Share

24. Kepergian Talitha

Jakarta, 11 Juli 2013

Tanah merah di depannya masih basah. Aroma kembang tabur masih memenuhi penciuman. Beberapa ikat bunga beraneka jenis dan warna segar bertumpuk di atasnya.

Bram bersimpuh di sisi pusara itu. Air mata luruh tak terbendung. Lelaki itu tidak sanggup lagi menyembunyikan kesedihannya. Ketegaran yang selalu ditunjukkannya pada dunia seakan lenyap tak bersisa.

Segenap keluarga dan pelayat sudah meninggalkan pemakaman satu jam lalu. Bram masih enggan untuk beranjak.

Di sisi kanannya Adhilangga juga bersimpuh. Lelaki itu menepuk-nepuk bahu Bram. Tidak ada yang bisa dilakukan selain berupaya memberikan sang keponakan sedikit kekuatan.

Sementara, Vanty menyandarkan kepala di bahu kiri Bram. Isaknya kembali pecah menyaksikan air mata lelaki itu membasahi wajah. Ini kedua kalinya perempuan itu menyaksikan Bram begitu hancur. Hanya bisa menekur di makam dua orang perempuan yang disayanginya.

Hanya ribuan sesal yang sekarang membayangi Bram. Memperbesar sebuah lubang di ha
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status