi dirimu, kau malah bercinta dengan istri kontrak perawan tuamu!""Tutup mulutmu, Daphne! Kau meninggalkan
Dokter Rob Noran diberitahu oleh Beau secara langsung jika Aya Prince sedang menuju ke Rumah Sakit. Billionaire kandidat pewaris dari Keluarga Prince tersebut memintanya secara spesifik untuk menangani sang istri. Beau Prince begitu mempercayainya. Mereka merupakan sahabat sejak High School dan terpisah saat keduanya mengambil jurusan mata kuliah yang berbeda. Semenjak kecil -berbeda dengan sang kakak, Charles Noran- Robert memiliki passion dalam ilmu kedokteran. Kakeknya merupakan salah satu dokter pribadi keluarga kerajaan, ini merupakan motivasi tersendiri baginya untuk bisa menyamai atau bahkan mengungguli prestasi sang Kakek. Sekarang, di usianya yang mendekati kepala empat, berbagai prestasi telah ia torehkan untuk dunia kesehatan. Rob Noran merupakan sosok termuda yang berhasil menorehkan namanya sejajar dengan para dokter senior unggulan dunia. Ia bahkan sudah memiliki Rumah Sakit sendiri.Robert menghembuskan napas perlahan guna mengusir kegugupan. Ia memandangi bayang diri d